Jamuan Makan Jokowi di Tengah Isu Makar

Presiden Jokowi dan Surya Paloh
Sumber :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir

VIVA.co.id – Indonesia baru saja mengalami peristiwa yang cukup besar. Ratusan ribu umat muslim turun ke jalan, menggelar aksi demonstrasi pada Jumat, 4 November 2016. Jakarta pun dipenuhi lautan manusia.

Gus Miftah Curiga Jokowi Pilih Bahlil Lahadalia Jadi Menteri Karena Lucu, Bukan Prestasi

Mereka menuntut Basuki Tjahaja Purnama ditangkap dan ditahan. Alasannya, calon Gubernur DKI Jakarta yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Golkar, Hanura, dan Nasdem, itu diduga melakukan penistaan terhadap Alquran, khususnya Surat Al Maidah ayat 51.

Usai aksi demo itu, Jokowi melontarkan tuduhan adanya aktor-aktor politik yang menunggangi aksi. Isu akan adanya gerakan susulan terus mengemuka sampai kemudian Bareskrim Polri menetapkan Ahok sebagai tersangka.

Jokowi Tegaskan Freeport Bukan Milik Amerika Lagi, tapi Indonesia

Namun, keputusan Polri tidak menahan Ahok kembali menjadi salah satu pemicu munculnya rencana aksi lanjutan yakni pada 25 November dan 2 Desember. Kapolri Jenderal Tito Karnavian bahkan meresponsnya dengan mengeluarkan tudingan adanya agenda politik lain yaitu aksi makar.

Presiden Jokowi sendiri terus melakukan konsolidasi politik pasca aksi besar pada 4 November. Ia mengunjungi pemimpin-pemimpin ormas Islam seperti PBNU, Muhammadiyah. Selain itu juga mengundang pemimpin ormas Islam lainnya ke Istana Negara. Bahkan, Jokowi juga melakukan safari ke lingkungan tentara dan aparat kepolisian.

Risma dan Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi, Budi Arie: Jangan Didramatisir

Tapi, upaya konsolidasi ternyata tak berhenti di sana. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu melanjutkan langkahnya. Kali ini, ia menggelar lobi ke pemimpin-pemimpin partai politik. Tercatat, dia mengawali silaturahmi di kalangan elite politik itu dengan mengundang Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto ke Istana Merdeka, pada Kamis, 17 November 2016.

Setelah itu, masih pada hari yang sama, pentolan partai yang ia temui adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Pertemuan mantan rival pada Pilpres 2014 lalu itu adalah yang kedua dalam waktu yang cukup berdekatan setelah mereka bertemu di kediaman Prabowo, Hambalang, Bogor, pada 31 Oktober 2016.

Empat hari kemudian, tepatnya pada Senin, 21 November 2016, Jokowi ganti mengundang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri ke Istana Merdeka. Jokowi menjamu bosnya di partai itu makan siang bersama.

Sehari setelah itu, Selasa, 22 November 2016, giliran Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh yang mendapat 'jatah'. Jokowi mengajak Paloh menikmati sarapan di Istana Merdeka.

Beranjak siang, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan M. Romahurmuziy yang terlihat bertamu di Istana. Romi, sapaan akrab Romahurmuziy, mendapat kesempatan untuk makan siang dengan Jokowi.

Sebelum memasuki waktu Maghrib, sekitar pukul 16.25 WIB, Jokowi kembali mengundang Setya Novanto. Pada kesempatan ini, ia menjamu Novanto makan bersama seperti para ketua umum lainnya. Sesuatu yang tak tampak oleh kalangan wartawan pada pertemuan sebelumnya.

Apa yang mereka bahas? Usai pertemuan, masing-masing pentolan partai itu dan juga Jokowi memberikan keterangan yang menyangkut materi pembahasan, tujuan dan motif pertemuan.

Novanto mengatakan, pertemuannya dengan Jokowi itu membahas soal kasus penistaan agama yang menjerat Basuki. Menurut dia, Jokowi menegaskan tak akan melakukan intervensi terhadap proses hukum kasus pria yang akrab disapa Ahok tersebut.

Selain itu, mantan ketua DPR itu mengungkapkan, Jokowi juga meminta Golkar  menjaga suasana damai di tengah-tengah masyarakat, demi tetap kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam pertemuannya dengan Prabowo, Jokowi mengaku berbicara mengenai Indonesia. Kemudian tentang semangat yang sama yaitu demi Merah Putih, NKRI, Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika.

"Saya dengan Pak Prabowo berkomitmen untuk bersama-sama menjaga Indonesia yang majemuk ini," kata Jokowi.

Prabowo juga membenarkan bahwa mereka membahas masalah bangsa Indonesia. Dia juga menegaskan tetap menghormati Jokowi selaku presiden.

"Demokrasi membutuhkan kritik, Pak Jokowi tidak pernah minta Gerindra tidak kritik dan saya tidak bisa (kalau tidak kritis). Saya dari dulu komitmen sama beliau adalah beliau di eksekutif dan kami di legislatif, kalau ada kebijakan yang kurang berkenan maka kami akan kritisi," kata Prabowo.

Saat menggelar pertemuan tertutup dengan Jokowi selama satu jam lebih, Megawati juga menyampaikan bahwa mereka membicarakan soal Pilkada DKI Jakarta, aksi demonstrasi terkait Basuki Tjahaja Purnama, juga situasi keamanan negara.

Mega mengatakan Pilkada pada 2017 mendatang tak hanya Jakarta saja. Oleh karena itu, tidak perlu membesarkan satu wilayah saja. Dia juga mengingatkan pers agar tidak ikut memanas-manasi situasi.

"Justru ikut menyejukkan. Kasihan nanti yang menderita itu rakyat, bukan kalian. Yang di bawah, tidak ngerti apa-apa, bukan kalian," kata dia.

Jokowi sendiri menyebut pertemuan dengan Mega itu membahas sejumlah hal mengenai permasalahan bangsa, termasuk solusinya.

"Komunikasi siang hari ini sangat efektif menemukan solusi dari permasalahan bangsa yang ada, bincang masalah makro ekonomi, politik nasional kita, dan hal yang bersifat sosial," kata Jokowi.

Tak berbeda, saat bertemu dengan Surya Paloh, Jokowi juga membahas soal sejumlah permasalahan bangsa, kemudian menyangkut kebinekaan, Pancasila, dan bagaimana mencegah paham-paham radikal di Indonesia. Begitu pula pada pertemuannya dengan M. Romahurmuziy. Topik pembahasannya tak jauh dari tema NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, juga mengenai Islam yang rahmatan lil alamin.

Terkait pertemuan, Jokowi menuturkan bahwa silaturahmi dan saling kunjung adalah budaya nusantara. Meski sering bertemu, dia menilai saling kunjung sangat baik jika ditradisikan.

Ancaman Pemakzulan

Jokowi juga sempat memberikan tanggapan mengenai ancaman pemakzulan yang oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian disebut dengan istilah makar. Usai bertemu dengan Megawati, Jokowi meminta Polri dan TNI untuk selalu waspada.

"Itu tugasnya Polri dan TNI untuk waspada yang membahayakan NKRI, membahayakan demokrasi kita. Tapi semuanya harus merujuk ketentuan hukum yang ada," kata dia.

Saat pertemuannya dengan Surya Paloh, Jokowi juga kembali memberikan komentar. Kali ini, dia mengaku tidak khawatir dengan isu aksi tersebut akan disusupi maksud lain yaitu untuk menggulingkan pemerintahannya.

"Enggak (khawatir) lah, ini (demontrasi) kan produk demokrasi yang konstitusional. Saya biasa-biasa saja," kata Jokowi dengan tawa khasnya.

Namun, Jokowi tak membantah pertemuan-pertemuannya dengan pimpinan partai politik dan organisasi keagamaan, TNI, dan Polri tak lain bertujuan untuk mengelola situasi yang ada.

"Kita perlu konsolidasi, ya itu memang yang perlu dilakukan untuk mengelola situasi agar masyarakat melihat, sehingga ada ketenangan di situ," ujar Jokowi.

Soal SBY

Langkah Jokowi menemui tokoh-tokoh politik itu menuai pujian. Meskipun demikian, publik masih melihat adanya kekurangan karena ia belum terlihat menemui pendahulunya sebagai Presiden, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.

Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Agus Hermanto, Jokowi seharusnya lebih banyak bertemu dengan tokoh-tokoh lainnya. Salah satu di antaranya adalah SBY.

"Siapa saja, dalam hal ini banyak tokoh-tokoh kenegarawanan yang cukup handal. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sangat handal. Yang lain yang cukup handal juga banyak," kata Agus di Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 18 November 2016.

Agus mengungkapkan bahwa komunikasi dan hubungan Jokowi dengan SBY selama ini biasa saja. SBY pun tak pernah mengkritik pemerintahan Jokowi secara berlebihan.

"Demokrat pada saat beri kritik, pasti kritik yang membangun. Tak mungkin hal-hal berlebihan dan tak pada porsinya. Kritik pasti tujuannya untuk membangun," kata Agus.

Bagaimana tanggapan Jokowi?

"Ya, nanti semua akan kita atur, semua akan kita atur," kata Jokowi saat menggelar konferensi pers bersama Megawati.

Megawati yang duduk di samping Jokowi itu juga diberikan pertanyaan serupa. Tapi dia tidak ingin menjawab karena sudah disampaikan oleh Jokowi. "Sudah, saya tidak berani (sambil menunjuk ke arah Jokowi)," kata Megawati.

Pada saat bertemu dengan Surya Paloh, pertanyaan serupa ditanyakan lagi ke Jokowi. Namun ia enggan menanggapinya. "Pak, ada kemungkinan undang SBY ke Istana?" tanya wartawan.

Sayang, Jokowi tak menjawab. Ekspresinya datar, hanya melempar senyum khasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya