Bom Solo Bagian dari Serangan Global ISIS

Polisi membawa kantong berisi jenazah pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Selasa (5/7/2016)
Sumber :
  • ANTARA/Maulana Surya

VIVA.co.id – Sehari sebelum Idul Fitri pada tahun 2016, bom kembali meledak di Indonesia. Kali ini terjadi di halaman Kepolisian Resor Kota (Polresta) Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Dalam ledakan yang terjadi sekitar pukul 07.25 WIB tersebut, satu-satunya yang meregang nyawa yaitu pelaku bom bunuh diri yang diketahui bernama Nur Rohman.

11-03-2004: Bom Beruntun Hentakkan Ibu Kota Spanyol

Meski tak ada korban tewas lainnya, namun ledakan ini menyebabkan salah seorang petugas polisi terluka cukup parah. Anggota Provost Brigadir Kepala Bambang Adi terluka di bagian mata dan badannya menderita luka bakar.

Kejadian teror tersebut membuat Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti langsung terbang menuju Solo. Petangnya, dia secara resmi mengungkap identitas pelaku, Nur Rohman yang diketahui salah satu teroris buronan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Ada Ancaman Bom Bunuh Diri, Markas Polda Sulteng Siaga Satu

“Pelaku masuk dalam kelompok radikal Abu Mushab di Bekasi,” kata Badrodin Haiti di Kantor Polresta Surakarta, Jawa Tengah, Selasa petang, 5 Juli 2016.

Tubuh Nur Rohman ditemukan mengenaskan hancur akibat ledakan yang dilakukannya sendiri. Pria warga Surakarta tersebut melalui kartu tanda penduduk (KTP) yang dikantunginya masih tergolong muda. Lahir pada tahun 1985, dia beralamat di Sangkrah, Pasar Kliwon, Surakarta. Di kartu identitas si pengantar maut, tertulis status kawin dan pekerjaannya sebagai karyawan swasta.

Lamaran Ditolak, Dayat Ancam Ledakan Diri di Rumah Kekasih

Hitungan jam, informasi mengenai Nur Rohman mulai bermunculan. Disebutkan bahwa pria tersebut bahkan pernah menjadi Ketua RT di daerah tempat tinggalnya hingga mengundurkan diri pada tahun lalu. Sehari-hari dia juga sempat berjualan bakso.  

Setelah diidentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI), Polri secara firm menyebut bahwa Nur Rohman bukan orang baru dalam jejaring terorisme. Nama Nur Rohman bahkan lalu dikaitkan dengan Arif Hidayatullah atau Abu Mushab, teroris yang ditangkap akhir tahun lalu dan disebut masih terkait dengan Bahrun Naim, otak pengeboman di Kawasan Thamrin Jakarta, awal Januari tahun 2016.

Menurut keterangan Kepolisian, Nur Rohman ternyata salah satu pelaku teror yang berhasil kabur dari kejaran Densus tatkala satu per satu jaringan Arif Hidayatullah dilumpuhkan.

“Nur Rohman berhasil lolos dalam penggerebekan tersebut,” kata Badrodin sebagaimana dikutip dari VIVA.co.id, Selasa 5 Juli 2016.

Penggerebekan yang dimaksudkan Badrodin adalah salah satu penggerebekan teroris yang terjadi di Bekasi pada Desember 2015. Saat itu, polisi meringkus Arif Hidayatullah alias Abu Mushab. Arif Hidayatullah diciduk di rumah kontrakannya di perumahan Taman Harapan Baru, Bekasi. Pada saat itu, Densus 88 menyita hingga berkardus-kardus barang bukti termasuk setumpuk bendera organisasi teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Tak hanya Arif, ditangkap pula warga Uighur yang disebut polisi adalah bawaan Arif bernama Alli. Ditangkap di lokasi berbeda, Alli ditengarai bakal dijadikan “pengantin” atau pembawa bom bunuh diri hingga akhirnya ditangkap di Kampung Dukuh, Bekasi.

Arif Hidayatullah diketahui berafiliasi dengan ISIS karena disebut mendapat kucuran dana dari Suriah untuk melangsungkan aksi-aksi teror di Indonesia. Sementara Bahrun Naim yang juga jejaring Arif dan disebut terkoneksi dengan jaringan teroris Santoso alias Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah, kini masih menjadi buron dan diduga masih berada di Suriah.

Merujuk pada hal tersebut, Kepolisian dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menilai bahwa aksi teror yang terjadi di Surakarta adalah bagian dari rantai serangan yang direncanakan oleh jejaring di ISIS.

“Bisa jadi pelaku melakukan aksinya atas seruan terbuka dari tokoh ISIS,” kata Badrodin soal motif penyerangan yang dilakukan Nur Rohman di kantor polisi itu.

Serangan Global Terorganisir

Kelompok Islam radikal di Suriah (ISIS) rupanya memang sudah mendeklarasikan perang terhadap Indonesia dan Malaysia. Pernyataan ini disampaikan lewat sebuah video yang diluncurkan bersamaan serangan global di sejumlah wilayah beberapa waktu ini.

Dilansir dalam Strait Times, Selasa 5 Juli 2016, ada sebuah video beredar secara daring (online) yang menampilkan sejumlah pemuda dan anak-anak yang terlihat diawasi oleh seorang pria dengan senjata api jenis AK-47.

Dalam video itu, pemuda yang memegang senjata menyinggung Malaysia dan Indonesia. "Kami bukan lagi warga negara anda dan kami telah membebaskan diri," ujar pria tersebut sembari menampilkan gambar seorang peria berjanggut yang sedang memegang paspor Malaysia.

"Dengan izin-Nya dan bantuan-Nya, kami akan datang kepada anda dengan kekuatan militer yang tak tertandingi," katanya.

Dalam video itu, sekelompok pemuda dan anak-anak yang terlihat di dalam gambar pun membakar tumpukan paspor yang kemudian diikuti sorak sejumlah orang di dalam video.

Video ini, diketahui disebar bersamaan dengan kejadian bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta pada Selasa 5 Juli 2016, sekira pukul 07.45 waktu setempat.

Kepolisian Indonesia juga telah memastikan jika serangan itu diduga berkaitan dengan isntruksi ISIS. "Dari ISIS ada instruksi untuk melakukan aksi teror di seluruh dunia," kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.

Oktober tahun 2015, Juru Bicara ISIS, Abu Muhammad menebar ancaman serangan yang akan dilakukan pada Ramadan  tahun ini. Namun yang menjadi sasaran kata dia adalah kantung-kantung Barat yang dimaksudkan merujuk pada  Eropa dan Amerika. Pesan teror itu disiarkan melalui pidatonya di media ISIS, Al Furqan.

Meskipun ancaman itu dinilai sejumlah kalangan termasuk otoritas pemerintah Irak dan Amerika Serikat hanya isapan jempol. Pasalnya, kekuatan ISIS dinilai melemah dalam beberapa bulan belakangan saat pesan teror itu disebarkan.

Realitanya, patut dicatat, selama bulan Ramadan tahun 2016, serangan teror jamak terjadi di berbagai belahan dunia.

Pekan lalu masih di Ramadan, Bandara Ataturk, Istanbul, Turki diserang senjata api dan ledakan bom. Tragedi yang terjadi pada Selasa malam, 28 Juni 2016 tersebut berawal dari ledakan bom di pintu masuk terminal udara. Serangan teroris ini menewaskan setidaknya 41 orang sementara 239 orang terluka yang mencakup warga Turki dan para warga negara asing. ISIS kemudian mengklaim sebagai pelaku aksi kekejaman.

Sementara pada hari yang sama, serangan bom juga terjadi di restoran dan bar Movida di Kuala Lumpur, Malaysia. Menurut Kepolisian setempat, dimungkinkan keterlibatan ISIS dalam serangan yang mencederai hingga delapan orang tersebut. Dua orang sudah ditahan terkait penyerangan setelah sejumlah warga Malaysia sebelumnya diketahui bertolak ke Suriah. Ledakan ini disebut sebagai serangan perdana yang diduga dilakukan ISIS di negri Jiran.

Hitungan hari, serangan dan penyanderaan terjadi di Kafe Holey Artisan Bakery di Dhaka, Bangladesh. Dalam aksi kejahatan itu, lebih dari 20 orang yang sempat menjadi sandera tewas termasuk anggota Kepolisian. Selain itu, lebih dari 30 orang menderita luka-luka. Kafe yang menjadi lokasi serangan memang dikenal sebagai lokasi berkumpul para ekspatriat. Serangan brutal di Kafe Holey terjadi pada Jumat, 1 Juli 2016. Anggota kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS diidentifikasi oleh saksi menjadi salah satu pelaku penyerangan dan penyenderaan.

Rantai tragedi kemanusiaan yang didalangi kelompok garis keras ternyata belum berhenti. Pada Minggu, 3 Juli 2016, terjadi ledakan bom di kawasan pusat perbelanjaan di Karrada, Baghdad, Irak. Korban tewas dalam serangan ini dicatat hingga 165 orang dan korban luka hingga 225 orang. Atas insiden tersebut, ISIS lagi mengaku menjadi dalangnya.

Pada Senin, 4 Juli 2016, terjadi serangan berturut-turut di tiga kota di Arab Saudi. Ledakan terjadi di pos keamanan Masjid Nabawi, Madinah, di Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Jeddah dan di depan Masjid Syiah di Qatif. Dicatat, insiden tersebut menghilangkan nyawa empat orang dan sejumlah orang luka-luka.

Hari ini, selain ledakan yang terjadi di Solo, serangan teror juga dikabarkan terjadi di Thailand dan Australia. Di Thailand, bom meledak di pos pemeriksaan perbatasan Thepa Songkhla dan Nongchik Pattani di wilayah selatan Thailand. Dalam perisiwa nahas tersebut, seorang petugas dikabarkan meregang nyawa dan menyebabkan tiga orang lainnya cedera. Meski demikian Kepolisian masih mendalami pelaku dan jaringan terorisme di balik aksi itu.

H-1 Idul Fitri, berita ancaman teror kembali berembus dari Australia. Sebuah benda yang mencurigakan diketahui ditinggalkan di dalam mobil yang dikemudikan seorang perempuan pada Selasa siang.

“Unit penjinak bom sedang bergerak dan akan mematikan perangkat,” kata Juru Bicara Kepolisian Victoria Creina di Kawasan Nobel Park, Australia sebagaimana dikutip dari laman Herald Sun.

Dunia Kembali Melawan Teror

Serangan teror yang bisa dilancarkan dalam berbagai aksi tak hanya menyisakan duka namun juga kutukan dan reaksi keras. Yang paling terkenal, kampanye perang terhadap terorisme didengungkan Amerika Serikat (AS) pada tahun 2001 setelah pengeboman menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September tersebut.

Kampanye Global War on Terror lantas mengemuka di banyak belahan dunia. Implikasinya, selain militer AS yang agresif menyerang kantung-kantung Al Qaeda saat itu, dana penanggulangan terorisme juga mengucur ke sejumlah negara yang dinilai berpotensi menjadi bibit penyebaran paham kelompok militan termasuk ke Indonesia.

Setelah serangan teroris yang dianggap paling dahsyat tersebut, serangan di beberapa tempat selama 15 tahun terakhir cenderung dilakukan secara acak dan antara satu dengan lainnya berlangsung dalam kurun waktu berselang lama.

Namun kali ini, tepat pada Ramadan 2016 sejumlah negara harus dikejutkan dengan aksi terorisme. ISIS kali ini dituding sebagai biang kerok. Tak hanya berorientasi Barat, negara-negara Islam bahkan masuk dalam daftar sasaran. Dari delapan negara yang paling mutakhir menjadi lokasi serangan, Turki, Arab Saudi, Irak, Bangladesh, Indonesia dan Malaysia adalah negara yang mayoritas berpenduduk Muslim.

Ramai-ramai lalu otoritas dan masyarakat di berbagai belahan dunia mengutuk aksi teror tersebut. Para pemerintah negara menyuarakan tidak akan takut berhadapan dengan teror dan siap memerangi terorisme yang mengusik kedamaian di negeri masing-masing.

Hari ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga langsung berespons cepat atas kejadian ledakan bom yang terjadi di kota asalnya, Solo. Dia meminta masyarakat tidak panik dan menjanjikan Kepolisian akan sigap mengungkap aksi teror. Serangan teroris lantas sama sekali tak menyurutkan semangat Presiden yang sedang berada di Padang, Sumatera Barat, untuk kembali ke Solo dan merayakan Idul Fitri di kampung halamannya.

“Kita melihat bom di hampir semua negara, di Turki, Bangladesh, Irak dan di (area) Masjid Nabawi di Saudi. Kita tidak benarkan itu, tidak bisa ditoleransi apalagi di Masjid Nabawi,” kata Presiden Jokowi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya