Rindu Lagu Anak

lagu anak.
Sumber :
  • http://sayangianak.com/download-lagu-anak-anak-gratis-di-marinyanyi/

VIVA.co.id –

Cerita Dominique Regina untuk Lagu Rindu Ayah

“Kelinciku kelinciku, kau manis sekali
Melompat kian kemari, sepanjang hari
Aku ingin menemani, sepulang sekolah
Bersamamu lagi, menari-nari”

 

Lagu ‘Kelinciku’ ini pernah populer di zamannya. Liriknya sederhana dan mudah dihafal. Anak-anak menyanyikan lagu itu dengan riang. 

Lagu Ibu Pintu Surgaku Pimpin EP Jenaka Mahila di Hari Ibu

Banyak diajarkan di bangku taman kanak-kanak, lagu itu sering disertai gaya lucu anak yang menyanyikannya. Sang anak pun senang. Teman-temannya ikut bersuka cita. Masa kecil yang dilalui dengan riang dan gembira. 

Kala itu, lagu-lagu anak begitu disukai. Tak hanya ‘Kelinciku’, di masanya, banyak lagu yang juga sering diajarkan para ibu dan guru taman kanak-kanak. Sebut saja Balonku, Bintang Kecil, Bangun Tidur, hingga Anjing Kecil.

Bekasi Kumpulkan 150 Guru Paud Buat Bikin Lagu Anak

Namun, kini, lagu-lagu anak dengan lirik yang sederhana dan penuh keriangan itu seolah mulai menghilang. Bahkan, nyaris tak ada lagu-lagu baru yang bisa menggantikan ketenaran Balonku hingga Kelinciku.

Lagu-lagu anak mulai tergerus lagu remaja dan dewasa yang bertema cinta. Bahkan, di ajang pencarian bakat untuk anak pun, kontestan cenderung memilih lagu pop atau band terkenal demi bersaing dengan peserta lainnya.

Kondisi itu yang dikhawatirkan publik, dan mengisyaratkan bahwa lagu anak mulai ditinggalkan.

Selanjutnya, Tak Mendapat Ruang

Tak Mendapat Ruang

Lagu anak kini hampir tak lagi diberi ruang secara visual dan disaksikan para penonton Tanah Air. Kondisi itu memicu keprihatinan pelaku di industri hiburan. 

Mantan penyanyi cilik, Enno Lerian, mengaku prihatin dengan sudah jarangnya lagu-lagu anak. Eno merasakan perbedaan dibanding zamannya berkiprah dahulu. Ia merasa, ada kemunduran yang terjadi.

"Iya, industrinya kali ya, enggak ngerti juga. Kayaknya zaman sekarang, 10 tahun terakhir ini, lagu-lagu anak memang drop banget," ujarnya.

Enno menjelaskan bahwa banyak faktor yang memengaruhi berkurangnya minat anak sekarang terhadap lagu anak. Dari variasi acara televisi hingga gadget.

"Tayangan edukasi tentang anak-anak bisa dibilang jarang, walaupun ada, tapi tidak sebanyak zaman dulu. Jadi memang enggak bisa dipungkiri, teknologi makin canggih dan anak-anak mau enggak mau jadi ngikutin teknologi," kata Enno.

Sementara itu, pengamat musik, Bens Leo, mengatakan, lagu anak sebenarnya masih ada. Namun, kurang mendapatkan ruang yang banyak di media televisi. Jarang, bahkan tak ada acara yang menonjolkan tentang kreativitas untuk menciptakan atau melestarikan lagu-lagu anak.

"Sebetulnya industri lagu anak masih ada. Namun, ruang mereka untuk berkreatif tidak ada," ucap Bens Leo kepada VIVA.co.id, Selasa 1 Agustus 2017.

Bens melanjutkan, jika seorang penyanyi anak ingin menunjukkan lagu atau karyanya, mereka kesulitan untuk mendapatkan tempat demi mencuri perhatian, seperti lagu-lagu pop lainnya.

"Sekarang nyatanya memang yang didengarkan oleh mereka, para penonton anak-anak, adalah lagu pop (lagu orang dewasa)," ucap Bens Leo.

Bens juga mengkritik adanya ajang pencarian bakat anak yang justru tidak mendukung lagu-lagu anak. Mereka, para peserta yang mengikuti ajang tersebut, lebih suka membawakan lagu-lagu pop orang dewasa ketimbang lagu anak.

"Ini problemnya. Peserta justru membawakan lagu-lagu cinta dan dewasa. Beri ruang untuk lagu anak unjuk gigi," ucap Bens.

Bens menginginkan lagu anak diberi tempat di stasiun televisi. Beri kesempatan anak-anak yang memiliki bakat menyanyi dan menciptakan lagu untuk tampil di depan publik.

"Mereka harus diberi kesempatan yang banyak. Tapi, kalau yang menonton justru lebih banyak suka lagu orang dewasa, pop, ya sama saja," ucap Bens dengan nada kecewa.

Bens berpesan agar acara apa pun yang ditujukan kepada anak-anak, diberi ruang untuk mempromosikan lagu anak. "Kan itu untuk mereka juga, agar percaya diri membawakan lagu anak tersebut diperkenalkan kepada publik," ucap Bens.

Bens pun menceritakan, demi melestarikan lagu-lagu anak, dia sempat membuat album Festival Lagu Anak. Menurut dia, perlu ada formula khusus agar album tersebut bisa diterima baik oleh anak Indonesia.

Salah satu formula itu ialah memadukan album musik dengan buku cerita anak. "Kehadiran album musik dan buku cerita ini akan membuat anak-anak tertarik untuk mendengarkan dan membaca, karena isi ceritanya pun edukatif," kata Bens Leo.

Bens Leo mengatakan, album Festival Lagu Anak diharapkan bisa menjadi jawaban atas kegalauan para orangtua yang melihat anak-anaknya menyanyikan lagu dewasa.

"Saya katakan saat itu bahwa album festival lagu anak bisa menjadi alternatif bagi orangtua ketimbang melihat anak-anaknya menyanyikan lagu dewasa. Mudah-mudahan bisa seperti itu," ujar Bens Leo.

Mantan penyanyi cilik Chicha Koeswoyo menambahkan, lagu-lagu anak memberikan manfaat sendiri. Menurut Chicha, pesan dalam lirik-lirik lagu anak-anak, seperti ajakan untuk mandi, menggosok gigi, atau ajakan makan sayur, menurutnya merupakan medium yang sangat efektif untuk menstimulus anak-anak, agar mereka bisa dengan senang hati melakukannya.

"Kalau ajakan kepada anak-anak soal mandi, makan sayur, dan sebagainya itu, kalau dituturkan akan lama. Nah, melalui lagu, hal itu memudahkan proses tersebut. Karena sebetulnya hal-hal yang kita didik ke anak-anak itu seakan hidup dalam alunan musik," kata Chicha Koeswoyo kepada VIVA.co.id.

Selain itu, putri sulung dari Nomo Koeswoyo tersebut meyakini, jika lirik positif yang kerap didendangkan dalam lagu anak-anak dapat membantu mereka dalam upaya membentuk karakter yang baik.

"Karena faktanya, lagu-lagu anak itu juga bisa membentuk karakter anak lho. Karena liriknya bisa diingat di memorinya," ujar Chicha.

Meski demikian, Chicha mengakui jika seiring dengan perubahan zaman, pembuatan lagu-lagu anak tentunya juga membutuhkan formulasi yang tepat, sehingga bisa terdengar lebih inovatif di era saat ini.

Sebab, usia perkembangan anak dan segala tantangannya di era saat ini, pastinya jauh berbeda dengan formulasi pembentukan lagu-lagu serupa yang dilakukan para penciptanya beberapa dekade silam.

"Ada gap masa, di mana sekarang, kalau kita bicara lagu-lagu anak yang klasik seperti 'Balonku' dan sebagainya, kalau lagu itu diperkenalkan ke anak-anak hari ini, itu sudah enggak 'in' lagi, enggak nyambung. Karena di setiap usia perkembangannya, mereka itu kan perlu dipaparkan dan distimulasi melalui materi yang cocok dengan kebutuhan di umur dan zaman itu," ujarnya.

Selanjutnya, Lagu Anak Akan Punah?

Lagu Anak Akan Punah?

Lestarinya lagu-lagu anak di Tanah Air harus ada dukungan serta dorongan kuat dari banyak pihak. Gitaris Tohpati mengaku sangat khawatir akan minimnya upaya penciptaan dan pelestarian lagu anak-anak di Indonesia.

Dia menilai, langkanya upaya pengenalan dan pelestarian lagu anak-anak, membuat sebagian generasi anak muda saat ini sama sekali tak mengetahui adanya lagu-lagu tersebut.

"Sesegera mungkin (harus ada upaya pelestarian). Karena kan lagu anak sudah langka,” tuturnya.

Menurut dia, kondisi itu lebih mengkhawatirkan, karena mungkin lagu-lagu seperti Burung Kakak Tua, Balonku, hingga Desaku, yang tahu sekarang hanya angkatan 25 tahun ke atas. “Di bawah itu mereka kayaknya sudah pada enggak tahu. Anak saya SMA kelas satu enggak tahu lagu Desaku," ujar Tohpati.

Pemilik nama lengkap Tohpati Ario Hutomo itu menilai, lagu-lagu anak yang kini hanya dikenal oleh sebagian segmentasi umur itu, suatu saat akan menghilang, seiring dengan menghilangnya generasi yang sempat tahu akan lagu-lagu tersebut.

"Jadi sebenarnya, kalau generasi saya sudah punah, lagunya juga bisa ikut punah. Seharusnya lagu-lagu anak yang sudah ada sejak dulu itu disosialisasikan lagi dan dilestarikan ke anak-anak sekarang," kata Tohpati.

Oleh karena itu, selain upaya menciptakan lagu anak-anak terbaru, pemerintah melalui institusi pendidikan harus segera melakukan berbagai upaya pelestarian lagu anak-anak yang sudah ada. Upaya itu agar anak muda generasi mendatang bisa turut menjalankan estafet pengetahuan dan penciptaan lagu anak-anak tersebut di masa mendatang.

"Menurut saya, tanya saja anak-anak SMA sekarang, mereka itu banyak yang enggak tahu lagu-lagunya AT Mahmud misalnya. Jadi, baik juga menciptakan kembali lagu anak-anak yang baru, tapi juga jangan lupa mengenalkan lagu-lagu anak yang lama," ujarnya.

Selanjutnya, Peran Pemerintah

Peran Pemerintah

Tohpati menegaskan, upaya penciptaan dan pelestarian lagu anak-anak, peran pemerintah sangat dibutuhkan sebagai pihak sentral. Peran pemerintah dinilai sangat penting.

"Oh iya dong, peran negara sangat sentral dalam hal ini. Bagaimana caranya bisa tersosialisasikan dan pemerintah mau dukung, ya kontennya, visinya itu, yang bergerak sekarang ini harus jelas banget, termasuk positif-negatifnya," ujar Tohpati.

Namun, dia juga mengaku, seiring dengan perubahan zaman, upaya penciptaan lagu-lagu anak harus disesuaikan dengan kondisi saat ini.

"Sebenarnya kan zaman sudah berganti, musik pun demikian. Jazz sudah enggak swing-swing banget. Jadi menurut saya, lagu anak pun harus ada penyesuaiannya. Mungkin kualitas manusia sekarang sudah beda dengan dulu," ujarnya.

Dia menilai, persepsi tentang anak-anak hari ini dan lagu-lagu yang harus disediakan untuk menemani masa kecil mereka, sangat berbeda dengan persepsi anak-anak yang dikenal selama ini. Sebab, sudah banyak 'anak-anak ajaib' di masa saat ini, yang harus disikapi berbeda pula sesuai perkembangan zaman yang ada.

"Mungkin orang berpendapat kalau anak kecil hanya bisa mengingat lagu-lagu sederhana. Tapi sekarang kan sudah banyak prodigy (anak ajaib). Banyak anak umur enam tahun, tapi main drumnya luar biasa kayak sudah umur 30 tahun, pemain piano pun demikian. Jadi harusnya mereka-mereka ini kan jadi tanda bahwa generasi sudah berubah," kata Tohpati.

Oleh karenanya, Tohpati menekankan perlunya mengembangkan segala bentuk inovasi dalam upaya penciptaan dan pelestarian lagu anak-anak. Upaya ini agar bisa mengejar perubahan yang terjadi di kehidupan anak-anak zaman sekarang dan segala dinamikanya.

"Jadi selain nada dan lirik, musik juga harus dikembangkan. Bagaimana agar cara penyampaian lagu ini sampai ke anak-anak, jangan hanya memperhatikan melodi dan lirik, tapi musiknya juga diinovasi, karena zaman sudah berubah," ujarnya.

Chicha Koeswoyo juga berpendapat senada. Pemerintah, menurut dia, harus mengambil peran cukup signifikan, karena budaya lagu anak-anak yang semakin tergerus oleh berbagai platform media sudah cukup mengkhawatirkan.

"Harapannya, dengan semakin banyak pihak yang peduli akan lagu anak-anak di Indonesia, pemerintah bisa mengambil peran yang signifikan untuk ikut berupaya mengembalikan budaya tersebut," kata Chicha.

Lalu, bagaimana pemerintah menanggapi hal tersebut? Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan bahwa lagu-lagu anak saat ini tak masuk dalam kurikulum di sekolah-sekolah. Hilmar Farid mengakui, saat ini lagu anak-anak memang sudah sangat terpinggirkan.

"Sayangnya tidak (masuk ke kurikulum pendidikan). Ini saya jujur saja, karena kurikulum untuk pelajaran seni memang disebutkan, tapi dalam pelaksanaannya diserahkan kepada pihak sekolah sebagai pelaksananya," kata Hilmar.

Dia mengatakan, saat ini kementerian sudah mulai merintis langkah-langkah ke arah tersebut, dengan mendahulukan aksi nyata dengan langsung terjun ke sekolah-sekolah. Upaya ini diakui Hilmar segera disusul dengan pembuatan kebijakan, setelah langkah di sekolah-sekolah nasional menjadikan lagu anak-anak sebagai salah satu materi kurikulum itu bisa terwujud lebih dulu.

"Kementerian sekarang memprakarsai penguatan pendidikan karakter, dan ini mesti diisi. Kalau saya, yang penting aksinya jalan saja dahulu, kebijakannya menyusul," ujar Hilmar. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya