Mengenal Doula, Layanan Unik yang Diburu Ibu Hamil

Ilustrasi ibu hamil.
Sumber :
  • Pixabay/Pexels

VIVA.co.id – Sebuah surat ungkapan cinta dan ucapan terima kasih, terlihat memenuhi sebuah akun instagram. Ungkapan tersebut, diunggah berselingan dengan foto-foto yang menggambarkan proses persalinan. 

Kulit Kering saat Hamil, Berbahayakah? Ini Penjelasannya

Salah satu foto yang menggambarkan kelahiran seorang bayi mungil, juga sukses menarik 'jempol' para warganet. Begitu pula, foto seorang ibu yang menjalani proses kelahiran bayinya pun tak luput dihujani komentar yang bernada ‘semangat’, berbentuk doa, dan ungkapan-ungkapan positif.

Sungguh menyenangkan menelusuri instagram @jamilatus.sadiyah, Mila pemiliknya adalah seorang doula. 

Kenali Sejak Dini Gejala Hamil yang Berisiko Tinggi

Nama doula mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, bagi ibu-ibu yang sedang mempersiapkan persalinan, nama doula justru menjadi buah bibir. 

Doula adalah sebutan untuk pendamping persalinan non medis. Itu artinya doula bukanlah dokter, bidan, atau tenaga medis lainnya. Bisa dibilang, doula adalah penyedia jasa yang bertugas untuk untuk mendampingi dan melayani ibu hamil selama masa persalinan.

Benarkah Konsumsi Kunyit saat Hamil Berbahaya?

Terdengar aneh memang, pendamping persalinan yang selama ini seharusnya dilakukan oleh suami, atau orang terdekat lain (misalnya orangtua) sekarang, justru dilakukan oleh orang lain yang mungkin belum pernah kita kenal sebelumnya.

Namun, jangan keburu mengerutkan dahi, tidak seperti yang dibayangkan, meskipun terkesan sepele, ternyata doula bermanfaat dan banyak membantu ibu hamil untuk melancarkan proses persalinan.

Untuk mengenal lebih jauh tentang profesi doula, VIVA.co.id menghubungi Mila, seorang doula profesional. Menurutnya, doula memiliki peran yang sangat penting, karena mendukung segala hal yang terkait dengan persalinan. Karena pada saat melahirkan, wanita memiliki kebutuhan yang kompleks, termasuk kebutuhan secara psikologis yang terkadang tidak bisa dipenuhi oleh pasangan.

Selain itu, fokus doula tidak hanya pada ibu dan bayi semata, tetapi ayah dan keluarganya juga di-support secara moril. Menurutnya, dalam proses persalinan, ayah tidak kalah pentingnya dan tak kalah paniknya dengan ibu yang akan melahirkan. 

“Bagaimana orang yang juga panik, terus disuruh support istrinya yang juga panik. Untuk itu, dibutuhkan doula untuk membantu proses ini," ujarnya.

Di lain sisi, seorang perempuan akan merasa nyaman, saat didampingi oleh perempuan lain. Dalam masyarakat tradisional, peran ini bisa dilakukan oleh keluarga, atau teman.

 

Selamat datang mas, sekali lagi selamat yah mbak @laudiput aku tau usaha mbak yg setiap hari juga yoga dirumah, dan semangat affirmasi positif. Alhamdulillah Allah mudahkan ???? Happy breastfeeding #Repost @laudiput (@get_repost) ??? Jam 08:50 kepala udah keliatan mau keluar, mama dan suami makin panik telpon bidan. Disuruh atur nafas tapi tetep aja pengennya ngejan. Dan akhirnya 08:55 dengan 2x mengejan mas bayi meluncur di tangan neneknya dan langsung dibungkus handuk biar hangat. Neneknya sampe gemeteran pegang mas bayi yg merah banget dan mungil. Terimakasih nenek siaga udah jadi bidannya mas bayi ??Dan Ayahnya sampai berlinangan air mata (baru kali ini liat suami nangis loh). Setelah itu ayah langsung semangat banget buat adzan di telinganya mas bayi. 08:57 bidan asisten datang naik ojeg dari depok bayangkaaaan! hahaha dan disusul dengan 3 bidan lainnya. Langsung IMD selama 2 jam dan jahit menjahit, dapet 1 jahitan karna salah posisi mengejan, padahal sudah coba perenium massage biar ga ada sobekan di jalan lahir. Mungkin karna salah posisi mengejannya. Setelahnya timbang dan ukur badan mas bayi lalu pake baju. siangnya para kakek, nenek, om, dan tante dateng semua untuk lihat mas bayi. Alhamdulillah ga nyangka prosesnya bisa selancar itu 7 jam dari kontraksi ke pembukaan lengkap. Lahir di usia kandungan 39 minggu kurang 1 hari. Dan ASI langsung mengalir. awalnya memang mau melahirkan di RS dan birth plan sudah diterima dokternya juga, tapi masih galau karna ketakutan melahirkan di RS, takut masuk ruang bersalin yang kanan kirinya ibu melahirkan yg teriak2 dan takut perenium di gunting. Alhamdulillah Allah kasih proses kehamilan yang menyenangkan ga pake drama mual2 lebay, pegal linu, dan emosi meledak2, proses melahirkan yang cepat dan lancar, serta ASI yang mengalir deras. Memberdayakan diri selama masa kehamilan memang penting dan perlu banget karna kata @bidankita "knowledge is power" memang bener banget! terimakasih untuk yang sudah membantu, berbagi ilmu2nya, dan selalu menyemangati untuk tetap berpikir positif. Bersyukur banget bisa dipertemukan orang2 yang mendukung persalinan gentle, tanpa intervensi dan minim trauma. ??????

A post shared by Jamilatus Sa'diyah (@jamilatus.sadiyah) on

Selanjutnya, bukan tren baru>>>

Bukan tren baru

Doula, sebetulnya bukan tren baru. Di luar negeri, keberadaan doula telah menjadi primadona bagi ibu hamil. Dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh American Association of Critical-caare Nurses (AACN) dikemukakan bahwa studi paling pertama tentang penggunaan doula dalam pemberian dukungan psikis pada ibu hamil diproses persalinan dibuat pada 1980-an, sejak itu praktik doula mulai dilakukan di banyak negara. 

Meski tidak dicantumkan bagaimana efektivitasnya di berbagai Negara, namun yang pasti, hampir 70 persen masyarakat Amerika, lebih senang ditemani doula saat proses persalinan. 

Di Indonesia, doula juga bukan profesi yang baru. Di sini, nama doula sudah terdengar gaungnya sejak 2012 silam. Seiring dengan gentlebirth yang mulai ramai dibicarakan. Di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya, ternyata sudah cukup banyak yang menggunakan jasa doula.

Belakangan, beberapa selebriti yang baru saja melakukan persalinan, sebut saja Putri Tititan, Atikah Hasiholan, Penyanyi Andien, Oliva Jensen, Nagita Slavina, juga memajang foto di media sosial, saat menjalani proses persalinan mereka yang ditemani doula.

Tak hanya banyak peminatnya, ternyata penyedia jasa doula juga mulai bermunculan. Sebut saja Nujuh Bulan Studio yang berdiri November 2015 silam, atau Pro V Clinic yang juga menyediakan jasa Hypno birthing dan membuka kelas yoga bagi ibu hamil.

Karena itulah, banyak ibu-ibu muda yang sedang mempersiapkan kehamilan mulai terbuka matanya dan mengetahui keberadaan doula.

Mila mengungkapkan bahwa peminat jasa doula kebanyakan mereka yang hamil anak pertama, karena merasa khawatir dengan pengalaman baru.

“Selain itu, karena kurang percaya diri, merasa panik akhirnya mereka yang memutuskan untuk didampingi doula,” ujar Mila.

Faktor lain yang banyak membuat ibu-ibu hamil tertarik mencobaa jasa doula adalah karena faktor LDR (Long Distance Relationship), alias tinggal berjauhan dengan suami, misalnya karena bekerja di luar kota, sehingga perlu support system untuk mendampingi kehamilannya.  

Di sisi, lain juga makin banyak pasangan yang suami istri punya visi untuk melahirkan secara nyaman, minim trauma, dan penuh cinta.

Arlyn, salah satu klien yang menggunakan jasa doula. Ibu rumah tangga asal Jakarta Barat ini menggunakan jasa doula pada 2016 lalu. Kini, anaknya laki-laki pertamanya sudah menginjak usia 13 bulan. 

Setelah menunggu dikaruniai momongan selama lima tahun, Arlyn mengaku merasa takut menghadapi proses persalinan, karenanya ia mencoba mencari cara untuk mengurangi rasa sakitnya.

"Saya tahu jasa doula, karena saya dulu agak takut membayangkan proses kelahiran. Jadi, waktu awal-awal hamil, saya research gimana sih mengurangi rasa sakit waktu persalinan. Dari situ, saya kenal dengan hypnobirthing, dan dari hypnobirthing indonesia, saya tahu sedikit tentang doula," ujarnya kepada VIVA.co.id

Ditambah lagi, adiknya yang tinggal di USA, juga memberikan info seputar doula dan melahirkan bisa ditemani doula (jasa doula cukup popular di sana) untuk membantu lebih nyaman dan fokus saat proses persalinan, karena proses kontraksinya sendiri bisa membuat kita lupa birthplan yang sudah kita buat sebelumnya. 

"Nah, ini kan anak pertama, dan saya ingin proses melahirkan itu jadi proses yang nyaman, menyenangkan, dan memorable. Jadi, saya pakai jasa doula untuk membantu proses ini supaya tetap nyaman, supaya saya tetap tenang (karena kalau kita tenang, pasti proses nya akan lebih lancar)," ujarnya.

Dengan menggunakan jasa doula Arlyn mengaku perlunya membangun keakraban, dan membutuhkan chemistry. Karena, nanti si doula ini akan berperan penting sewaktu pendirian kita goyah, karena menahan datangnya kontraksi

"Melahirkan memang proses sakral, maka dari itu saya ingin supaya suasana sakral itu tetap terjaga. Suami, saya, dan doula punya beberapa sesi pertemuan sebelum melahirkan. Dan, saya juga melakukan prenatal yoga dengan doula. Jadi, dari sesi-sesi tersebut, kita bisa lebih kenal dekat."

Menurut Arlyn, keberadaan doula dalam proses persalinan sangatlah membantu, "Sangat all out, 24 jam dia nemenin saya. Bantu untuk membuat nyaman dengan pijat, dengan kata-kata encouragement, dengan ngobrol," ujarnya.

Pascamelahirkan pun, Arlyn mengaku masih merasakan manfaat menggunakan jasa doula.

"Menurut saya, apa yang telah diajarkan sebelum proses kelahiran melalui hypnobirthing bisa mengurangi kemungkinan babyblues. Selain itu, doula juga mengajarkan breastcare, untuk breastfeedingnya juga dibantu." 

Arlyn, pengguna jasa doula

Berikutnya, tugas doula>>>

Tugas doula tak hanya sebatas menemani

Terdengar simple, namun sesungguhnya tugas doula tak hanya menemani ibu hamil. Ada tanggung jawab besar yang diemban. Jika dari sisi medis dokter dan bidan memperjuangkan keselamatan bayi dan ibu saat persalinan, doula bertanggung jawab menjaga psikologis ibu hamil dan suaminya selama proses persalinan.

Irma Syarifat yang juga doula profesional dari Nujuh Bulan Studio mengumpamakan, jika zaman dulu persalinan terjadi di rumah, tetangga perempuan akan hadir untuk saling support.  Kini, di dunia modern, fungsi doula itu untuk ibu hamil juga memberikan support agar bersalin lancar. 

“Kalau ke dokter paling 10 menit konsul, ketemu bidan hanya saat lahiran. Sementara itu, 80 persen dari persalinan isinya tentang mental dan mindset,” ujarnya kepada VIVA.co.id.

Lebih lanjut, Irma mengungkapkan bahwa tugas doula juga mendukung mental, mindset spiritual, dan psikis ibu hamil yang tidak didapat secara medis. Karena, kesehatan mental dan fisik saling keterkaitan.

“Nah, kalau mental enggak kuat, bisa kena masalah medis (fisik) juga,” ungkapnya. 

Selain itu,  peran doula dalam proses persalinan juga menentukan kelancaran proses persalinan karena secara langsung, doula akan memberikan dukungan penuh secara emosional, membuat ibu merasa nyaman dengan tindakan membantu instruksi pernapasan, relaksasi, gerakan, perubahan posisi, melakukan pemijatan, memberikan masukan positif hingga membantu ibu mencari informasi tentang berbagai pilihan kelahiran.

“Persalinan kurang lancar, kadang simple, karena klien punya rasa takut, atau misalnya tiba-tiba klien pengin nelfon ibunya, pengin minta maaf sama orangtuanya. Dokter dan bidan enggak ada waktu untuk mendengarkan itu. Doula bisa jadi sahabat dalam persalinan. Anggap saja, doula itu sebagai event organizer saat bersalin,” ujar Irma.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa apapun hak ibu bisa diperjuangkan melalui diskusi dengan doula. Semua komunikasi itu tetap bapak dan ibu yang menentukan. Metode apapun yang dipilih, doula hanya mendukung.

Selain menjaga psikologis sang ibu, doula juga memberikan layanan lain, salah satunya birthplan dan menyediakan kelas persalinan.

“Pertama, bikin birthplan. Kita kasih tahu risiko dan benefit dari tiap pilihan persalinan. Kemudian, ada kelas persalinan, jadi ibu dan suaminya sudah dibekali info persalinan.”

Selain itu, dari segi spiritual dan mental juga dilakukan semacam relaksasi.

“Misalnya bikin grup whatsapp yang isinya ada si doula,  ibu dan suaminya. si ibu bisa curhat di situ, atau si doula mengingatkan jadwal ke rumah sakit atau misalnya ada masalah lain, semua bisa didiskusikan,” ujarnya.

Di hari H, doula akan menemani kliennya dari awal sampai IMD (Inisiasi Menyusu Dini), kemudian 1 hari postpartum ditemui memastikan semuanya sesuai yang diharapkan dan berjalan lancar, tak ada trauma dan sebagainya.

Selanjutnya, menjadi doula>>>

Menjadi doula tak harus memiliki latar belakang medis

Meskipun terkait dengan dunia medis, namun menjadi doula ternyata tidak harus memiliki latar belakang medis. Siapa saja bisa menjadi doula, namun tidak semudah itu.

“Siapa aja bisa, jika secara alamiah yang bersangkutan punya hati dan keinginan untuk support. Tetapi, doula yang sebenarnya butuh pengetahuan dan pendidikan resmi, serta tersertifikasi, karena kita enggak bisa membawa mitos. Jadi, bukan hanya modal hati tapi juga paham kacamata psikologi medis dan holistic,” ujar Irma.

Lebih lanjut, Irma mengungkapkan bahwa untuk menjadi profesional, doula minimal harus mengantongi sertifikat dari lembaga DONA (Doulas of Noorth America) dan Inggris.

Selain Irma, Mila juga mengungkapkan, memiliki latar belakang kebidanan menjadi poin plus menjadi seorang doula. Menurutnya, hal tersebut akan sangat membantu baik bagi si doula dan klien.

“Selama tiga tahun pendidikan kebidanan, sudah diperkaya dengan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan etika. Tentunya, dengan background sebagai bidan, selama tiga tahun di pendidikan akan sangat membantu,” ujarnya.

Mila mengaku, tak hanya bermodal background kebidanan, ia juga memperkaya dirinya dengan mengambil banyak sertifikasi. Gunanya, untuk meningkatkan kualitasnya.

“Saya sendiri mengambil banyak sertifikasi, setelah selesai pendidikan kebidanan. Hypno-birthing, Spinning Babies, Acupressure for Health and Pregnancy, Quantum Touch, Prenatal Gentle Yoga.”

 Ia juga melengkapinya lagi dengan ilmu dan ketrampilan mengikuti training Private Mid-Doula (professional gentlebirth Asistant) dengan Ibu Lanny Kuswandi (pakar doula), serta pelatihan bersertifikat yang di mendapatkan SKP dari PP IBI Pusat seperti Hypno-birthing untuk persiapan mental (emosi dan motivasi), Optimlaisasi posisi Janin, Prenatal Gentle Yoga, Quantum Touch dan Acupressure.

Soal prospek menjadi doula, ternyata profesi ini cukup dibutuhkan terlebih banyak selebriti yang telah mencoba jasa doula, apalagi dampak yang ditimbulkan cukup positif.

“Permintaan pasar besar artinya banyak ibu yang minta di dampingi.  Yang sebenarnya juga menjadi peluang untuk teman teman bidan yang jumlahnya semakin banyak, dan lapangan pekerjaan yang kurang memadai. Sehingga, banyak teman bidan yang tidak bekerja pada bidangnya,” ujar Mila.

Selain itu, meskipun tak banyak yang mau angkat bicara soal pendapatannya, namun Mila memberikan bocoran bahwa setiap doula memiliki tarifnya yang berbeda-beda. Tetapi, ia memberi bocoran bahwa rata-rata penghasilan doula untuk serangkaian pendampingan dikatakannya mencapai Rp2 juta untuk satu kali pendampingan.

Sementara itu, sepanjang kariernya, Mila mengaku sudah mendampingi ratusan klien. “Saya menjadi doula sejak tahun 2014, jadi sudah tiga tahun. Kurang lebih, sudah 150-an ibu hamil yang saya tangani,” ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya