Mengatur Taktik Sukses Arus Balik Pascamudik

Pantauan CCTV Posko Lebaran di Kemenhub
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Arus balik diperkirakan sudah mulai sejak hari ke-2 Idul Fitri 2019. Namun tentu belum puncaknya. Diprediksi, puncak arus balik pada 8 dan 9 Juni, dua hingga tiga hari mendatang. Kalau tak ingin "terjebak" kepadatan, pemudik dianjurkan mencari opsi selain tanggal itu.

H-7 hingga H-1 Lebaran 2020, Cuma 465 Ribu Kendaraan Keluar Jakarta

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, pemerintah mengupayakan tak hanya arus mudik Lebaran yang sukses namun juga arus balik tahun ini. Untuk itu dilakukan berbagai upaya agar arus balik juga bisa lancar dan minim kecelakaan. Budi mengatakan, arus balik juga menjadi fokus pemerintah. 

Budi melanjutkan, prediksi puncak arus mudik Lebaran tahun ini pada tanggal 8 hingga 9 Juni 2019. Hal itu terjadi lantaran pada tanggal 10 Juni 2019 sudah memasuki hari kerja bagi karyawan. Aktivitas perkantoran dan bisnis akan kembali disambung pada tanggal tersebut.

Penumpang Pesawat Naik Pada Lebaran 2019, Kereta Api Malah Turun

"Kita tahu juga tidak mudah. Waktu kita mudik panjang, baliknya 1 hari. Saya berpesan, diperkirakan puncak balik terjadi tanggal 8 dan 9 (Juni 2019)," kata Budi saat ditemui wartawan ketika bersilaturahim ke kediaman Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sebagaimana diberitakan VIVA.

Budi karena itu merekomendasikan agar pemudik yang ingin lalu lintas lancar bisa kembali pada tanggal sebelum atau setelah 10 Juni 2019. Sementara strategi rekayasa lalu lintas, pemerintah dan otoritas akan memberlakukan sistem satu arah atau one way di jalan-jalan tertentu. Sistem one way akan diberlakukan pada tanggal 7,8 dan 9 Juni 2019 atau tiga hari saja.

Penumpang Pesawat Naik Pada Lebaran 2019, Kereta Api Malah Turun

"Saya rekomendasikan balik tanggal 7-10 supaya terbagi dalam 5 hari ya. Kita akan membuat one way 7 8 9. Sedangkan yang 6 tidak, 10 tidak," ujarnya.

Senada dengan Menhub, dalam kesempatan terpisah, Kapolri Tito Karnavian juga memprediksi bahwa puncak arus balik akan terjadi pada 8 hingga 9 Juni 2019. Dalam konferensi pers di kompleks Markas Besar Polri, Jakarta, Rabu, 5 Juni 2019, Tito menjelaskan bahwa arus mudik baru-baru ini berlangsung secara bertahap sejak 29 Mei sampai 4 Juni sehingga relatif tak ada lonjakan berarti. Sementara arus balik hanya tiga hari yaitu 7-9 Juni 2019.

Arus balik diperkirakan bakal lebih padat lantaran rentang waktunya relatif lebih singkat dibandingkan libur menuju Lebaran. Dengan kondisi tersebut, lalu lintas arus mudik lebih terurai dan arus balik akan cenderung dilakukan serentak.

"Kalau di arus mudik tidak terjadi gelombang tinggi, puncak, karena merata dari hari ke hari. Yang ini (arus balik), kalau dengan waktu tiga hari yang pendek, kalau semua kembali di hari Sabtu-Minggu, apalagi di hari Minggu ini, akan terjadi puncak gelombang," kata Tito Karnavian.

Dengan kondisi demikian, pemerintah meminta para pemudik mempersiapkan betul tanggal kepulangan dan menilai bahwa para pemudik akan sangat baik jika mulai kembali pada hari Kamis, 6 Juni 2019. Hal ini sangat mungkin dilakukan oleh pemudik yang membawa kendaraan sendiri maupun menggunakan angkutan moda darat yang biasanya belum mempersiapkan tiket kepulangan.

Titik Kemacetan

Sementara Posko Harian Tingkat Nasional Angkutan Lebaran 2019 melaporkan mulai adanya pergerakan arus balik. Namun angka arus balik diperkirakan memang belum signifikan.

Dalam merespons arus balik, selain melakukan rekayasa one way di jalan-jalan tol di Jawa, disiapkan pula antisipasi macet parah keluar dari Pelabuhan Merak disiapkan. Jalur keluar Merak memang kerap menjadi salah satu momok kemacetan. Oleh karena itu rekayasa akan mulai dilakukan jikalau sudah terjadi kemacetan hingga 1 kilometer dari Pelabuhan Merak.

"Maka kendaraan dari tol Lampung-Bakauheni, akan dikeluarkan di simpang Hatta dan Kalianda," kata Dirjen Perhubungan Darat (Hubdat), Budi Setyadi, saat ditemui di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Banten.
 
Namun saat antrean mencapai 4 kilometer di luar Pelabuhan Bakauheni, maka kendaraan dari tol akan dikeluarkan di eksit tol Sidomulyo. Pengalihan arus lalu lintas dilakukan untuk memperlambat laju kendaraan, menuju Pelabuhan Bakauheni.

"Intinya kita memperlambat gerakan para pemudik untuk tidak menggunakan jalan tol, namun keluar melalui jalan arteri. Supaya penumpukan di Bakauheni itu cair dahulu, baru (kendaraan di luar) masuk (Pelabuhan Bakauheni)," kata Budi lagi.

Sementara untuk jalur keluar Pelabuhan Merak, pemerintah juga menaruh perhatian pada gerbang tol yang biasa menjadi simpul kemacetan. 

Menhub Budi Karya dalam hal ini menyarankan agar gerbang tol (GT) Palimanan tidak diaktifkan selama tiga hari selama arus balik. Hal itu disarankannya kepada pengelola jalan tol lantaran GT Palimanan merupakan salah satu titik kemacetan hingga 3 kilometer pada arus mudik tahun ini.

"Saya cuma minta tiga hari saja, tanggal 7,8 dan 9 Juni setelah itu kembali normal. Kalau mengenai pendapatan bisa dari jalan tol yang lain, tinggal sharing saja," kata Budi.

Hal itu kata Menhub sudah dia sampaikan kepada Kementerian PUPR khususnya Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT).

Cek Terminal

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Selain antisipasi kemacetan, Menhub Budi Karya Sumadi pada Kamis, 6 Juni 2019 juga melakukan pengecekan ke terminal-terminal antarkota di Jakarta. Salah satu terminal yang diinspeksi Budi adalah Terminal Kampung Rambutan. Hal itu dilakukan sebagai salah satu upaya memastikan fasilitas arus balik juga bisa memberikan keamanan dan kenyamanan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meninjau satu persatu kelengkapan terminal mulai dari pembelian tiket hingga Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA).

Selain itu, Budi Karya juga mengajak beberapa sopir dan kondektur bus untuk makan siang bersama. Para supir kemudian menceritakan penghasilan mereka naik saat musim mudik Lebaran.

"Secara umum saya senang, memang hari Lebaran ini bagi pengemudi, saya sebut pahlawan transportasi. Kenapa? Di tengah kita senang-senang mereka mengemudi. Kalau mereka tidak bekerja pasti kita punya problem besar," ujar Budi di lokasi, Kamis, 6 Juni 2019.

Dari percakapan dengan para sopir dan kondektur, Budi mengungkapkan bahwa pendapatan mereka mengalami kenaikan. Bahkan, menurutnya pada arus mudik tahun ini pendapatan sopir dan kondektur di atas Upah Minimum Regional (UMR).

"Apa yang mereka sampaikan, satu penghasilan mereka lumayan. Dia dapat Rp 200.000-Rp250.000. Jadi mereka dapat di atas UMR," ujarnya.

Mantan Direktur Angkasa Pura II ini juga mendapat keluhan dari para sopir bus. Selama puncak Lebaran terdapat kemacetan di beberapa titik. Meski demikian, para supir memahami hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan pengguna jalan Bandung-Jakarta dan sebaliknya.

"Di saat hari pertama kedua, lalu lintas agak sedikit macet tapi mereka paham karena lalu lintas dari Jakarta-Bandung, Bandung-Jakarta tujuannya tidak beraturan," katanya.

Oleh karena itu Menhub meminta kepada para operator dan petugas agar tak terlalu bertindak keras kepada para sopir dan kondektur soal tugas mereka yang bisa terbengkalai karena faktor yang tak bisa dihindarkan.

"Ajaklah dialog mereka karena mereka menjalani tugas yang berat juga. Saya di sini khususnya memberikan semangat kepada mereka yang bekerja di saat kita liburan," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya