Duka dan Derita Korban Bom Sarinah

Keluarga korban Bom Sarinah pingsan, Minggu 17 Januari 2016
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

VIVA.co.id - Duka terus mengalir usai serangkaian ledakan bom di kawasan Jalan MH Thamrin, Sarinah, Jakarta Pusat.

Serangan teroris pada Kamis 14 Januari 2016 jelang tengah hari itu menyisakan derita bagi keluarga puluhan korban, mulai dari korban luka sampai meninggal akibat terkena peluru teroris.

Salah satu yang merasa duka tersebut adalah keluarga Rais Karna, office boy Bangkok Bank yang akhirnya meninggal dunia pada Jumat malam 15 Januari 2016. Kegetiran dirasakan Lita, kakak kandung Rais.

Ditemui VIVA.co.id di rumah duka di Jalan Ken Arok, Kampung Pleret, RT3/12 Nomor 59, Bojonggede, Bogor, Lita mengatakan adiknya meninggal setelah melewati masa kritis akibat pendarahan parah di bagian kepala.

Pada hari teror mencekam tersebut, Rais bersama Rahmat, adiknya, yang sama-sama bekerja di Bangkok Bank termasuk salah satu orang terdekat yang mengetahui serangan bom tersebut.

Istiqamah, kerabat Rais mengataan saudaranya tersebut mendengar bom meledak, selanjutnya Rais bersama Rahmat, teman-temannya serta warga lain mengerumuni lokasi ledakan di Pos Polisi depan Sarinah.

Namun nahas, saat mengerumuni pos polisi tersebut, dua teroris tengah mengintai kerumunanan dalam jarak beberapa meter. Setelah beberapa saat, Afif, teroris yang menggunakan tas merah dan berkaos hitam, muncul dari belakang kerumunan dan menembak membabi buta ke arah kerumunanan warga tersebut.

Rais bernasib nahas. Di saat kerumunan warga lainnya spontan menghindar mengamankan diri, Rais tak bisa mengamankan diri. Peluru menembus kepalanya. Pria beranak dua tersebut terhuyung dan tergeletak di tengah jalan MH Thamrin. Rais tersungkur di jalanan sendirian. Sepi. Kerumunan warga dengan cepat sudah menepi.

Kenangan detik-detik darurat atas nasib Rais itu juga disampaikan M Rozi, teman yang bekerja sebagai driver di Bangkok Bank. Pada detik-detik sebelum Raid tertembak, Rozi, Agus dan Rais saat itu berdiri paling depan, bersama kerumunan warga lainnya di dekat Pos Polisi dekat Sarinah.

Aman Abdurrahman Segera Bebas, Pemerintah Bingung

Rozi mengatakan bersama Rais menonton korban di pos dan bahkan sempat merekam momen menggetirkan tersebut.

Saat muncul tembakan dari belakang kerumunan, Rozi mengaku langsung menyelamatkan diri. Begitu menepi, ia melihat tubuh tergeletak di tengah jalan MH Thamrin dan ia sadar itu adalah Rais.

"Saya ngeh-nya pas sudah beberapa meter dekat Sarinah. Saya lihat dia sudah terkapar. Saat itu, ada dua tembakan. Korban kena pas tembakan kedua, di pelipis mata kiri," ujarnya.

Rozi yang turut ke rumah duka mengantarkan Rais ke liang kuburan Minggu 17 Januari 2016, mengatakan hal yang paling diingat dari Rais saat detik-detik penembakan. Saat itu dia sudah lari karena mendengar meletus tembakan. Tapi Rais malah terlihat santai.

"Pas kita lari, dia bilang 'ngapain si lu buru-buru nanti juga gua yang duluan'. Saya enggak nyangka, mungkin itu maksud adalah ini (meninggal). Cuma itu ucapan terakhirnya yang saya ingat," kata Rozi.

Rozi menduga teroris menyasar Rais karena pakaian yang disandang pada saat mengerumuni korban di pos polisi. Diketahui, saat itu Rais mengenakan pakaian safari. Analisa Rozi, teroris menembak Rais karena dikira Rais adalah petugas keamanan.

Dilihat dari pola serangan, Rozi menduga kemungkinan sasaran utama teroris pada Kamis lalu adalah polisi dan petugas keamanan.

Dikatakan Rozi, kawannya tersebut dieksekusi dari jarak yang cukup dekat sekitar dua meter. Peluru pelaku bersarang tepat di pelipis mata tembus ke otak. Ia roboh seketika itu juga dengan posisi tangan seperti sedang salat (bersedekap).

"Dia ketembak pas nengok ke belakang. Mungkin dikira security. Soalnya saat itu Rais mengenakan pakaian safari," tuturnya.

Teroris Jangan Sok Suci

Rasa getir kehilangan Rais dirasakan Eva Fauziah, adik bungsu Rais. Ia terpukul dan sangat kehilangan kakaknya. Saat mengantarkan Rais ke liang lahat, perempuan berjlbab ini tak henti-hentinya menangis. Tangis juga terus pecah pada kerabat dan keluarga Rais. Sang istri dan kerabat pun sampai pingsan beberapa kali. Tak kuasa menahan kesedihan.

Sama seperti kebanyakan keluarga korban lainnya, Eva berharap pelaku teror yang masih hidup mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatannya. "Hukum yang adil," kata dia.

Kepada pelaku teror dan kelompoknya, Eva pun menyampaikan pesannya, "Teroris kalian ingat dosa deh, jangan merasa suci. Ingat di akhirat akan diazab."

Di mata keluarga dan kerabat serta tetangga terdekat, Rais dikenal sebagai pribadi periang dan bersahaja. Sifatnya yang ramah pada lingkungan sekitar membuatnya dikenang sebagai pribadi yang santun dan baik hati.

Kesan itu juga diamini oleh rekan kerja sekantor Rais.  "Anaknya baik, periang selalu senang. Yang paling kami ingat dia ketawa terus," kata Agus, salah satu teman satu kantor korban.

Akibat peristiwa ini, Rais meninggalkan seorang istri, Laili Herlina, dan dua anak yang masih masih kecil yakni, Siti Ataya Ramadhani (5) dan Keyanu Aprilia (2).

Rais menghembuskan nafas terakhirnya Jumat malam, 15 Januari 2016 di RS Abdi Waluyo, Menteng Jakarta Pusat. Rais sudah dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pabuaran, Bojonggede, Bogor.

Dua Terduga Teroris di Malang Sudah Merencanakan Teror

Meninggalnya Rais disampaikan kepada keluarga pada Sabtu 16 Januari 2016 selepas Magrib. Keluarga memahami polisi mengumumkan meninggalnya Rais dengan tujuan menenangkan keluarga dan menunggu kerabat berkumpul.

Tilang Berujung Ajal...

Dua Terduga Teroris Jaringan Thamrin Dipindahkan ke Jakarta

Tilang Berujung Ajal

Duka juga dirasakan keluarga Rico Hermawan. Pemuda usia 20 tahun itu menjadi korban meninggal ledakan bom di Pos Polisi Sarinah. Rico menemui ajal saat ditilang polisi di pos tersebut.

Suparno (50), paman kedua korban, menceritakan pada hari mencekam itu, Rico sedang pergi mengantar saudaranya, Anggun Kartikasari (24) menghadiri jadwal wawancara kerja di sebuah perusahaan yang berkantor di kawasan Sarinah.

Saat melewati Jalan MH Thamrin, Rico kemudian ditilang polisi meski belum diketahui jenis pelanggarannya.

Saat itu, paman Rico mengatakan, Anggun tidak ikut masuk ke dalam pos polisi. Dia menunggu di seberang jalan pos polisi.

"Kan di situ (Jalan MH Thamrin) motor enggak boleh lewat. Jadi ditilang dan dibawa ke pos situ. Enggak lama meledak," kata Suparno kepada wartawan di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, Jumat 15 Januari 2016.

Sementara Anggun mengalami cedera parah pada kakinya akibat ledakan tersebut. Anggun kemudian dievakuasi dan selanjutnya di bawa ke rumah sakit.

Jenazah Rico akhirnya dimakamkan di tanah kelahirannya di Boyolali Jawa tengah, Minggu pagi 17 Januari 2016. Rico dikebumikan di pemakaman Dusun Jayan dekat rumah duka di Dusun Jayan RT 06 RW 01, Desa Senting, Kecamatan Sambi, Boyolali.

Dalam proses pemberangkatan jenazah ke liang lahat, dihadiri ratusan pelayat dari keluarga, kerabat serta tetangga dan dikawal polisi. Ayah Rico, Joko Mulyanto, terlihat tegar. Namun ibunda Rico, Jumini, tak kuasa menahan tangis melepas kepergian putra pertama dari dua bersaudara itu.

Perwakilan keluarga Rico, Sigit Mulyana Putra mengatakan meski pahit, keluarga telah mengikhlaskan kepergian Rico untuk selamanya.

"Alhamdulillah sudah ikhlas dan legowo," ‎ucap Sigit.

Warga Belanda

Kegetiran juga dirasakan keluarga Agus Kurnia, warga Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat.

Menurut keluarga Agus, Fitria Rahmawati, Agus mengalami luka di kepalanya saat ledakan di dekat Sarinah tersebut. Diketahui, Agus baru bekerja di ibukota negara itu selama enam bulan.

Begitu mengetahui Agus menjadi korban ledakan bom, rumahnya di Sumedang didatangi oleh kerabat korban.

"Rasanya kami syok. Apalagi di sana tak ada keluarga. Kondisinya juga belum jelas, sebelumnya dia bekerja di Ancol, di kafe," kata Fitria.

Menurut informasi yang didapat keluarga, Agus telah dirawat di RSPAD Jakarta Pusat.

Sementara keluarga Yohanes Antonius Maria (48) juga merasakan khawatir dan syok dengan kondisi Yohanes yang merupakan warga negara Belanda. Ia terluka.

Ito, mertua Yohannes mengatakan cemas saat mengetahui menantunya tersebut menjadi korban ledakan bom di kawasan Sarinah.

Saat peristiwa tersebut, ia mengaku tak memantau kepastian kondisi menantunya tersebut. Ito makin cemas saat keluarga yang menghubungi Yohannes melalui pesan WhatsApp tak kunjung tersambung.

"Tahu-tahu teman-temannya mengabarkan dia sudah tergeletak di aspal," kata Ito sambil terisak menceritakannya.

Untuk diketahui, berdasarkan perkembangan pemeriksaan laboratorium forensik per Minggu 17 Januari 2016, total ada delapan korban tewas dan 24 korban luka.

Secara rinci yaitu pelaku terduga berjumlah empat orang diantaranya:

1. Dian Jodi Kurniadi (25) kode jenazah 003, korban tewas akibat ledakan yang berada di Pos Polisi Sarinah.

2. Muhammad Ali (39) kode jenazah 006, tewas di halaman Starbucks Cafe.?

3. Afif alias Sunakim kode jenazah 004, tewas di parkiran Starbucks Cafe.

4. Ahmad Muhazan bin Saron kode jenazah 006, tewas di dalam Starbucks Cafe.

Sementara itu, korban meninggal dari warga ada ada empat orang:

5. Rico Hermawan, laki-laki (20 tahun) tewas di Pos Polisi.

6. Sugito, laki-laki, (43 tahun) meninggal di Pos Polisi.

7. Amer Ovali Taher, laki-laki (46 tahun) warga negara Kanada, tewas di parkiran Starbucks, Sarinah, Jakarta Pusat.

8. Rais Karna, laki-laki (37 tahun) seorang karyawan OfficeBoy Bank Bangkok, tewas di Jalan MH Thamrin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya