Menanti Sidang Isbat Lebaran

Suasana sidang Isbat penentuan awal Ramadan di Kementerian Agama/Ilustrasi.
Sumber :
  • Danar Dono/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Selama dua puluh tahun terakhir, rakyat negeri ini sering kali dibuat bingung dengan jadwal berpuasa dan berlebaran yang beda. Padahal sebelum-sebelumnya jadwal berpuasa dan berlebaran selalu sama.

Momen Bersejarah, Al Quran Berbahasa Gayo Hadir Memperkuat Identitas dan Budaya Aceh

Tahun ini, umat Islam di Indonesia berbarengan memulai puasa. Pemerintah, setelah melakukan sidang isbat menentukan awal puasa jatuh pada 6 Juni 2016.
Penentuan pemerintah sama dengan tanggal yang sudah ditetapkan oleh Muhammadiyah. Organisasi massa dengan jumlah pengikut yang cukup besar tersebut selalu lebih dulu menetapkan tanggal hari pertama Ramadan dan hari pertama  Syawal.

Pekan lalu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah memastikan Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah jatuh pada Rabu, 6 Juli 2016. Sebab, secara hisab (perhitungan astronomis), Ramadan kali ini genap 30 hari. Rukyatul hilal atau pengamatan bulan sabit bisa dikatakan hanya penguat.

Peringatan Nuzulul Qur'an Tingkat Nasional, Kemenag: Spirit Bawa Indonesia Menjaga Keragaman

"Bahwa sesuai dengan Maklumat PP Muhammadiyah nomor: 01/MLM/I.0/E/2016 tanggal 1 April 2016, Idul Fitri 1 Syawal 1437 H jatuh pada hari Rabu Pahing 6 Juli 2016," ujar Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam pernyataannya, Jumat 1 Juli 2016.

Penetapan itu berdasarkan hisab hakiki wujudul hilal, ijtimak jelang Syawal 1437 H terjadi pada hari Senin Kliwon, 4 Juli 2016 M pukul 18:03:20 WIB. Tinggi Bulan pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta (?= -07°48´ dan n=110°21´BT)=-01°19´13" (Hilal belum wujud) dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat terbenam Matahari itu bulan berada di bawah ufuk.

Menag Lantik Sekjen, Widyaiswara Ahli Utama dan Pejabat Eselon II Kemenag

Sementara itu Kementerian Agama RI belum memastikan kapan persisnya 1 Syawal. Kementerian Agama merencanakan akan menggelar sidang isbat penentuan awal 1 Syawal 1437 Hijriah pada Senin, 4 Juli 2016. Sidang akan digelar di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, sebanyak 191 titik pantau penentuan awal 1 Syawal 1437 Hijriah di seluruh Indonesia telah disiapkan oleh sejumlah petugas yang telah ditunjuk oleh Kementerian Agama.

Menag juga mengatakan, penentuan 1 Syawal akan dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu hisab dan ru'yat. "Hisab sebagai cara untuk melihat keberadaan posisi hilal, sedangkan ru'yat untuk konfirmasi memastikan perhitungan-perhitungan seperti itu," ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Jakarta, Sabtu, 2 Juli 2016.

Lukman menekankan, demi akurasi pemantauan Kemenag akan menurunkan sejumlah pemantau hilal Syawal di seluruh provinsi di Indonesia. Mereka berasal dari petugas Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag Kabupaten/Kota yang bekerjasama dengan Pengadilan Agama dan ormas Islam serta instansi terkait setempat.

"Jadi ini bukan orang sembarangan, orang yang sudah biasa, memiliki kualifikasi kriteria tertentu untuk melakukan pekerjaan yang spesial ini dan mereka disumpah kesaksiannya apakah mereka melihat atau tidak melihat hilal itu. Tentu dengan penuh tanggung jawab," kata Lukman Hakim Saifuddin di Ruang VVIP, Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta Selatan, Sabtu, 2 Juli 2016.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur, Mahfudh Shodar, menjelaskan tim astronomi Kemenag akan melaksanakan pemantauan hilal untuk menentukan 1 Syawal 1437 Hijriah secara serentak di seluruh Indonesia, termasuk di Jatim, pada Senin, 4 Juli 2016.

Di Jatim, kata Mahfudh, tim rukyatul hilal akan disebar di 19 titik. Di antaranya di Tanjung Kodok, Lamongan, Bangkalan, Bojonegoro, dan di Ngliyep, Malang. "Di Kemenag diperintahkan untuk melakukan rukyat pada tanggal 4 Juli 2016," ujarnya.
Diperkirakan, pada hari pemantauan, hilal berada di ketinggian 0,55 derajat di atas ufuk. Besoknya, pada 5 Juni, diperkirakan posisi hilal tiga derajat di atas ufuk, bahkan ada yang ketinggian tujuh. Jika pengamatan demikian, 1 Syawal diperkirakan jatuh pada Rabu, 6 Juli 2016.

Berdasarkan hisab Ramadan, tahun ini genap 30 hari. Artinya, kendati pada Selasa, 5 Juli 2016, seandainya hilal tidak terlihat karena terhalang mendung atau awan, 1 Syawal jatuh pada keesokan harinya.


"Karena Ramadan itu tidak ada sampai 31 hari, yang ada 29 hari atau genap 30 hari," ujar Mahfudh Shodar. "Insya Allah hari Rabu. Saya tidak mau memastikan, dalam Islam tidak boleh memastikan yang belum terjadi," katanya menambahkan.

Kini, sidang isbat untuk menentukan kapan awal Ramadan dan awal Syawal menjadi sidang yang dinanti. Dengan 191 titik pemantauan yang tersebar di seluruh Indonesia dan pengamat yang sudah terjamin kualifikasinya, maka Kemenag akan memiliki pertimbangan yang lebih komprehensif sebelum mengambil keputusan kapan tanggal 1 Syawal.

Sidang isbat akan dilakukan tertutup sehingga hanya mereka yang berada di dalam ruang sidang yang akan mengetahui perhitungannya. Kemenag memastikan akan menggelar konferensi pers setelah sidang isbat dilakukan. Namun jika perhitungan Mahfudh Shodar benar, maka 1 Syawal yang akan ditetapkan pemerintah bisa jadi sama dengan keputusan Muhammadiyah. Artinya, umat Islam di Indonesia, seperti memulai awal Ramadan, juga bisa berlebaran dengan serentak. Semoga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya