Berdagang Kebencian, Bisnis Hitam Peretak Bangsa

Aksi kampanye anti-hoax di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id – "Kita lawan opini kebohongan media bayaran" demikian tagline yang terpampang jelas di foto sampul akun Twitter bernama @SaracennewsCom.

Raffi Ahmad Geram Dituduh Lakukan Pencucian Uang, Begini Responnya

Akun yang bertautan langsung dengan laman situs saracennews.com ini baru berumur setahun dan hanya memiliki pengikut 54 akun, dengan jumlah cuitan mencapai 1.464 buah.

Di Facebook, akun serupa menamai dirinya sebagai grup Saracen Cyber Team. Setidaknya ada lebih dari 136 ribu orang menjadi anggota dan dengan satu pengurus lalu 31 akun moderator.

Anti-Islam Meningkat Pesat di India Gegara Ini

Satu-satunya pengurus yakni akun bernama Jas. Pria ini yang kini dibekuk polisi atas perkara dugaan penyebar ujaran kebencian.

Tampilan muka akun Twitter SaracenNews.com

Ujaran Kebencian Terhadap Muslim di India Meningkat 62 Persen, Ini Pemicunya

FOTO: Tampilan muka akun Twitter Saracen/@SaracenNews.com

Ia disebut-sebut sebagai ketua 'kelompok Saracen', yang memiliki peran sebagai perekrut anggota dan pengunggah segala konten provokatif dan SARA ke media sosial.

Di Facebook, akun Jas diketahui pertama kali dibuat pada 2011. Sementara itu, grup Saracen Cyber Team di Facebook dibuat pada 2015, lebih tua setahun dibanding akun Twitter mereka @SaracennewsCom.

Sebuah jejak digital yang relatif muda. Namun jangan salah, kepolisian menyebut jika kelompok Saracen ini bukan sembarangan.

Konon, ada 800 ribu akun yang dikelola oleh Saracen. Mayoritasnya adalah akun yang diretas mulai dari milik orang Indonesia hingga Vietnam.

Dari ratusan ribu akun itu, kemudian mereka bisa mendistribusikan informasi secara meluas. Termasuk merekrut anggota baru.

Karena itu juga lah, kelompok ini kemudian bisa membuat grup yang terorganisasi dan terstruktur. "Ada grup wilayah, grup organisasi. Jadi tidak lagi perbuatan orang per orang saja. Sudah satu kelompok," ujar Kasubdit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Komisaris Besar Pol Irwan Anwar, Rabu, 23 Agustus 2017.

Selanjutnya, Mendulang Rupiah

Mendulang Rupiah

Polri merilis pengungkapan kasus Saracen, kelompok pelaku ujaran kebencian.

FOTO: Kepolisian mengumumkan sindikat Saracen

Banyaknya jumlah akun yang dikelola oleh kelompok Saracen, sepertinya menjadi posisi tawar tersendiri bagi kelompok ini untuk menjual diri.

Ibarat massa, maka 800 ribu akun jelas bukan jumlah sedikit. Sekali lontar konten di media sosial secara serentak dan dilakukan berulang, maka akan dengan mudahnya membentuk opini di jejaring sosial.

Atas itu, sejak 2015, Jas bersama sejumlah pengikutnya, SR dan MFT serta beberapa yang kini masih diburu polisi mulai mengorganisasi diri.

Pria yang kesehariannya sebagai penyedia jasa mobil travel di Pekanbaru Riau ini pun akhirnya berani 'menjual diri'. Bisnis mereka adalah menjajakan kebencian.

Ya, sindikat ini menyediakan jasa menabur kebencian di media sosial. Bisa menyerang kelompok tertentu, agama, SARA, politik, dan lain-lain. Dan atas itu juga, sindikat ini pun tak tanggung mematok harga jasa mereka.

Yakni dari puluhan juta hingga ada yang mencapai Rp100 juta tergantung order dari pemesan. Semua dinegosiasikan. Rincian yang ditawarkan mereka juga detail, misalnya Rp15 juta untuk biaya pembuatan laman. Lalu, Rp45 juta untuk menyediakan buzzer, dan lain sebagainya. Luar biasa.

Jelas dari situ, sindikat Saracen ini bisa dikatakan profesional dan terstruktur. Mereka cukup rapi bahkan detail untuk setiap harga dari jasa mereka menyebar kebencian.

Sejauh ini, kepolisian masih mendalami sejauh mana sindikat Saracen telah berhasil menjajakan dagangan mereka. Butuh waktu panjang untuk membongkar praktik Saracen.

"Ini tidak mudah karena dunia maya dan transaksi-transaksinya tidak semua melalui dunia maya, ada kopi darat dan termasuk penyidik sedang melacak untuk transaksi-transaksinya itu," ujar Kepala Bagian Mitra Divisi Hubungan Masyarakat Polri Komisaris Besar Awi Setiyono, Jumat, 25 Agustus 2017.

Selanjutnya, Siapa Dalang?

Siapa Dalang?

Ilustrasi kebencian.
Berbisnis kebencian, secara prinsip mungkin baru kali ini yang terkuak ke publik. Sebab konon, praktik ini memang subur di Indonesia.

Ini ditunjukkan dengan mudahnya publik menemukan sejumlah konten hoax atau palsu di mana pun di jagat internet.

Namun demikian, terkuaknya sindikat Saracen kini telah membuka mata publik bahwa kebencian itu kini bisa menjadi bisnis.

"Jaringan Saracen telah membuka mata kita semua. Bahwa jasa untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum ternyata memang benar adanya," ujar Ketua Pusat Studi Forensika Digital (Pusfid) Universitas Islam Indonesia, Yudi Prayudi, Jumat, 25 Agustus 2017.

Ya, bisnis hitam ini sudah tak terselubung lagi. Bahkan bukan tidak mungkin, Saracen saat ini cuma salah satu dari sekian ribu Saracen lain yang berkeliaran di jagat maya.

Apalagi, saat ini dengan bobroknya kemampuan literasi publik terhadap media, ditambah lagi dengan gempuran media sosial yang begitu cepat, semakin membuat peluang bisnis kebencian mendapat tempat.

Singkatnya, pasar itu ada dan melimpah di Indonesia. Tinggal lagi ada orang yang menyiapkan kontennya. Dan peluang itu lah yang kini dimanfaatkan sindikat Saracen.

"Cybercrime adalah sebuah potensi ekonomi yang sangat besar. Komunitas pengguna dan penyedianya selalu tumbuh untuk saling memanfaatkan satu sama lain," kata Yudi.

Beragam media sosial.

Karena itu, bisa dipastikan dalang utama dari kejahatan ini adalah rendahnya kemampuan orang Indonesia untuk memilah mana informasi yang palsu atau hoax dan fakta.

Sebab, cuma dengan kematangan menggunakan media sosial, menjadi satu-satunya benteng paling pertama yang bisa menekan praktik penebar kebencian.

Lalu, dalang berikutnya adalah mereka yang menyukai sesuatu yang merusak tanpa harus mengotori tangannya sendiri. Namun, siapa mereka, jelas ini membutuhkan penelusuran mendalam kepolisian.

"Masih perlu kami kaji dan pelajari," ujar Kasubbag Operasional Satgas Patroli Siber Dit Tipid Siber Bareskrim Polri, Ajun Komisaris Besar Polisi Susatyo Purnomo.

Yang jelas, mungkin kini dengan diungkapnya ke permukaan sindikat Saracen, maka ke depan akan bisa membuka mata rantai yang lain mengenai praktik jasa penebar kebencian ini.

Setidaknya, dengan ini maka paparan kampanye hitam, hoax, atau sentimen SARA yang kini menggelimang di publik bisa sedikit berkurang.

"Bisa merusak persatuan kesatuan bangsa kalau tindakan ini dibiarkan. Maka Polri harus mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya," ujar Presiden Joko Widodo melalui juru bicaranya Johan Budi Prabowo di Istana, Kamis, 24 Agustus 2017.

Ya, memberangus akar Saracen dan memotong sindikat lain yang berbisnis kebencian, begitu penting untuk Indonesia saat ini. Ingat, kini mungkin kebencian yang dibisniskan.

Ke depan siapa tahu, terorisme yang dijajakan oleh para pencari peluang bisnis hitam ini di internet. "Masih ada jaringan-jaringan serupa Saracen yang mengambil keuntungan finansial sebagai operator hoax," kata Anggota Komisi I DPR Fraksi PDI Perjuangan, Charles Honoris.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya