Akhir Damai Pilkada DKI

Ilustrasi-Pelaksaan Pilkada Serentak di Indonesia
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Aman, lancar, dan sportif. Ini tiga kesan utama yang dimunculkan Pemilihan Kepala Daerah Jakarta putaran kedua, yang berlangsung 19 April 2017.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Walau sebelumnya mengalami masa kampanye yang penuh intrik dan saling cerca – terutama di media sosial – dan ada bau-bau muslihat dari masing-masing tim sukses pasangan calon, hari pencoblosan berjalan kondusif dan aman. Ini pun diakui semua pihak – mulai dari masyarakat, aparat keamanan, hingga kubu Ahok-Djarot dan Anies-Sandi. Segala keresahan, sabotase, maupun gangguan keamanan seperti yang dikhawatirkan sebelumnya tidak nampak pada Hari Pencoblosan.

Hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei langsung bergulir begitu waktu pemungutan suara ditutup. Masyarakat pun sudah melihat hasilnya dan yakin tidak akan begitu beda dari hasil hitung nyata (real count) yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta awal Mei mendatang. 

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

Itu sebabnya, kubu yang kalah sudah mengucapkan selamat kepada calon pemenang. Sedangkan pemenang versi hitung cepat pun memberi pujian kepada kompetitor mereka itu sekaligus mengajak seluruh warga Jakarta untuk tanggalkan perbedaan selama kampanye Pilkada untuk bersatu lagi membangun Ibu Kota.  

Fakta-fakta pada 19 April itu membuktikan bahwa rakyat Jakarta sudah cukup matang dalam berdemokrasi. Pilkada yang lancar di Ibu Kota itu pun bisa menjadi contoh bagus bagi kota-kota lain, bahkan juga negara-negara lain – karena pemilihan ini juga disimak secara langsung oleh pemantau dari 29 negara. Ada yang dari Sri Lanka, Hongaria, Australia, hingga Amerika Serikat.    

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

Hasil hitung cepat Pilkada DKI putaran kedua ini pun cukup mengejutkan. Ahok-Djarot yang pada putaran pertama unggul dari Anies-Sandi justru kini di posisi sebaliknya.  Angka-angka itu tercermin dari hitung cepat seluruh lembaga survei. Berbulan-bulan tensi di Jakarta ‘panas’ karena pilkada. Kini saatnya warga Jakarta bersiap mengawasi calon pemimpin baru.

Hiruk-pikuk kemenangan terasa betul di kediaman Prabowo Subianto. Pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Anies Bawedan-Sandiaga Uno juga merapat ke Jalan Kertanegara, lokasi kediaman Ketua Umum Gerindra tersebut segera setelah Anies-Sandi keluar sebagai pemenang versi hitung cepat atau quick count lembaga survei.

Salah satunya, dengan data yang masuk 100 persen, Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa Anies-Sandi mendapatkan suara 57,89 persen sementara Ahok-Djarot memperoleh suara 42,11 persen.  

Pasangan Anies-Sandi dipetakan unggul di lima wilayah Jakarta termasuk di Kepulauan Seribu. Tingkat partisipasi pemilih 77,82 persen dengan margin of error plus minus 1,58 persen. Para tokoh yang selama ini menyatakan dukungan tampak hadir di rumah Prabowo itu. Mereka kompak mengenakan kemeja putih.

Satu per satu, Ketua Umum Perindo Harry Tanoesoedibjo, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Politikus teras PAN Amien Rais,  Presiden PKS Sohibul Iman, Sekjen PKS Mardani Ali Sera, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Gerindra Hasjim Djojohadikusumo. Wajah-wajah mereka sumringah dan menggurat tawa merespons optimisme Prabowo pada petang di hari pilkada.

“Kita dapat berita bahwa 90 persen quick count sudah masuk dan menunjukkan bahwa DKI Jakarta mendapatkan gubernur dan wakil gubernur baru,” kata Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta, Rabu 19 April 2017.

Wajah Anies Baswedan dan Sandiaga Uno juga tak jauh berbeda. Pasangan akademisi dan pengusaha itu terlihat lega karena unggul. Formalnya, hanya tinggal menunggu real count, penghitungan resmi versi Komisi Pemilihan Umum. Anies Baswedan dengan gaya diplomatis seperti biasanya dan intonasi suara yang teratur mengatakan bahwa kemenangan versi hitung cepat adalah awal pekerjaan rumah bagi dirinya dan Sandi.

“Bagi kami perjalanan masih panjang, ikhtiar yang kita lakukan bukan sekadar pemenangan namun mengembalikan keadilan bagi warga Jakarta, komitmen kita maka kita akan terus memfokuskan pada keadilan sosial,” kata Anies Baswedan dalam kesempatan yang sama.

Anies mengatakan, dia berkomitmen untuk menjaga kebinekaan di Jakarta dan sekaligus memelihara persatuan di Indonesia.

Sementara Sandi mengatakan bahwa dengan adanya prediksi kemenangan ini, hal pertama yang akan mereka lakukan adalah akan berkomunikasi dengan pasangan rivalnya, Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat alias Ahok-Djarot.

“Rekonsiliasinya dimulai hari ini jam ini. Bahwa hal pertama yang akan kita lakukan adalah berkomunikasi berdialog dengan pak Basuki dan pak Djarot,” kata Sandi.

Selanjutnya...Sempat Bukan Favorit Survei

Sempat bukan Favorit Survei

Pascalengser dari jabatan Menteri Pendidikan di Kabinet Kerja Presiden Jokowi, Anies hitungan bulan “dipinang” oleh Partai Gerindra dan PKS dipasangkan dengan Sandiaga Uno yang awalnya ingin maju menjadi calon Gubernur.

Yang menarik, pada awal maju ke pilkada putaran pertama, popularitas baik elektabilitas Anies Baswedan pada saat itu relatif tertinggal dibanding dua calon lainnya, Ahok dan Agus Yudhoyono. Pula Sandiaga Uno tampaknya tak membuat elektabilitas pasangan itu terdongkrak naik.

Namun belakangan menjelang pilkada putaran pertama, elektabilitas Anies mulai naik dengan adanya sejumlah blunder yang dinilai dilakukan pasangan Agus-Sylvi dan para pendukungnya. Hingga akhirnya pada pilkada 15 Februari 2017, yang lolos hanya dua pasangan, Ahok-Djarot dengan suara 42,99 persen dan Anies-Sandi dengan perolehan suara 39,95 persen. Itu jumah perolehan versi KPU.

Namun pada survei-survei menjelang Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, justru prediksi survei untuk Anies-Sandi, terdongkrak naik.

Pengamat politik dari Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menilai, bisa dipahami jika pada akhirnya Ahok-Djarot tumbang di putaran kedua. Burhanuddin mengatakan, jelas kasus Al Maidah yang kini tengah menjerat Ahok menjadi terdakwa dugaan penodaan agama menyumbang degradasi suara terhadap Ahok.

Apalagi kata dia merujuk pada angka perolehan suara pada putaran pertama, Ahok dan Djarot sebenarnya belum pada tingkat atau level aman rasa suka atau kesukaan warga Jakarta atau calon pemilih untuk tidak menggeser pilihannya.

“Kasus Al Maidah punya sumbangan besar tingkat ketidaksukaan terhadap Ahok,” kata Burhanuddin Muhtadi.

Menurutnya, pascaputaran pertama, Indikator juga tidak memprediksi Ahok-Djarot menang lantaran jumlah undecided voters juga masih relatif tinggi. Selain itu Burhanuddin  memprediksi bahwa kekalahan pasangan nomor urut dua ini tak lain karena adanya isu bagi-bagi sembako pada masa tenang yang dituding dilakukan tim sukses Ahok-Djarot.

“Kasus Al Maidah membuat orang yang mengakui kinerja Ahok tetap hatinya masih terganggu,” lanjut Burhan soal faktor kekalahan Ahok-Djarot tersebut.

Sementara tim sukses Anies-Sandi yang juga pemimpin lembaga survei Polmark, Eep Saefullah Fatah mengatakan, fenomena warga Jakarta puas dengan kinerja Ahok namun tak memilihnya tersebut, sudah terlihat bahkan sebelum adanya kasus Al Maidah.

“Di atas 70 persen orang Jakarta merasa puas dengan kinerja Ahok namun di bawah 50 persen mengatakan akan memilih,” kata Eep.

Menurut Eep yang menjadi soal selama ini adalah adanya problem komunikasi antara pemimpin dan masyarakat Ibu Kota.

“Sikap pemimpin dengan gaya tertentu membuat orang merasa bisa terpisah-pisah, ini yang menjadi catatan kami,” lanjutnya.

Selanjutnya...Seizin Tuhan


 
Seizin Tuhan

Pada petang yang sama, pasangan Ahok-Djarot dan para pendukungnya juga berkumpul di Hotel Pullman, Jakarta. Djarot pada saat itu diberikan kesempatan pertama untuk memberikan pernyataan. Wajah Ahok dan Djarot saat itu terlihat berusaha tegar.

“Nanti kita juga akan menunggu hasil penghitungan real count yang akan diumumkan KPU Jakarta. Berdasarkan quick count pasangan Anies-Sandi unggul jadi saya ucapkan selamat sambil kita menunggu hasil dari KPU,” kata Djarot.

Dia meminta semua pihak bisa menahan diri dan kembali membangun kebersamaan. Djarot melanjutkan, selama ini dia telah melihat kerja keras pendukungnya dan tim sukses juga warga Jakarta yang memberikan suara kepada pasangan nomor urut dua.

“Di dalam hidup ini yang perlu kita pupuk adalah ketenangan jiwa. Jiwa yang tenang akan mampu menghilangkan seluruh dendam. Ketenangan jiwa ini dibutuhkan bagaimana di proses demokrasi ini semua pihak yang harus meningkatkan ketenangan jiwa,” lanjut Politikus PDIP  tersebut.

Pada sisa masa tugas nanti, Ahok dan Djarot akan menuntaskan program yang berjalan selama ini. Djarot mengingatkan, sistem di Jakarta sudah menerapkan open government sehingga tinggal bisa dilanjutkan oleh Anies-Sandi.

Ahok pada kesempatan tersebut juga memberi pernyataan dengan gamblang mengapresiasi penyelenggaraan pilkada.

“Semua lupakan persoalan pilkada karena Jakarta ini adalah rumah kita bersama,” kata Ahok.

Dia mengatakan, dalam enam bulan ke depan, akan menuntaskan pekerjaan rumah di Jakarta hingga tampuk pimpinan beralih kepada Anies-Sandi.

Ahok juga meminta agar para pendukungnya tidak perlu bersedih atas hasil pilkada kerena kekalahan di pemilihan gubernur juga pernah dialaminya pada saat pilkada pemilihan gubernur di Bangka Belitung pada tahun 20017.  Ahok lalu menutup pernyataannya dengan prinsip yang dia yakini selama ini.

“Kekuasaan itu Tuhan yang kasih dan Tuhan yang ambil. Tidak ada seorang pun yang bisa menjabat tanpa seizin Tuhan,” katanya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya