Membaca Potensi Amien Rais Nyapres Lagi

Amien Rais dan Prabowo Subianto.
Sumber :
  • Repro Instagram

VIVA – Acara berbuka puasa bersama di rumah Ketua MPR Zulkifli Hasan pada Sabtu 9 Juni 2018, berhasil menarik perhatian publik. Bukan karena meriahnya acara atau makanan lezat yang dihidangkan, namun ada sejumlah tokoh di dalam rumah Zulkifli yang membuat pernyataan mengagetkan.

Peta Koalisi 2024 Dinamis, Poltracking: Negosiasi 'Kue' Politik Tak Kunjung Matang

Sementara itu, angin dari negeri Jiran menyampaikan kabar yang mengagetkan. Mahathir Muhammad, politisi senior di Malaysia kembali terpilih menjadi Perdana Menteri Malaysia dalam usia sangat sepuh, 92 tahun pada Rabu 9 Mei 2018.

Melalui Pekatan Harapan, aliansi oposisi yang ia bangun dan mendukungnya, Mahathir kembali ke kursi Perdana Menteri Malaysia, setelah ia tinggalkan selama 23 tahun.

LSI Denny JA: Pengguna FB Mayoritas Pilih KIB Ketimbang Koalisi Lain

Mahathir yang kecewa dengan Kepemimpinan Najib Razak yang terus didera tuduhan korupsi, memutuskan keluar dari UMNO, komponen partai terbesar di koalisi Barisan Nasional. Ia, lalu mendeklarasikan Partai Bersatu. 

Mahathir memang piawai. Ia berhasil merekrut sejumlah partai yang selama ini menjadi oposisinya, berbalik mendukungnya. Seperti lupa, mereka yang pernah dipenjara oleh Pengadilan Malaysia di masa Mahathir memimpin, bahkan bersedia kembali menerima Mahathir dan membuahkan kemenangan untuknya.

Utak Atik Poros 2024: Baru PDIP dan KIB yang Punya Tiket Capres

Najib Razak berhasil didongkel dari kursi kekuasaan. Pakatan Harapan berhasil merebut perhatian publik Malaysia dengan janji-janji yang berkaitan dengan ekonomi, termasuk di antaranya adalah menaikkan upah minimum dari 1.000 ringgit, menjadi 1.500 ringgit.

Ketika Pemilu, Pakatan Harapan meraih 113 kursi dari total 222 kursi parlemen, sehingga melewati ambang batas minimum 112 kursi untuk dapat membentuk pemerintahan baru.

Saat menuju istana untuk pelantikan, Mahathir tak hanya didampingi istrinya. Tetapi, ia juga didampingi oleh para ketua partai yang mendukungnya. Di antara mereka adalah Wan Azizah Ismail, istri Anwar Ibrahim.

Lalu, ada pula Presiden Partai Bersatu, Muhyidin Yasin. Kemudian, ada Sekjen Partai Aksi Demokratik, Lim Guan Eng, dan Presiden Partai Amanah, Mohamad Sabu. Mahathir diambil sumpahnya untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia yang ketujuh oleh Raja Malaysia saat ini, Raja Sultah Muhammad V, pada Kamis 10 Mei 2018.  

Kemenangan Mahathir yang gemilang, ternyata membawa angin harapan ke Indonesia. Sejumlah tokoh oposisi seperti mendapat secercah harapan, bahwa kemenangan Mahathir menaklukkan Najib Razak yang saat itu kuat berkuasa, juga bisa terjadi di Indonesia yang segera menyelenggarakan hajat besar lima tahunan, yaitu Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2019 mendatang.

Kelompok oposisi yang dimotori Partai Keadilan Sosial (PKS) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), bahkan sudah sejak beberapa bulan lalu menggelar aksi #2019GantiPresiden. Berbagai cara dilakukan kelompok ini, mulai dari deklarasi di Monas, hingga penggalangan dana melalui penjualan mug, pin, dan kaos yang bertuliskan #2019GantiPresiden, juga berbagai seruan dan imbauan kepada publik.

Berikutnya, Amien Rais terinspirasi Mahathir>>>

Amien Rais terinspirasi Mahathir

Salah satu tokoh yang paling mendapat kesan dari kemenangan Mahathir adalah Amien Rais. Politisi yang diberi gelar sebagai Bapak Bangsa ini, ternyata masih memiliki hasrat untuk menguasai dan memerintah negara ini.

Saat acara berbuka puasa di rumah Zulfikar Hasan itu, Amien melontarkan pernyataan bahwa ia masuk dalam bursa cawapres Partai Amanah Nasional (PAN).

"PAN lewat Rakernas yang dipimpin Pak Zul, nanti tidak akan berlebihan. Kita akan mencapreskan tokoh kita sendiri. Pertama Zulkifli Hasan, Hatta Rajasa, Sutrisno Bachir, dan terakhir Mbah Amien Rais," ujarnya.

Amien mengatakan, ia tidak terlalu tua untuk maju menjadi calon Presiden (capres). Dia pun menyatakan, Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad hanya satu angkatan di atas dia. "Pak Mahathir hanya satu angkatan di atas Amien Rais. Jadi, Mbah Amien never say no," ujarnya.

Amien Rais adalah salah satu tokoh yang memiliki peran besar saat proses reformasi pada 1998. Ia terlibat aktif dalam proses menjatuhkan Soeharto dari jabatan yang sudah digenggamnya selama 32 tahun.

Kemampuannya berorasi dan keberaniannya melawan Soeharto dan kroni-kroninya, membuat jutaan mahasiswa saat itu mengidolakan Amien. Kini, politisi yang pernah menjadi dosen politik di Universitas Gajah Mada menjadi oposisi yang paling kontroversial dalam menghadapi pemerintahan Joko Widodo.

Ucapan Amien Rais soal keinginannya menjadi capres segera mengundang kegaduhan politik. Sebab, selama ini baru Prabowo Subianto yang sudah dideklarasikan dan dicalonkan oleh Partai Gerindra sebagai calon presiden mereka.

Tetapi, Partai Gerindra tak bisa sendiri, ia harus mengajak partai lain berkoalisi agar dapat mencalonkannya. Sejauh ini, hanya Prabowo yang sudah dideklarasikan Partai Gerindra sebagai capres 2019.

PKS sebagai sekutu setia Partai Gerindra, bahkan masih malu-malu mengajukan calon. Partai ini hanya mengatakan bahwa Majelis Syuro mereka sudah bermusyawarah dan menetapkan sembilan nama yang layak dipertimbangkan sebagai kandidat capres atau cawapres.

Lalu, tiba-tiba Amien Rais mengaku siap mencalonkan diri dan mengatakan bahwa namanya masuk dalam bursa capres dari PAN. Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi mengatakan, partainya serius mewacanakan Amien Rais maju pada Pemilu Presiden 2019.

Viva mengatakan, partainya serius memasukkan nama Amien Rais, karena ia memiliki integritas untuk memimpin bangsa. Politisi Fahri Hamzah juga menyatakan, keinginan Amien Rais adalah sesuatu yang wajar selama masih diizinkan oleh undang-undang.

Ia juga memastikan, Amien masih layak memimpin dan termasuk dalam barisan mereka yang konsisten mengawal proses transisi dari Orde Baru ke Orde Reformasi.

Wakil Sekretaris Jenderal DPP PAN, Saleh P. Daulay juga tak menutup opsi menaikkan Amien Rais sebagai capres PAN. "Tidak ada yang ganjil dalam pernyataan Pak Amien tersebut. Apalagi, beliau merasa masih sehat dan mampu menyelesaikan berbagai masalah bangsa dan negara," ujar Saleh, kepada VIVA, Minggu 10 Juni 2018.

Dukungan untuk Amien, ternyata terus bergulir. Sabtu 30 Juni 2018, sebuah kelompok yang menamakan dirinya Koalisi Masyarakat Madani mendeklarasikan dukungan mereka pada Amien Rais.

Koalisi yang dimotori oleh Mantan Mendagri Letjen (Purn) Syarwan Hamid dan Eggi Sudjana, mengaku mendapat dukungan dari Koalisi 212 menyampaikan dukungannya secara resmi. Syarwan Hamid mengatakan, deklarasi ini disebut sebagai tindak lanjut untuk menyikapi situasi politik dan ekonomi terkini, yaitu kekhawatiran akan kedaulatan negara yang dikendalikan asing.

Ada sejumlah alasan, mengapa Amien yang juga politisi senior PAN itu pantas diusung. Syarwan berharap, Amien bisa seperti Mahathir Mohamad memenangi Pemilu Malaysia. Keduanya merupakan politikus sepuh di negaranya masing - masing. "Karena itu, kami meminta Bapak Amien Rais untuk segera turun gunung, guna memenuhi panggilan umat," kata Syarwan.

Deklarator Koalisi Umat Madani yang lain, Eggi Sudjana juga memastikan, Amien Rais layak diusung. Menurut Eggi, hasil Rakornas 212 di Cibubur bulan lalu, sudah merekomendasikan lima nama untuk capres, dan sembilan nama untuk cawapres. "Sekarang jadi ada enam nama, dengan kami masukkan Pak Amien Rais," ujarnya.

Selanjutnya, bagaimana nasib koalisi PAN-PKS-Gerindra?>>>

Bagaimana nasib koalisi PAN-PKS-Gerindra?

Pernyataan Amien bahwa dirinya siap nyapres, dukungan yang diterima Amien, bahkan deklarasi dari Koalisi Umat Madani itu seperti mengabaikan koalisi yang selama ini melekat erat pada trio PKS, PAN, dan Partai Gerindra.

Apalagi, beberapa hari sebelumnya menyatakan siap menjadi capres, Amien Rais dan Prabowo sowan ke Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab di Mekah. Koalisi ini tiba-tiba seperti tak terarah.

Sejak Prabowo Subianto resmi dideklarasikan oleh Partai Gerindra sebagai capres , PKS dan PAN tak segera bersikap. Kedua partai seperti enggan untuk segera mendeklarasikan dukungan. Kedua partai yang selama ini selalu mendukung penuh Partai Gerindra kali ini memilih menahan diri, dan tak serta merta menyatakan dukungan pada Prabowo.

Sikap yang wajar, mengingat PKS dan PAN juga sudah memiliki kandidat sendiri untuk menjadi capres 2019. Kerja sama dengan Partai Gerindra di Pilkada DKI, Jatim, Jabar dan Jateng, PKS mengalah dan memberikan tempatnya untuk nama lain yang lebih menjual. Tapi untuk Pilpres, PKS tak bersegera.

"Dewan Syuro PKS telah menetapkan sembilan nama untuk menjadi capres atau cawapres dari PKS, jadi kami akan berpegang pada itu," ujar Presiden PKS, Muhammad Shohibul Iman kepada VIVA beberapa waktu lalu.

Begitu pula dengan Partai Amanah Nasional. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengatakan, sangat berterima kasih atas dukungan Koalisi Umat Madani pada Amien Rais. Ia mengaku, partainya sangat terhormat dengan dukungan tersebut.  "Kita ucapkan terima kasih, engga apa-apa, kita hormati," ujarnya. 

Mengenai arah koalisi partainya menjelang Pemilu Presiden ada 2019, kata Zulkifli, akan ditentukan pada akhir Juli 2018. Dia tak mau memberikan petunjuk apapun tentang kecenderungan sikap politik PAN sekarang.

Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan, peluang Amien bila maju sebagai capres 2019 berat. Ia menilai, tak bisa disamakan dengan keberhasilan Mahathir Mohamad yang terpilih sebagai Perdana Menteri Malaysia.

"Kan, Amien sudah pernah gagal, belum berhasil. Kans menangnya tidak besar, kalau Amien maju. Kalau mengacunya Mahathir, nah Mahathir pernah jadi PM," kata Hendri kepada VIVA, Minggu, 10 Juni 2018.

Amien Rais memang pernah tersisih dari kompetisi capres-cawapres pada 2004. Amien Rais yang kala itu berpasangan dengan Juwono Sudarsono, gagal melenggang menjadi orang nomor satu di Indonesia.

Menurut Hendri, daripada Amien Rais repot mencalonkan diri, lebih baik ia menabung elektabilitasnya, serta mengarahkan dukungannya untuk memenangkan kandidat mereka. "Kalau mau maju coba ya boleh, namanya negara demokrasi. Tetapi, menurut saya lebih baik menabung elektabilitas ke calon lain untuk menghadapi Jokowi daripada Amien sendiri maju," ujar Hendri.

Ia menambahkan, secara elektabilitas, kader PAN belum punya indikator kuat untuk bersaing di Pilpres 2019. Hal ini, termasuk Amien Rais dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Menurut dia, PAN lebih baik menjadi parpol pendukung. "Enggak usah ngajuin calon PAN itu. Lebih baik usung calon lain," sebutnya.

Bantahan halus atas pencalonan Amien Rais, justru datang dari Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN Drajad Wibowo. Drajad menekankan, PAN punya kader potensial yang layak diusung ke Pemilu 2019. "Ada empat ketum dan mantan ketum. Jadi, nama keempatnya dimunculkan menjelang Rakernas, karena kurang cantik kalau nama Pak Amien tidak masuk," ujar Drajat.

Proses pendaftaran Capres-Cawapres RI sudah semakin mendekati masa mendebarkan. Agustus mendatang, mereka yang siap menjadi capres-cawapres harus segera mendaftarkan diri. Hanya tersisa waktu sekitar satu bulan untuk mengejar, mendekat, melobi, dan saling tawar menawar untuk menjadi capres-cawapres.

Tapi hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari PAN yang menyatakan mendukung Amien Rais. PAN masih menimbang siapa yang akan mereka jagokan. Begitu juga PKS.

Jokowi yang sudah dicalonkan resmi oleh beberapa partai malah terlihat cuek. Sampai saat ini Jokowi seperti tak peduli dengan hiruk pikuk politik. Ia juga tak terlibat mencari siapa yang layak menjadi capresnya.

Sementara itu, oposisi sudah kelimpungan mencari capres dan cawapres. Tagar #2019GantiPresiden juga sudah meluas ke mana-mana.

Namun, melihat kocar kacirnya koalisi oposisi ini dan melihat hasil quick count Pilkada Serentak, harusnya lawan politik Jokowi berdebar. Sebab, Presiden Jokowi sudah berhasil menguasai tiga wilayah Jawa.

Adalah hak politik Amien Rais sebagai warga negara untuk dicalonkan menjadi capres atau cawapres. Tapi seperti saran Hendri Satrio, lebih baik Amien mengarahkan kadernya untuk memberi dukungan pada koalisi mereka.

Jika Amien terus ngotot, bukan tak mungkin strateginya malah berantakan dan menghancurkan. Sebab, secara usia Amien kalah jauh. Secara prestasi juga demikian, karena ia tak punya pengalaman menjadi presiden, dan usianya yang sudah 74 tahun membuat geraknya tak bisa lincah lagi.

Melihat kondisi Amien Rais sekarang, sepertinya publik bisa bertanya, benarkah pencalonan Amien Rais cukup relevan, atau apakah sekadar diajukan agar Jokowi memiliki lawan? (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya