Debat Calon Gubernur Jakarta, Siapa Dibidik?

Debat Putaran Pertama Cagub dan Cawagub Pilkada DKI Jakarta pada 13 Januari 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Antusiasme publik atas debat calon gubernur Jakarta direspons dengan penambahan durasi arena adu kualitas jilid dua tersebut. Bersawala, para kandidat dituntut bertarung gagasan dan wawasan demi merengkuh simpati para pemilih.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Debat kandidat gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta menjadi acara yang ditunggu-tunggu khususnya oleh masyarakat Jakarta. Komisioner KPU DKI  Dahlia Umar mengatakan, acara debat kini dimulai pada pukul 19.30 WIB hingga pukul 22.15 WIB. Sementara sebelumnya, debat perdana dihelat mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.

Dengan penambahan durasi, pasangan kandidat dituntut lebih rinci dalam menyampaikan ide dan program mereka apabila terpilih dan memerintah nantinya.

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

“Paslon (pasangan calon) sebenarnya harus betul-betul memosisikan dirinya ada di standing mana dalam suatu permasalahan. Misalnya ada isu, dia harus memperjelas permasalahan itu apa, kenapa begitu ya. Tidak boleh jawabannya general dan enggak sesuai apa yang ditanyakan,” kata Dahlia di Kantor KPU DKI Jakarta, Jumat 27 Januari 2017.

Komisioner itu menekankan KPU berharap acara ini akan menjadi sumber informasi yang valid kepada masyarakat. Yang diharapkan bukan para calon saling menyerang, sebaliknya harus bisa “menjual diri” dengan cara-cara yang elegan dan cerdas.

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

“Jadi apa yang ditanyakan moderator maupun jawaban yang diharapkan dari pertanyaan atau tanggapan itu harus sesuai dengan tema, tidak boleh bernuansa menyerang,” lanjut Dahlia.

Debat kandidat Pilkada DKI Jakarta menjadi hajatan politik pesta demokrasi yang tak boleh dinafikan signifikansinya. Setidaknya ada 10 hingga 20 persen undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan di Pilkada Jakarta. Belum lagi angka swing voters yang belum firm ‘pas’ dengan pilihannya.  Angka undecided voters ini yang lantas perlu diperebutkan para kandidat melalui debat publik. Selain sebagai ajang menunjukkan kecakapan dan visi misi mereka.

Dihubungi secara terpisah, Pengamat Politik dan Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menilai debat pilkada khususnya debat terakhir, jelas akan  memengaruhi calon pemilih yang belum menentukan pilihan.

“Berpengaruh sekali. Paling tidak mengambil ceruk potensial pemilih rasional yang memilih berbasiskan kinerja, program dan pengalaman,” kata Pangi ketika dihubungi VIVA.co.id, Jumat petang, 27 Januari 2017.

Dia mengatakan, debat pertama dan kedua akan menjadi preferensi pemilih yang belum memutuskan pilihan. Debat akan menjadi ajang mendapatkan limpahan elektoral bagi tiga pasangan calon. Meski menurutnya yang paling berdaya tarik adalah debat terakhir yang waktunya hanya hitungan hari dari tanggal pilkada serentak yaitu 15 Februari 2017 mendatang.

“Namun saya kira yang sangat menentukan dan dominan pengaruhnya meningkatkan bobot elektoral adalah debat terakhir. Saya kira publik dan masyarakat sudah memotret dengan hati-hati dari debat pertama sampai debat terakhir sehingga akan memutuskan siapa calon gubernur yang ideal,” katanya.

Sementara tiga pasangan calon yaitu calon nomor urut 1 Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, calon nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan calon nomor urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno dirasa perlu lebih menggali program masing-masing dan lihai memainkan kompleksitas data tentang Jakarta menjadi nilai plus bagi masing-masing calon.

Ajang Penting

Efektivitas ajang debat untuk mengeruk suara tersebut diakui oleh masing-masing calon maupun tim pemenangannya. Wadah ini diakui bakal bisa menentukan ponten masing-masing calon di mata pemilih Jakarta.

Wakil Ketua Tim Kampanye Anies-Sandi, Muhammad Taufik mengatakan, ajang merenjeng lidah tersebut akan efektif menarik para pemilih yang belum menentukan pilihan.

“Saya kita punya pengaruh yang besar terhadap pemilih yang barangkali belum menentukan pilihan. Kan berdasarkan survei ada 20 sampai 23 persen undecided voters,” kata Taufik ketika dihubungi pada Jumat, 27 Januari 2017.
 
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta ini meyakini bahwa performa prima pasangan calon akan bisa meyakinkan publik yang selama ini belum tertarik untuk menentukan pilihan. Adu gagasan menjadi pertarungan yang harus serius diperjuangkan. Dia mengatakan pada debat perdana, pasangan Anies-Sandi yang didukungnya memiliki penampilan yang layak dibanggakan. Namun demikian pada debat kedua ini, Taufik berharap masing-masing calon bisa menampilkan pemikiran yang lebih tajam. “Saya meyakini besar pengaruhnya dengan debat ini,” kata Taufik lagi.

Ditemui dalam kesempatan lain, Ketua Tim Pemenangan Agus-Sylvi Nachrowi Ramli juga sepakat debat ini ajang yang sangat penting bagi calon yang diusungnya.

“Tentu sangat penting dan berpengaruh karena pada debat ini kita bisa menjelaskan visi misi dan program unggulan. Jadi bagi kami debat sangat penting sekali,” kata Nachrowi Ramli.

Pada debat kedua kata dia, Agus-Sylvi sudah menguasai materi debat dan siap memberikan kejutan kepada khalayak. “Permasalahan yang selama ini dirasakan rakyat tentang reformasi birokrasi, pelayanan publik dan tata kota. Siap insya Allah,” kata Politikus Demokrat tersebut.

Tak jauh berbeda, Juru Bicara Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Ruhut Sitompul meyakini debat menjadi sarana efektif bagi pasangan calonnya mengambil hati pemilih sekaligus menggerek naik elektabilitas. Buktinya kata dia, setelah debat pertama, elektabilitas petahana terus meningkat.

“Sangat efektif, karena faktanya setelah debat pertama di beberapa lembaga survei itu posisi Ahok-Djarot sekarang itu yang pertama, kata Ruhut ketika dihubungi VIVA.co.od, Jumat 27 Januari 2017.

Dia mengatakan, hal yang istimewa dari Ahok-Djarot adalah, keduanya menyampaikan program yang realistis. “Akhirnya rakyat bisa melihat mana janji mana bukti. Kalau  calon lain masih janji, Ahok sudah kasih bukti. Apa yang dia sampaikan memang telah dikerjakan,” katanya.

Ruhut mengatakan, tim Ahok-Djarot juga tidak mempermasahkan format maupun durasi debat nantinya. Calon pasangan petahana disebut siap dengan berbagai variasi dan perubahan.

Rasio Survei

Pengaruh debat Pilkada DKI Jakarta juga terbaca dengan dinamika hasil survei yang dilangsungkan sejumlah survei pascadebat perdana pada tanggal 13 Januari 2017 silam. Sejumlah hasil survei mencerminkan angka-angka tingkat keterpilihan atau elektabilitas calon yang merangkak naik maupun bergerak turun.

Tak hanya lembaga survei, media daring atau online juga melakukan survei melalui media sosial Twitter. Salah satunya VIVA.co.id. Setelah debat perdana tersebut, hasil survei VIVA.co.id yang diikuti oleh 15.872 orang hingga tanggal 16 Januari 2017 menunjukkan bahwa pasangan Anies-Sandi mendapatkan polling terbanyak yakni 52 persen dan disusul pasangan Basuki-Djarot atau Ahok-Djarot 36 persen dan pasangan Agus-Sylvi 12 persen.

Pertanyaan yang diajukan adalah “Jika Pilkada DKI dilaksanakan satu hari setelah debat kemarin, paslon mana yang akan Anda pilih?”

Selain media, setidaknya ada empat lembaga survei yang merilis hasil jajak pendapat  setelah debat pasangan kandidat dilangsungkan yaitu Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Populi Center, Alvara Research Center dan Indikator Politik Indonesia. Hasil survei pula beragam.

LSI Denny JA menunjukkan hasil bahwa pasangan Ahok-Djarot dan Agus-Sylvi akan melaju ke putaran kedua. Sementara pasangan Anies-Sandi akan pupus di putaran pertama dengan tingkat elektabilitas 21, 4 persen. Menurut survei LSI, pasangan Agus-Sylvi memiliki elektabilitas tertinggi yakni 36,7 persen dan Ahok-Djarot menyusul di angka 32,6 persen.

Angka elektabilitas petahana setelah debat perdana menurut survei LSI melonjak naik setelah pada 19 November 2016, LSI sempat merilis bahwa elektabilitas Ahok-Djarot pada saat itu ada di angka 10,6 persen.

“Citra buruk tersangka,” kata peneliti LSI Ardian Sopa alasan anjloknya elektabilitas Ahok pada November lalu.

Sementara pada rilis Populi Center 22 Januari 2017, ditunjukkan bahwa elektabilitas Ahok-Djarot ada di angka 36,7 persen, Anies-Sandiaga Uno 28,5 persen dan Agus-Sylvi 25,0 persen.

Tiga hari setelah survei Populi, lembaga survei Indikator Politik Indonesia juga merilis hasil survei Pilkada Jakarta. Menurut hitungan survei lembaga yang dipimpin Burhanuddin Muhtadi ini, elektabilitas Ahok-Djarot meningkat menjadi 38,2 persen setelah sebelumnya hanya 31,8 persen.

Sementara elektabilitas Agus-Sylvi berada di angka 26,5 persen dan Anies-Sandi dengan 23,6 persen.

“Tren pasangan Anies-Sandi cenderung stabil dari 23,9 persen pada bulan Desember 23,6 persen pada bulan Januari,” kata Burhanuddin Muhtadi pada saat merilis hasil survei.

Terakhir, Alvara Research Center juga mengumumkan hasil survei soal elektabilitas para calon. Pasangan Ahok-Djarot kembali unggul dengan tingkat keterpilihan 34,83 persen. Sementara pasangan Agus-Sylvi mendapatkan 31,75 persen dan pasangan calon Anies-Sandiaga mendapatkan elektabilitas 22,17 persen.

“Sementara pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 11,25 persen sehingga Pilkada DKI berpotensi dua putaran. Pasangan Agus-Sylvi dan Ahok-Djarot yang berpotensi maju di putaran dua,” kata CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya