Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf Amin, Erick Thohir

Kita Ingin Bangsa Ini Dipimpin Orang yang Optimis

Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir saat berkunjung ke redaksi VIVA di Jakarta, 24 Januari 2019.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Publik sempat kaget saat mengetahui Erick Thohir menjadi ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Joko Widodo-KH Maruf Amin. Pasalnya, selama ini ia dikenal sebagai pengusaha dan lebih banyak aktif di dunia olahraga. Bukan orang yang akrab dengan hiruk-pikuknya panggung politik di Indonesia.

Siap Hadapi Sengketa Hasil Pilpres, TKN Prabowo-Gibran: Kami Akan Buktikan Gugatan Mereka Lemah

Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia ini menuturkan, diminta Jokowi memimpin tim kampanye justru karena tak terlibat di politik atau menjadi salah satu kader partai politik. Karena itu, pendiri Mahaka Media ini dinilai bisa lebih objektif memimpin tim kampanye yang terdiri dari berbagai partai politik anggota koalisi dan tim pendukung lain.

Kepada VIVA, mantan ketua Inasgoc ini mengaku, diminta langsung oleh Jokowi. Dan ia menerima tawaran itu karena merasa memiliki karakter dan DNA yang sama dengan mantan gubernur DKI Jakarta tersebut. Menurut dia, TKN tetap solid meski berasal dari beragam partai dengan karakter dan kepentingan berbeda. Karena mereka punya kuncinya.

TKN: Kemenangan Prabowo-Gibran Dilakukan Secara Terhormat

Demikian penuturan  Erick Thohir saat berkunjung ke kantor VIVA.co.id, Kamis, 25 Januari 2019.

Bagaimana ceritanya Anda bisa menjadi Ketua TKN?

Tak Ingin Dirayakan Hura-hura Saat Prabowo-Gibran Disahkan Menang Pilpres 2024 Kata Budiman

Saya rasa yang bisa menjelaskan, beliau (Jokowi) langsung. 

Apa alasan Pak Jokowi memilih Anda menjadi Ketua TKN?

Beliau melihat saya merupakan figur yang mungkin objektif, karena tidak ada background partai. Karena di sini saya me-manage ego. Dan tentu dengan background manajemen saya, itu yang diharapkan beliau. 

Objektif?

Ya. Kalau kita lihat, Pemilu saat ini sangat kompleks, karena bersamaan lima pemilihan, Presiden, DPR, DPD, DPRD I dan DPRD II. Hal ini yang mungkin perlu ada objektivitas dalam menjalankan tugas tim kampanye ini.

Jadi yang minta langsung Jokowi?

Ya. Mungkin beliau juga dapat masukan dari banyak pihak, saya tidak tahu. Tetapi pada saat itu, tentu itu yang beliau bicarakan pada saya. Dan saat itu, waktu di Rumah Cemara disampaikan oleh beliau, bahwa beliau memilih saya karena manajemennya. 

Presiden Joko Widodo dan Erick Thohir

Ketua TKN Erick Thohir bersama Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan parpol koalisi

Anda senang dipilih menjadi orang nomor satu di TKN?

Buat saya, ini merupakan apresiasi karena dipercaya beliau.

Bagaimana Anda melihat figur Jokowi?

Saya melihat beliau adalah figur yang baik, dan masih terbaik sampai saat ini. Kita itu sekarang terjebak pada Pemilu yang hanya 5 tahun sekali. Kita terjebak cari presiden. Padahal yang harus kita gali sebenarnya kita itu kan mencari imam, mencari bapak, mencari sahabat. 

Untuk siapa?

Untuk kita semua dan rakyat. 

Kenapa?

Ketika tokoh-tokoh terpilih pada sebuah jabatan, kadang sering lupa tugas utamanya. Nah ini yang harus kita pastikan. Pemimpin mana yang benar-benar bekerja untuk rakyat.

Apa yang membuat Anda bersedia menjadi Ketua TKN?

Saya dengan track record saya, tidak mungkin bekerja sama, misalnya dengan pemimpin yang tidak bisa menjadikan Indonesia lebih maju.

Maksudnya?

Kebetulan saya aktif di dunia olahraga. Ketika saya bersama komunitas basket, membangun bola basket nasional, kita memberanikan diri mengambil kejuaraan dunia bola basket 2023. Artinya apa? Kita ingin Indonesia maju.

Apa hubungannya dengan TKN dan Jokowi?

Kita ingin bangsa ini dipimpin oleh orang yang optimis. Kita tidak mau terjebak di pesimis. Nah, individu yang membangun bola basket, pasti orang-orang yang optimis, apalagi kalau didukung oleh pemerintahan yang optimis.

Saya berpikir, bahwa seyogianya kita ini menjadi negara besar. Dari data yang ada, prediksinya 2030 kita masuk 6 sampai 8 besar. 2050 kita diprediksi akan menjadi ekonomi 4 besar dunia. Ini kan sesuatu yang luar biasa. Momen itu harus kita ambil.

Erick Thohir

Ketua TKN, Erick Thohir

Apa yang membuat Anda tertarik terjun ke gelanggang politik?

Saya tetap memposisikan diri bukan di dunia politik. Saya me-manage politik. Kalau saya masuk politik resmi, saya akan menjadi anggota DPR, masuk partai atau menjadi kepala daerah. Kan sesudah April saya tetap sebagai Erick Thohir lagi. Sebagai pengusaha, yang juga senang berkecimpung di dunia olahraga dan media. Saya tidak berubah. Hari ini kebetulan mendapat tugas me-manage. Itu saja.

Anda tidak hanya me-manage pasangan Jokowi-Maruf, namun juga partai-partai anggota koalisi yang karakter dan kepentingannya beragam. Apakah ada kendala?

Kita ada rapat mingguan bersama sekjen-sekjen partai. Dan filosofi kita selalu isunya ditaruh di tengah. Karena kita sepakat bersama sekjen-sekjen partai, kita tidak hanya memenangkan pemilihan presiden, tapi di DPR juga harus kita menangkan. 

Kenapa?

Karena kita tidak mau misalnya, apa yang terjadi di Amerika. Ketika Presiden dengan DPR nya deadlock. Akhirnya yang rugi siapa, pegawai negeri dan rakyat. Nah kita mau, keputusan Presiden, DPR merupakan keputusan yang solid untuk membangun Indonesia. 

Karena kalau Pemerintah dan DPR tidak bisa bicara, apalagi tidak bisa mengambil keputusan bersama, yang dirugikan kita semua. Itulah kenapa partai-partai koalisi yang ada di bawah Paslon 01, berusaha bersama sama, menjaga tadi, visi untuk saling mendukung. 

Apakah tidak ada perbedaan?

Perbedaan pasti ada. Tapi kalau ditaruh di tengah, paling tidak mengurangi friksi. Dan kita bersepakat tidak mau terjebak friksi karena akan membingungkan rakyat.

Artinya kepentingan bersama lebih dikedepankan?

Ya, harus. Karena kalau kita semua egois, kita enggak akan ke mana-mana. Kita itu dibangun karena gotong royong.

Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo (keempat kanan) didampingi istri Iriana Joko Widodo (tengah) dan Ketua Tim Kampanye Nasional Erick Thohir (kedua kanan) mengikuti jalan sehat bertajuk Sehat Bersama #01JokowiLagi di Lampung

Ketua TKN Erick Thohir jalan sehat bersama Jokowi dan Iriana Joko Widodo

Kabarnya mesin partai koalisi tidak bekerja maksimal dan lebih sibuk mengurus Pileg. Apa benar?

Saya melihat begini. Karena ini pemilihan bersama, 5 pemilihan, ya tentu kadang-kadang out of focus. Tetapi kalau kita lihat sekarang, banyak partai koalisi sudah mulai bergerak. Kita bisa lihat baliho-baliho, spanduk-spanduk sudah mulai. Bahkan foto caleg bersama Paslon sudah mulai. Kemarin masih sendiri-sendiri, karena mungkin caleg-caleg merasa ‘waduh, jangan-jangan jadi saingan’. 

Bagaimana dengan medsos?

Kita sudah leading sekarang. 

Kalau media?

Alhamdulillah kita juga mendapat dukungan dari banyak media. Karena apa? Karena check and balance, bukan karena kita minta didukung, tetapi check and balance. Media-media itu pasti tidak mau memberitakan sebuah berita bohong atau yang malah menjurus kerusuhan sosial. 

Selain itu?

Di ranah hukum kita juga sudah konsolidasi. Alhamdulillah kita bisa lihat bagaimana kita cukup ofensif dengan fakta dan data. Nah sama juga di kegiatan partai, kegiatan konsolidasi, kita sudah melakukan training of trainer, supaya kita makin solid. 

Hasilnya?

Alhamdulillah kita bisa lihat dari hasil riset. 8 lembaga riset, saya tidak ngomong 1. Ketika dikombinasikan, dan dibagi 8, selisihnya masih 20 persen. Saya tidak bilang, lembaga riset ini benar, lembaga riset ini salah, tidak. Masing-masing lembaga riset punya reputasi. Tetapi ketika digabungkan, dibagi, itu kelihatan.

Kabarnya elektabilitas Paslon 01 dan 02 semakin menipis?

20 persen saya rasa masih tinggi. Margin error 3 persen, cukup tinggi. Dan yang menarik itu undecided voter yang jumlahnya 10 sampai 20 persen, itu harus diperebutkan. 

Artinya selisihnya masih aman?

Saya melihat masih aman. Tetapi ingat, kita bisa jatuh gara-gara kerikil. Kita tidak jatuh gara-gara batu besar. Tentu ini yang selalu saya ingatkan. Bahwa kita harus tetap solid dan militan. Door to door di bawah sekarang sudah berjalan. Kenapa? Karena nawaitunya sama, bahwa kita harus menyampaikan kebenaran, bukan kebohongan.

Sejumlah kalangan menilai kontribusi Maruf Amin terhadap elektabilitas 01 tak terlalu signifikan

Saya tidak setuju. Karena begini. Cawapres kita, KMA, sudah punya proporsional, karakter, dan track record-nya sendiri. Beliau itu menjadi bagian keislaman dalam koalisi kita. Islam yang baik, Islam yang memang Indonesia.

Kita itu mayoritas penduduknya Islam. Sampai hari ini sudah terbukti Allah SWT memberikan sesuatu yang luar biasa kepada kita. 700 suku lebih, 1.100 bahasa lebih, itu anugerah Allah. Ini harus kita pertahankan. Kita kasih lihat kepada dunia, bagaimana kita bisa menjadi bangsa yang harmonis, bangsa yang maju. Di situlah peran KMA.

Di debat perdana KMA juga dikritik karena lebih banyak diam?

Di dalam debat memang skenarionya begitu. Beliau itu belum pernah menjabat. Kalau beliau bicara banyak tentang hukum, beliau tidak pada tempatnya. Tetapi beliau bicara mengenai terorisme. Karena sebagai ketua MUI, itu menjadi bagian untuk me-reduce, atau mengurangi terorisme yang ada di Indonesia. Ini yang harus kita jaga, harus proporsional. Dan kita ini, milih presiden bukan milih wapres menjadi presiden. Jadi penting sekali proporsional presiden, karena harus kita tampilkan kepada publik

Artinya sebagai capres Jokowi memang diberi ruang lebih besar?

Ya. Sama seperti Erick Thohir turun ke bawah, bukan buat kepentingan Erick Thohir, tapi saya membantu presiden, cawapres, paslon 01, membantu TKN di komunitas yang tepat dengan saya. Apa? Komunitas olahraga, komunitas anak muda. Karena kebetulan track record saya di situ. Kalau saya bicara mengenai hukum, tidak pantas. Kecuali hukum olahraga.

Apakah strategi yang sama juga akan dipakai di debat kedua?

Enggak. Kemarin kan berpasangan. Untuk debat berikutnya kan presiden dan isunya sendiri kan nanti banyak mengenai energi, infrastruktur. 

Debat Pertama Capres-Cawapres Pemilu 2019

Paslon 01, Jokowi – Maruf Amin saat debat perdana

Bagaimana Anda menanggapi debat perdana kemarin?

Kita berharap Paslon 02 jangan gagal fokus. Harus fokus di konteksnya. Karena kalau tidak, kasihan. Ketika rakyat nonton televisi, menunggu jawaban, tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Nah jadi strateginya kita akan fokus ke diskusinya. Tapi kita juga punya plan B. 

Maksudnya?

Kalau dari Paslon 02 menanyakan hal-hal yang di luar konteks, ya sudah seyogianya Pak Jokowi kemarin menanyakan. Misalnya mengenai kasus Ratna Sarumpaet. Beliau juga menanyakan, kenapa Gerindra banyak berbicara mengenai emak-emak, tapi jumlah emak-emaknya di partai tidak signifikan, bahkan sangat kurang, dibandingkan dengan jumlah menteri yang ada di pemerintahan saat ini.

Tapi kalau konteksnya sama, mungkin tidak ada pertanyaan seperti itu. Tapi kalau konteksnya berbeda, ya tentu saja, masing-masing pasangan punya plan b. Ini yang kembali saya berharap, masing-masing Paslon, terutama Paslon 02, ayo dong kita fokus di substansinya. Supaya visi misinya, pembangunan ke depannya bisa terjabarkan. Bukan malah menjadi debat yang tidak ada manfaatnya untuk rakyat.

Pada 2014, Jokowi terpilih karena dukungan relawan dan medsos yang sangat kuat. Bagaimana dengan saat ini?

Alhamdulillah mirip. Jumlah relawan kita hampir 700 organisasi lebih. Luar biasa. Jauh dari 2014. Makanya kita buatkan rumah aspirasi, supaya ada hubungan baik antara relawan dan kita semua. 

Kenapa?

Karena kunci kemenangan itu kan di voter, pemilih yang notabene pemilih itu salah satunya relawan.

Lalu bagaimana TKN mensinergikan antara parpol koalisi dengan relawan?

Kalau kita lihat social media kita sekarang, antara relawan, partai dan kita semua, menyatu. Karena itu social media kita seperti di Twitter, itu hampir 60 persen sekarang. Yang tadinya kalah, sekarang 60 persen. Sangat dominan. Kalau kita lihat juga Instagram, Facebook, kita sekarang sudah leading. Ini yang harus kita jaga. Karena kita tidak mungkin membangun sesuatu dengan ego. Kita harus gotong-royong.

Apakah ada tim siber khusus?

Ada. Kita bekerja sama dengan relawan partai semua, di bawah 1 payung sistem. Kalau grup-grupan kita tidak ada. Kita mau semua itu, masing-masing ya mohon maaf, cara berpikirnya kita mau terbuka dan tidak ada dominasi. Kita bukan tipe grup yang tadi, directive. Kita sangat terbuka, demokrasi, tapi bagaimana membangun menjadi 1 sistem yang gotong-royong tadi. 

Erick Thohir

Ketua TKN, Erick Thohir

Pasangan 01 kerap didera hoax. Bagaimana TKN menetralisir dan mengantisipasi hal itu?

Kalau masalah fake news, berita bohong, ini luar biasa. Kita banyak dizolimi. Tidak hanya kasus Ratna Sarumpaet yang bilang dipukuli ternyata operasi plastik. Lalu kemarin kontainer dibilang dari China sudah datang, sudah ditusuk. Semuanya tidak benar, dan ada tersangkanya. Kita ini sangat dizolimi. Saya, secara pribadi, hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, silakan Allah menilai. 

Mestinya baik individu, kelompok maupun masyarakat yang suka berbohong itu ada ketakutan sedikit kepada Allah. Jangan hanya takut kepada polisi, Kejaksaan. Tapi yang lebih harus ditakuti itu adalah Allah SWT. Karena kalau kita menebar kebohongan, itu sesuatu yang tidak baik, dan jelas sudah ada tersangkanya. Saya tidak berbicara berita-berita bohong yang tidak ada tersangkanya. Dan ini yang harus kita setop. Tidak boleh bangsa kita didikte oleh asing, apalagi konsultan asing, yang hanya datang, mencari uang, lalu pergi. Ketika negara kita berantakan, mereka enggak pikir sampai di situ. Nah ini yang harus kita jaga. 

Jadi benar, kubu Prabowo-Sandi menyewa konsultan asing?

Kan ada videonya. Di acara debat juga datang. Saya tidak mau menuduh. Itu ada videonya, dan itu ada statement-statement, jadi bukan saya. Saya bukan tipikal yang suka menuduh, tapi itu ada buktinya.

Di Pilpres Amerika, hoax dijadikan salah satu strategi untuk memenangkan Pemilu. Apakah strategi yang sama juga akan digunakan di Indonesia?

TKN hanya bisa memposisikan diri memberikan fakta dan data. Kita tidak mau terjebak di pembohongan. Kenapa, kalau bohong dilawan bohong, kita ikut dosa. Pemilu itu hanya lima tahun sekali. Tapi umur Indonesia, mestinya ratusan tahun seperti negara-negara besar, China, Amerika dan negara besar lain.

Kita itu tidak boleh menjadi Yugoslavia, yang dipecah belah. Apalagi kalau kita mesti jadi seperti Suriah. Akhirnya yang menjadi korban adalah perempuan dan anak-anak. Nah itu yang harus kita jaga. Indonesia adalah negara muslim yang penduduknya terbesar di dunia. Tetapi Allah juga memberikan kepada kita keberagaman mulai dari suku, bahasa, dan umat. Itu merupakan suatu kekuatan kalau filosofinya sama, gotong-royong. Kalau semangatnya sama.

Anda yakin Jokowi-Maruf akan menang?

Insya Allah

Apa yang membuat Anda yakin?

Ketika kita Pilpres itu ada 2, Allah SWT yang memberikan jalan dan kita. Sebagai rakyat yang baik, harus punya pilihan pemimpin yang baik. Kita harus vote buat Indonesia yang baik, bukan Indonesia yang pesimis, Indonesia yang pecah, tapi Indonesia yang optimis.

Apa harapan Anda dengan Pemilu ini?

Saya berharap, Pemilu ini tetap bersahabat, bermartabat. Jangan sampai Pemilu ini membuat kita jadi pecah belah. Karena Pemilu ini hanya 5 tahun sekali. Sebagai bangsa, kita harus unggul. Ingat, 2045 kita merdeka 100 tahun. Masa kita enggak mau nyaksiin kita merdeka 100 tahun? Walaupun bukan kita yang nyaksiin, tapi anak cucu kita. Masa kita mau bubar di 2030? 

(one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya