Molotov di Tengah Gejolak TransJakarta

Armada Bus Transjakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro

VIVA.co.id – Senin malam, suasana salah satu rumah di Jalan Bandeng II, Jati, Pulogadung, Jakarta Timur, berbeda dari biasanya. Kepulan asap dan kobaran api kecil membuat pemilik rumah kebingungan. Suara ledakan kecil membuat heboh dan panik seisi rumah milik Direktur Utama PT TransJakarta, Budi Kaliwono. Namun beruntung, api dari botol yang disebut bom molotov itu tak membesar dan bisa dikendalikan. 

Polres Jaktim Tangkap 24 Remaja Diduga Hendak Tawuran, Sita Celurit hingga Bom Molotov

Syok, sudah pasti. Keluarga Budi bahkan tidak ada yang menduga jika mereka menjadi sasaran aksi teror. Belum diketahui siapa pelaku atas kejadian ini. Budi langsung melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Metro Pulogadung. Polisi bertindak. Sejumlah barang bukti di lokasi dibawa. Saksi di lokasi juga ditanya. CCTV yang ada di rumah Budi pun ikut diintai. Pemeriksaan sementara, pelemparan bom molotov ini dilakukan oleh satu orang.

Kepala Polres Metro Jakarta Timur, Komisaris Besar Pol Andry Wibowo, mengatakan, pelemparan bom molotov dilakukan oleh satu orang dengan mengendarai sepeda motor. Bom molotov dilemparkan dari atas sepeda motor saat hujan deras mengguyur wilayah sekitar tempat tinggal Budi Kaliwono, Selasa malam, 13 Juni 2017.

Ada Bom Molotov Ketika Polisi Tangkap 10 Remaja yang Hendak Tawuran

"Ya kurang lebih. Kalau tidak salah satu ya. Ada orang yang naik motor kemudian melemparkan botol itu," kata Andry, Rabu, 14 Juni 2017.

Andry belum mau menduga-duga, apakah peristiwa ini berkaitan dengan aksi mogok kerja karyawan perusahaan itu, beberapa waktu lalu. "Kami lagi lidik," ujar Andry.

2 Kali Rumahnya Dilempari Bom Molotov, Ketua GP Ansor Lampung Lapor Polisi

Menurut dia, segala macam bentuk informasi yang ada akan ditelusuri. Hal itu dirasakan perlu untuk mengungkap siapa dan apa motif pelemparan bom molotov ke rumah Budi.

"Seluruh struktur persoalan yang ada itu menjadi titik tolak yang berkaitan dengan Direktur TJ, untuk jadi bahan awal (penyelidikan)," ujarnya.

Diketahui, pada Senin, 12 Juni 2017, puluhan karyawan PT TransJakarta melakukan aksi mogok kerja di Kantor Pusat TransJakarta. Para karyawan meminta status mereka diangkat menjadi karyawan tetap

Dalam aksi mogok kerja tersebut, para karyawan kontrak menuntut dua hal yakni meminta TransJakarta menghapus kontrak bertahun-tahun. Karyawan juga meminta TransJakarta melakukan pengangkatan karyawan kontrak menjadi karyawan tetap.

Akibat peristiwa tersebut, layanan bus TransJakarta terhenti. Banyak bus yang berhenti operasi lantaran tidak ada sopir. Kondisi ini terjadi di Halte Harmoni, Jakarta Pusat, Mampang arah Kuningan, Jakarta Selatan dan Halte Kebayoran Lama atau Simprug.

Selanjutnya... Masalah Administrasi

Masalah Administrasi

Direktur Utama PT TransJakarta, Budi Kaliwono, menjelaskan kesulitan untuk mengangkat seluruh karyawan menjadi karyawan tetap. Karena pengangkatan karyawan tetap harus melalui proses. Apalagi, penghasilan karyawan TransJakarta sudah di atas UMR (Upah Minimum Regional) yang ditetapkan pemerintah. 

"TransJakarta sedang memperbaiki administrasi kepegawaian. Banyak karyawan yang bekerja sejak TransJakarta mulai berdiri, sementara TransJakarta berbadan hukum (PT) mulai 2015," katanya.

Dia juga meminta maaf atas aksi mogok anak buahnya selama berjam-jam. Pelayanan terhadap masyarakat sangat terganggu. "PT Transportasi Jakarta meminta maaf kepada pelanggan karena pelayanan sempat terganggu pada Senin pagi menjelang siang. Saat ini gangguan tersebut sudah ditangani," ujar Budi.

Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Jak Sumabrata, menyayangkan aksi mogok massal yang dilakukan karyawan TransJakarta. Hal ini menurutnya memperparah sistem transportasi massal yang ada di Jakarta. Harusnya, TransJakarta sebagai transportasi idola warga Jakarta lebih memberikan fasilitas yang baik terutama dalam pelayanan dan tidak terbelenggu urusan internal apalagi karyawan.

"Harusnya TransJakarta yang mengatur transportasi Jakarta, ini malah terjebak dengan urusan operator. Kalau kejadiannya sampai kayak aksi mogok kemarin itu berdampak pada warga, kan kasihan mereka diturunkan di tengah jalan. Ini membuat efek trauma menggunakan TransJakarta," kata Jak saat dihubungi VIVA.co.id.

Jak juga mengkritisi agar TransJakarta berubah menjadi lebih baik, terutama menarik warga beralih dari kendaraan pribadi ke umum. "Kalau sudah seperti kejadian kemarin, pasti warga mikir-mikir naik TransJakarta. Mereka lebih memilih naik motor yang lebih cepat. Nah itu tidak memecahkan kemacetan Jakarta. Lebih baik dipikirkan untuk keseluruhan, baik fasilitas, harga dan segala sesuatunya," kata dia. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya