Ribut-ribut Harga Avtur

Distribusi BBM dan Avtur ke Sulawesi
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Bola panas mahalnya harga tiket penerbangan khususnya domestik kembali bergulir. Kali ini, hal tersebut digaungkan oleh para pengusaha perhotelan di dalam negeri. 

Bakrie Group and Pertamina Develop Research Infrastructure at IKN

Di hadapan Presiden Joko Widodo dalam acara Hari Ulang Tahun ke-50 Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Senin malam 11 Februari 2019 di Jakarta, Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menyampaikan keluhan para anggotanya. 

Dia mengatakan, mahalnya harga tiket dan penerapan bagasi berbayar menyebabkan tingkat hunian hotel di Indonesia merosot hingga 40 persen. Diduga karena kedua hal tersebut, banyak masyarakat yang urung berwisata ke dalam negeri. 

Pertamina Bentuk Satgas, Pastikan Kebutuhan Energi saat Idul Fitri Aman di Aceh

Menurut Hariyadi kala itu, maskapai beralasan bahwa harga avtur yang tinggi adalah penyebab mahalnya tiket pesawat. Saat ini disebutnya, harga avtur di Indonesia 20 persen lebih tinggi daripada harga internasional. Polemik baru mengenai penyebab mahalnya tiket pesawat pun mencuat. 

Menanggapi pernyataan tersebut, Jokowi pun mengaku kaget. Apalagi, mengetahui bahwa ada yang menyebut harga dan distribusi avtur di Bandara Soekarno-Hatta dimonopoli oleh PT Pertamina. 

Pertamina Jamin Produksi dan Pasokan Energi Periode Mudik Lebaran Aman, Begini Strateginya

"Soal harga tiket pesawat, saya juga kaget. Saya juga baru tahu mengenai avtur, ternyata avtur yang dijual di Soekarno-Hatta itu dimonopoli oleh Pertamina sendiri," kata Jokowi, Senin malam 11 Februari 2019. 

Kala itu, Jokowi pun berjanji akan menindaklanjuti keluhan ini. Pihak-pihak terkait masalah ini khususnya Pertamina pun bakal dipanggil untuk menjelaskan duduk permasalahnya. 

Ramai-ramai klarifikasi

Begulirnya isu terkait harga avtur penyebab mahalnya harga tiket penerbangan menuai reaksi dari pihak-pihak terkait. Salah satu dari Indonesia Air Carriers Association atau INACA. 

Ketua Umum INACA, I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra atau Ari Askhara mengakui, pihaknya memang sempat mengatakan bahwa memang ada kaitannya antara harga avtur dan kenaikan harga tiket. Namun, pernyataan itu ditegaskan hanya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. 

"Mewakili seluruh anggota INACA, kami mohon maaf bila hal tersebut menjadi polemik," kata Ari yang juga Direktur Utama Garuda Indonesia, dikutip dalam keterangan resminya Rabu 13 Februari 2019. 

Baca juga: PHRI Tegaskan Hotel Sepi Bukan karena Avtur

Dia pun menegaskan, harga avtur tidak secara langsung mengakibatkan harga tiket pesawat menjadi lebih mahal. Tapi, beban biaya operasional penerbangan lainnya seperti leasing pesawat, maintenance dan lain-lain menjadi lebih tinggi di tengah meningkatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat. 

Senada dengan Inaca, Kementerian Perhubungan pun mengungkapkan komponen harga avtur bukan penentu utama mahalnya harga tiket pesawat. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Polana B Pramesti mengatakan, komponen avtur hanya berkontribusi 24 persen terhadap harga tiket.

Formula tersebut sesuai dengan PM 14 Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri. 

"Kalau sesuai PM kami, PM 14 Tahun 2016 itu, kira-kira pengaruh atau persentase harga avtur 24 persen. Itu 2016, dengan asumsi harga-harga di 2015 akhir, atau 2016 awal dengan asumsi pula load factor-nya 65 persen," kata dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu 13 Februari 2019. 

Dia pun mengatakan, ada tim Kementerian Perhubungan yang melakukan pengawasan terkait dengan batas harga tiket yang ditetapkan maskapai. 

"Nah, saat ini kami sudah melakukan banyak sekali monitoring dengan mengirim inspektur-inspektur kami memantau harga tiket yang memang sampai saat ini masih di bawah koridor yang ditetapkan oleh PM 14," ungkap Polana.

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan, tidak tepat bila ada pernyataan bahwa avtur menjadi penyebab harga tiket pesawat mahal. 

Apalagi saat ini, harga avtur di pasar internasional terus mengalami penurunan. Harga yang dijual Pertamina pun masih kompetitif dibanding negara lain di Asia Tenggara.

Baca juga: Utimatum Jokowi ke Pertamina Soal Harga Avtur

"Jadi, harga avtur sekarang posisinya turun terus sejak November, dan sudah disampaikan oleh menteri BUMN (Rini Soemarno) bahwa harga avtur sangat kompetitif," kata Fajar di kantornya, Jakarta, Selasa 12 Februari 2019.

Mengenai harga avtur, Officer Communication and Relation Pertamina MOR I, Wien Rachusodo, saat dikonfirmasi VIVA, Rabu, 13 Februari 2019 pun membantah, kenaikan harga tiket pesawat tersebut dipicu kenaikan harga avtur. 

Ia pun memberikan perbandingan harga avtur. Untuk harga avtur di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, avtur Rp8.110 per liter. Sementara itu, Shell di Bandara Changi, Singapura Rp10.751 per liter.

"Itu sebagai gambaran harga avtur di Indonesia. Untuk harga avtur sudah turun sejak November tahun lalu sampai akhir Januari 2019 ini," tutur Wien.

Dominasi Pertamina

Dikutip VIVA dari laman BPH Migas, ada sembilan merek dagang badan usaha ditetapkan memiliki izin untuk menjual avtur di Indonesia. Namun, Anggota Komite BPH Migas Henry Ahmad hingga saat ini belum ada yang melakukan penjualan selain Pertamina. 

"Ada yang sudah mendapat izin menjual avtur tapi seingat saya mereka belum berdagang avtur," ujarnya kepada VIVA, Rabu 13 Februari 2019. 

Menurut Henry, ada beberapa alasan yang menyebabkan badan usaha di luar Pertamina belum melaksanakan kegiatannya. Mereka masih terhambat beberapa kondisi di lapangan, misalnya jalur distribusi yang susah dan infrastruktur yang belum memadai. 

"Salah satunya terkait dengan otoritas bandara," katanya.

Dia mengungkapkan, harga avtur mahal lantaran Pertamina harus menyediakan avtur di seluruh lapangan terbang yang ada di Indonesia. Maka, beban kelebihan biaya pendistribusian di wilayah yang tidak ekonomis atau lokasinya jauh dan volume avturnya kecil, terpaksa di-cover dari daerah 'gemuk' seperti kota-kota besar. 

"Sehingga harga avtur agak lebih mahal dibandingkan dengan wilayah lain di luar negeri," ujarnya.

Sementara itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno mengungkapkan, dominasi tersebut terjadi karena Pertamina berinvestasi besar untuk menjual avtur di berbagai bandara di Indonesia. 

"Investasi infrastruktur di dalam AP I dan AP II itu yang investasi Pertamina loh. Infrastruktur di dalam, infrastruktur penyimpanan itu semua investasi Pertamina," kata Rini di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 13 Februari 2019. 

Baca juga: Jokowi minta Menteri Hitung Ulang Harga Avtur

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya