Pria Cirebon di Balik Set Megah Crazy Rich Asians

Crazy Rich Asians
Sumber :
  • Warner Bros. Pictures

VIVA – "Lihat, piyama ini jauh lebih mahal dari gaunku," seru Rachel pada Nick Young yang terkagum-kagum dengan kelas super mewah dalam penerbangan dari Amerika ke Singapura. Rachel terkejut, baru masuk pesawat saja, dia sudah disambut dengan pemandangan bar berisi aneka minuman berkelas. 

Pesta Pra-Pernikahan Crazy Rich India Undang Rihanna, Bos Facebook Hingga 1.200 Tamu Penting

"Nick, kita tak mampu membayarnya," kata Rachel lagi dengan ekspresi kebingungan.

Dialog tersebut merupakan potongan dari adegan Crazy Rich Asians yang sudah berhasil membuat penonton terpikat di awal. Crazy Rich Asians merupakan film yang diangkat dari novel laris dengan judul yang sama karya Kevin Kwan.

5 Rekomendasi Film untuk Meriahkan Perayaan Imlek

Menceritakan tentang kehidupan keluarga terkaya di Singapura, latar film ini pun dibuat sedemikian rupa untuk menonjolkan kemewahan tersebut.

Di sinilah peran seorang set designer bermain. Tak begitu disorot, set designer punya tugas mendesain ruangan dan lingkungan untuk mengakomodasi setting dalam skenario. Detail-detail dalam latar, nyatanya penting untuk menunjang adegan film tersebut.

Kembali Setelah 3 Tahun, Constance Wu Ungkap Pernah Ingin Akhiri Hidup

Ternyata, salah satu set designer atau desainer ruang untuk film fenomenal Crazy Rich Asians ini berasal dari Indonesia. Dia, Teddy Setiawan, desainer interior mewah untuk adegan dalam maskapai penerbangan fiksi yang diberi nama Pacific Asean Airlines itu.

Lantas, siapa Teddy dan bagaimana ceritanya bisa bergabung di Crazy Rich Asians dan film-film lainnya? Mari menyimak cerita Teddy Setiawan tentang profesinya tersebut.

Awal Karier

Teddy Setiawan, set designer dalam Crazy Rich Asians.

Perkenalan Teddy Setiawan dengan seorang art director untuk iklan-iklan TV Indonesia rupanya menjadi pembuka jalan menuju kariernya saat ini. Teddy, kala itu masih berprofesi sebagai exhibition designer yang kemudian diajak kawannya tersebut membantu pembuatan iklan TV.

Suatu ketika, Blackhat, film yang dibintangi Chris Hemsworth syuting di Jakarta. Siapa sangka, Teddy mendapat kesempatan untuk ikut membantu sebagai penerjemah. 

"Nah, dari situ kemudian saya mulai ditawari untuk terlibat di beberapa film asing (film Jepang dan Singapura), kenalan saya bertambah dan kemudian mulai datang tawaran untuk mengerjakan film asing lain di Malaysia sampai akhirnya mendapat rekomendasi untuk film-film lainnya," kata Teddy kepada VIVA melalui surat elektronik, 20 September 2018.

Film pertama pria kelahiran Cirebon, 23 Januari 1980 ini adalah film Jepang berjudul Joker Game, lalu film Singapura, 1965, dan film China, Lost in Pacific. Teddy pun pernah terlibat dalam film Beyond Skyline karya Liam O'Donnell yang menggaet Iko Uwais dan Yayan Ruhian sebagai bintangnya.

Di film itu, Teddy masih berperan sebagai standby propsman atau on set props. "Tugas kru on set props adalah menyiapkan semua props atau barang yang akan digunakan oleh pemeran utama atau pemeran pembantu pada saat shooting. Maksudnya adalah setelah barang-barang tersebut dibeli atau dibuat, tugas on set props adalah menyiapkan untuk tiap hari shoot dan tiap adegan," Teddy menjelaskan tugasnya.

Sementara itu, film pertama Teddy sebagai set designer di film Hollywood dimulai lewat serial Marco Polo yang tayang di Netflix. Teddy juga menjadi art director untuk film Beirut, di mana dia mendesain hampir seluruh set-nya.

"Mungkin faktor keberuntungan dan kebetulan memegang peranan besar di sini," katanya rendah hati.

Kesempatan Teddy mengibarkan sayap kariernya makin luas, karena setelah menyelesaikan Beirut, Teddy mendapat tawaran dari Supervising Art Director Crazy Rich Asians, Gary Mackay, untuk ikut mengerjakan film tersebut. Tentu saja, sisanya adalah sejarah.

Crazy Rich Asians

Crazy Rich Asians

Dalam Crazy Rich Asians, Teddy punya peran yang cukup besar sebagai set designer. Pria yang berdomisili di Jakarta tersebut mendesain set-set penting di film karya sutradara Jon M. Chu ini. 

"Saya menangani set interior pesawat, lalu kedua set pernikahan, rumah keluarga Goh, sebagian dari Tyersall Park, dan set toko perhiasan," ujar Teddy menyebutkan sejumlah hasil kerjanya.

Mendesain interior pesawat merupakan salah satu pengalaman baru untuk Teddy. Keputusan Singapore Airlines menolak menjadi sponsor untuk Crazy Rich Asians membuatnya banyak belajar.

Dalam mendesain set ini, Teddy melakukan riset terlebih dahulu. Dia mengumpulkan beragam desain first class dari maskapai-maskapai penerbangan yang ada, lalu menggabungkan elemen-elemennya menjadi satu set seperti yang terlihat dalam adegan Nick Young dan Rachel terbang menuju Singapura tersebut. Hasilnya, terasa berkelas bukan?

Sementara itu, untuk set pernikahan tak kalah bikin melongo. Konsep pernikahan yang dibuat seperti berada di tengah sawah dengan padi dan air yang mengalir di altarnya itu sukses bikin penonton terpukau. Teddy menjelaskan, konsep unik itu memang didasari keinginan mengusung pesta luar ruangan ke dalam ruangan.

"Biasanya kan pesta pernikahan indoor dibawa ke pesta taman atau outdoor, nah ini kami membawa konsep outdoor ke dalam ruangan atau indoor," tuturnya.

Crazy Rich Asians

Untuk rumah keluarga Goh, teman Rachel, Teddy ingin menonjolkan budaya peranakan di dalamnya. Tak heran, rumah mewah di mana Peik Lin dan keluarga lucunya tinggal itu punya nuansa campuran antara China, Melayu, India, dan Eropa.

Mendesain ruangan atau set dalam sebuah film bukan hal yang mudah. Sebagai set designer, Teddy dan tim harus pandai-pandai memilih lokasi yang cocok serta bisa mengakomodasi adegan. Selain itu, lokasinya bukan hanya harus mudah diakses, tapi juga bagaimana biayanya bisa sesuai dengan anggaran yang ada.

Waktu juga menjadi tantangan yang harus dihadapi. Biasanya, Teddy bercerita, proses persiapan yang diperlukan untuk mendesain sebuah film itu membutuhkan waktu paling cepat lima pekan, bahkan bisa sampai delapan hingga 10 pekan sebelum shooting. Crazy Rich Asians perlu sekitar enam pekan untuk persiapannya.

"Tantangan terbesar mungkin adalah keterbatasan waktu dan bekerja dalam anggaran yang terbatas," aku Teddy soal tantangannya sebagai set designer di film Crazy Rich Asians.

Proyek Mendatang

Teddy Setiawan, set designer dalam Crazy Rich Asians.

Rupanya, Teddy Setiawan adalah satu-satunya orang Indonesia di jajaran kru film yang dibintangi Henry Golding dan Constance Wu tersebut. Pria yang juga hobi menggambar ini mengaku senang, bukan karena pribadinya yang kini viral, tapi profesinya yang ikut dikenal.

Bagaimana tidak, Crazy Rich Asians merupakan film komedi romantis paling sukses di box office selama sembilan tahun belakangan. Sejak tayang pada 15 Agustus 2018 di Amerika, film dengan bujet US$30 juta ini sudah menghasilkan lebih dari US$152 juta per catatan Box Office Mojo, 19 September 2018, hanya dari layar domestik.

Jika digabung dengan luar negeri yang menghasilkan sekitar US$38 juta, total pendapatan Crazy Rich Asians hingga saat ini sudah lebih dari US$190 juta. Bukan hanya mendulang untung secara finansial, film yang diproduksi dan dibintangi oleh orang-orang Asia ini juga berhasil memikat para kritikus film. Di Rotten Tomatoes, Crazy Rich Asians mendapat skor 93 persen fresh dan banjir pujian.

"Enggak nyangka kalau Crazy Rich Asians jadi salah satu film romcom paling laris saat ini. Tentunya saya juga sangat senang, karena dengan kesuksesan film ini orang-orang jadi tahu tentang profesi set designer yang sebelumnya mungkin bahkan tidak dikenal oleh orang awam," tutur Teddy.

Pria yang juga mengaku suka membaca buku tutorial ini sedang sibuk dengan proyek lainnya, John Wick 3. Ya, Teddy terlibat dalam film action thriller yang masih dibintangi Keanu Reeves tersebut. Film ini juga menggaet bintang laga Indonesia, Yayan Ruhian dan Cecep Arif Rahman. Sayangnya, Teddy belum bisa cerita banyak soal proyeknya kali ini.

"Sekarang saya sedang terlibat di pembuatan film John Wick 3. Saya tidak bisa cerita banyak karena terikat kontrak," katanya.

Keuletan Teddy rupanya menjadi salah satu kunci untuk bisa menapaki pelan-pelan level demi level dalam kariernya. Teddy mengatakan, dalam profesinya ini, kerja keras, banyak belajar, jujur, baik, dan rendah hati adalah usaha untuk bisa maju serta bersaing di industri yang digelutinya tersebut. Teddy pun punya tekad, untuk selalu bekerja dengan baik dalam setiap kesempatan yang datang padanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya