Di Balik Kisah 'Perempuan-perempuan Chairil Anwar'

Sumber :

VIVA – “Kalau sampai waktuku. ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu. Tidak juga kau. Tak perlu sedu sedan itu. Aku ini binatang jalang. Dari kumpulannya terbuang. Biar peluru menembus kulitku, Aku tetap meradang menerjang. Luka dan bisa kubawa berlari. Berlari. Hingga hilang pedih peri. Dan akan akan lebih tidak perduli. Aku mau hidup seribu tahun lagi.”

Happy Salma Beri Tips Agar Lebih Menawan Saat Mengenakan Perhiasan

Puisi di atas siapa yang tidak mengenalnya? Ya, dia lah Chairil Anwar sang pencipta dan penyair. Puisi yang sarat makna akan nilai-nilai perjuangan, selalu menjadi tulisan pria kelahiran Medan, 26 Juli 1922 itu. 

Dari karyanya yang berjudul ‘Aku’, Chairil Anwar dikenal sebagai penyair terkemuka di Indonesia. Diperkirakan ia telah menulis 96 karya termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B.Jassin sebagai pelopor Angkatan 45 sekaligus puisi modern Indonesia. 

Sandiwara Sastra Musim Kedua Rilis 10 Episode, Dibintangi Raline Shah-Nicholas Saputra

Puisinya yang dihasilkan dari berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensisme. Ya, Chairil Anwar membantu Indonesia dalam merebut kemerdekaan Indonesia dengan mengobarkan semangat melalui hasil karyanya. 

Di balik karya-karyanya, ternyata ada sisi lain dari kehidupan Chairil Anwar. Perempuan-perempuan yang berada di sekelilingnya. Adalah Happy Salma, artis cantik dan pemain teater ini berkeinginan membuat sebuah pertunjukan teater tentang kehidupan Chairil Anwar dari buku Hasan Asaphani. 

Main Film Horor Primbon, Happy Salma Alami Hal Mistis?

Membawa bendera Titimanga Foundation, Happy Salma pun akan menghadirkan teater berjudul ‘Perempuan-perempuan Chairil’ pada 11-12 November 2017 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Pementasan ini mengangkat dan mengungkap sisi lain sosok Chairil Anwar. Lakon ini akan menjadi 'biografi puitis' Chairil, kehidupannya digali dari puisi-puisi yang ditulisnya untuk perempuan-perempuan yang disukainya baik secara terbuka atau diam-diam. 

"Bagi saya, Chairil Anwar adalah sosok inspiratif. Ia tidak hanya menjadi penyair besar Indonesia yang mampu membuat Bahasa Indonesia menjadi puitis melalui puisi yang ditulisnya, tetapi ia juga menjadi gambaran manusia Indonesia modern yang bergelut dengan gagasan modernisme dan nasionalisme," kata Happy saat mengadakan syukuran teater ini di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu, 19 Agustus 2017.

Sejumlah nama besar ikut terlibat dalam pementasan teater ke-18 Titimangsa Foundation ini. Sebut saja Reza Rahadian, ia mendapat kepercayaan untuk melakoni tokoh Chairil Anwar, Chelsea Islan sebagai Sri Ajati, Tara Basro sebagai Sumirat dan Marsha Timothy sebagai Ida serta Sita Nursanti sebagai Hapsah Wiraredja.

Selanjutnya, Kehidupan Perempuan

Kehidupan Perempuan

Lakon ini berkisah mengenai hubungan cinta Chairil Anwar dengan beberapa perempuan yakni Ida, Sri Ajati, Mirat, dan Hapsah. Empat perempuan ini bisa dibilang mewakili pergulatan cinta dan hidup Chairil. Mereka juga lah yang menjadi inspirasi lahirnya puisi-puisi Chairil.

Sastrawan kondang Agus Noor dipercaya untuk menyutradarai dan menulis naskah lakon ini dengan Hasan Aspahani sebagai supervisi naskah.

White Shoes & The Couples Company didapuk menjadi pengisi lagu, Ricky Lionardi sebagai penata musik, Iskandar Loedin sebagai pimpinan artistik, Artha (penata multimedia), Fakhrudin (penata rias), Retno Damayanti (penata kostum), Ritchie Ned Hansel (desain grafis), dan Tompi (fotografer).

Aktor Reza Rahadian yang memerankan sosok Chairil Anwar mengakui, dalam mendalami sosok Chairil yang sangat puitis dan serius tersebut, dirinya telah mendapat banyak bantuan serta arahan dari tim produksi.

"Proses kreatifnya berjalan dengan cukup lancar. Jadi saya dibantu banyak sekali oleh Mas Agus dan tim, yang membantu bagaimana caranya membedah naskah kemudian menghafal dialog yang sangat banyak," ujar Reza, saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 31 Oktober 2017.

Reza mengakui, kendala yang dihadapi saat menjadi Chairil di pementasan ini adalah naskah dialog yang harus dihafal memang cukup sulit untuk dimainkan.

"Yang sulit dari dialog adalah banyak sekali sisipan-sisipan puisi dari Chairil Anwar. Tapi itu juga merupakan sesuatu yang unik sekali buat saya sebenarnya," ujar Reza.

Reza Rahardian

Namun, Reza mengakui, karena Agus Noor sang sutradara sudah memiliki konsep utuh mengenai sosok Chairil ini, dia pun banyak dibantu untuk menjalani lakon sebagai Chairil Anwar.

"Sebenarnya yang banyak membantu itu, karena sutradaranya sudah tahu ya maunya apa. Yang repot kan kalau sutradara enggak tahu maunya apa," kata Reza.

Mengenai segala persiapan untuk proses kreatif terkait pementasan, Reza mengaku dia dan para pemain serta segenap tim produksi memang telah menyiapkan semua aspek pertunjukan ini sejak tiga bulan lalu.

Sementara itu, lawan mainnya Chelsea Islan yang menjadi salah satu perempuan Chairil Anwar, menjelaskan bermain di teater lebih menantang. 

"Jujur teater itu lebih menantang daripada film, karena di teater kami harus live, tidak boleh ada kesalahan dan ini salah satu project di mana aku memerankan kisah nyata lagi. Aku harus sangat hati-hati juga karena tokohnya tokoh nyata dan harus menggali masa lalu serta kisah cintanya," kata perempuan 21 tahun tersebut saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta.

Saat ini, perempuan bernama lengkap Chelsea Elizabeth Islan ini tengah fokus untuk mendalami peran yang ia lakoni. "Untuk peran aku membaca dari bukunya, dari internet, aku tanya Mas Agus Noor (sutradara PPC) dan ibu Eva, putri Chairil Anwar dan kami barusan bicara banyak tentang ibu Sri Ajati," ujarnya.

Chelsea Islan, Jelang Pementasan Perempuan-perempuan Chairil

Tara Basro yang akan memerankan Sumirat mengakui sangat gugup. "Kebetulan ini pertama kalinya saya manggung untuk teater. Jadi dari awalnya sampai sekarang itu masih gugup banget. Bahkan tiap dengar kata 'Perempuan Perempuan Chairil' tuh saya masih deg-degan gitu," ujar Tara.

Selanjutnya, perempuan Chairil Anwar lainnya adalah artis Marsha Timothy yang akan memerankan lakon sebagai Ida Nasution. Marsha menjelaskan bahwa karakter Ida ini merupakan mitra debat Chairil Anwar. Dari penelusuran yang dilakukannya terhadap sosok tersebut membuktikan bahwa karakter Ida merupakan sosok wanita cerdas.

"Dari yang saya baca dan saya pelajari bahwa mereka tuh (Chairil dan Ida) dari segi intelektual memang setara dan sama-sama enggak mau kalah, jadi hubungannya memang seru. Ada seriusnya, lucunya, macam-macam lah," ujar Marsha.

Marsha Timothy

Marsha mengaku, pendalaman karakter yang dilakukannya terhadap sosok Ida ini membuatnya harus berupaya keras memahami jalan pikiran wanita tersebut. Sebab, karakter asli dari Ida ini memang dikenal sebagai seorang penulis, sekaligus seorang sastrawan yang cukup ternama di eranya.

Selain itu, Marsha mengaku harus belajar banyak terkait aspek peran dalam pementasan teater semacam ini. Karena ini merupakan pengalaman pertama baginya untuk berakting di panggung teater.

"Aku baru pertama kali juga main teater, jadi lagi stres-stresnya sih sekarang. Sampai saya kalau ngomong apa suka enggak sadar gitu," kata Marsha.

Happy Salma sang produser menambahkan, naskah dan dialog yang debut untuk para pemain memang sangat kompleks untuk dihafal dan dipahami. 

Namun di balik semua ‘Perempuan-perempuan Chairil Anwar’, dia adalah tetap seorang pahlawan yang dengan caranya untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia. 

“Cintaku jauh di pulau. Gadis manis, sekarang iseng sendiri. Perahu melancar, bulan memancar di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju. Ajal bertakhta, sambil berkata: “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”

Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama ‘kan merapuh. Mengapa Ajal memanggil dulu. Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.”

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya