Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi

Saya Puas Hasil Reformasi Sepakbola

Menpora Imam Nahrawi
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA.co.id – Medio 2017 menjadi momentum bagi olahraga Indonesia untuk bangkit. Gairah meraih prestasi pun kian kuat. Dari cabang olahraga sepakbola, kompetisi resmi kembali bergulir. Liga 1 muncul, layaknya sebuah harapan baru.

Eunhyuk Super Junior: Banyak Memori Indah Terukir di Indonesia

Bukan tanpa alasan, Liga 1 muncul sebagai kompetisi yang menawarkan pengembangan pemain di usia muda. Aturan penggunaan pemain U-23 diperkenalkan.Sebuah regulasi yang tak populer. Tapi, dianggap begitu penting demi menyiapkan tim jelang kualifikasi Piala Asia U-23 dan SEA Games 2017.

Lewat regulasi ini, PSSI berharap gelar SEA Games bisa diraih kembali setelah puasa selama 25 tahun.Ya, SEA Games, menjadi event olahraga internasional terbesar yang akan diikuti Indonesia tahun ini. Bukan cuma sepakbola, tapi juga cabor lain.

Tentunya, pemerintah beserta institusi terkait harus bekerja keras agar prestasi diraih. Dari sekian banyak cabang olahraga, sepakbola selalu menjadi yang menarik untuk diikuti. Publik menunggu Timnas Indonesia bisa mengakhiri puasa gelar di SEA Games yang sudah berlangsung 25 tahun.

Tak mudah, memang. Lantaran negara-negara pesaing sudah fokus dalam mengembangkan pemain sejak usia dini. PSSI sudah menerapkan berbagai regulasi agar pembentukan Timnas U-23 bisa berjalan mulus. Salah satunya dengan menerapkan aturan pemain U-23.

Cabang olahraga lain bagaimana? Uji coba sudah mereka jalankan. Ada beberapa cabang olahraga, yang selama ini jadi andalan, kembali memunculkan harapan.

Ketika Sambo Tinggalkan Jejak di Jakarta dan Palembang

Bagaimana Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi, memandang proses reformasi sepakbola saat ini? Lalu, apakah Imam yakin Indonesia bisa kembali berprestasi di sepakbola maupun olahraga lainnya? Berikut petikan wawancara khusus VIVA.co.id dengan Imam:

Sebelum sempat terhenti dan vakum setahun. Sekarang ada Liga 1 yang jadi harapan baru kompetisi nasional. Apa arti Liga 1 menurut Anda?

Sebenarnya dalam setahun dibekukan, tak serta merta menghentikan aktivitas sepakbola. Masih ada turnamen-turnamen yang diselenggarakan. Kompetisi usia dini juga berjalan. Bedanya, ini diakui atau tidak. Model baru juga untuk pengelolaan kompetisi.

Hasil reformasi cukup puas. Tidak sia-sia pemerintah menerapkan kebijakan yang pro-kontra. Banyak juga yang bilang ini babak baru bagi perbaikan sepakbola nasional. Kita lihat bagaimana Liga 1 dan Liga 2 sudah berjalan dengan atmosfer yang bagus.

PSSI mulai menjalankan permintaan untuk mereformasi sepakbola nasional. Salah satu langkah nyata adalah dengan menerapkan aturan pemain muda di dalam kompetisi. Pandangannya, apakah ini efektif?

Itu menguntungkan bagi pemain muda masuk ke profesional. Tapi, jika kompetisi usia dini tak dijalankan dengan baik, maka akan sia-sia.

Menjadi penting bagi kita, bagaimana ke depannya terlibatnya pemain muda sudah masuk ke dalam skenario dengan rapi. Harus ada kompetisi yang berjenjang. Di sisi lain ada hal positif. Mereka bisa main bersama senior, lalu berkembang.

Dampaknya sudah terlihat?

Mereka dipaksa beradaptasi dengan atmosfer profesional. Ini juga jadi momen penyaringan pemain Timnas. Lihat saja Timnas sekarang. Alhamdulillah sudah mulai terlihat hasilnya dengan mencari pemain muda lebih mudah.

Lalu, untuk pembatasan usia 35 tahun, ini punya dampak negatif. Pensiun dini akan banyak terjadi. Saya tak tahu skenario apa yang dipakai PSSI. Kalau mereka diberikan alternatif sebagai pelatih dan lainnya, itu mungkin menjadi solusi.

Menurut saya, kebijakan itu memang dikeluhkan. Mereka ditanyakan, usia 35 tak mau kalah dengan di bawahnya. Beberapa klub juga masih terlihat banyak pemain tua yang hebat. Tentu, saya kembalikan kepada PSSI, solusi yang disiapkan. Pemerintah, kami kembalikan ke mereka sebagai regulator.

Penilaian terhadap Liga 1 seperti apa?

Saya agak senang, suporter sudah cukup dewasa. Dibanding kompetisi tahun-tahun sebelumnya, bentrok antar suporter sudah berkurang. Kedewasaan suporter juga sudah menurun. Luar biasa itu. Sampai detik ini belum ada keluhan keterlambatan gaji. 

Ada negatifnya juga. Ada beberapa keluhan terkait kinerja wasit. Banyak praduga pengaturan skor ada. Kecurigaan suporter melihat adanya pertandingan ditunda, menimbulkan praduga.

Hak siar juga jadi catatan. Banyak yang mengeluh, kenapa tidak rata penyiarannya. Soal hak siar, PSSI harusnya yang menjawab. Itu kan mereka yang bekerjasama, jangan sampai pemerintah jelaskan.

Sebenarnya suporter sempat bertindak anarkis, Bobotoh dan Ultras pernah masuk ke lapangan demi memprotes penampilan pemainnya. Apa pendangan pemerintah?

Waktu suporter mengadu ke kami, federasi belum diakui. Saya kira, sekarang federasi sudah diakui, Komdis harus tegas. Jangan ada toleransi. Saya tahu, suporter punya kecintaan yang luar biasa terhadap klubnya. Tapi, harus sesuai koridor.Tentu, kalau ada yang tak sesuai, harus ditindak. Suporter lain bisa meniru sikap mereka.

Saya mau lihat stadion yang aman dan nyaman untuk suporter. Jarak antara suporter dan lapangan, juga harus dijaga. Di Eropa, tak ada batas. Jadi suporter bisa nyaman.

Bukan cuma suporter yang bertindak anarkis, banyak dari mereka yang berlabel Timnas dan mantan Timnas, baku pukul di atas lapangan. Itu masih sering terjadi. Bukan cuma pemain, wasit juga jadi korban mereka. Pendapat Anda?

Komdis harus tegas dengan memberikan sanksi kepada pemain. Apalagi pemain berlabel timnas. Itu memalukan. Harus ditindak, tak pantas. Contohnya sangat buruk, mereka harus bisa mengendalikan diri.

Siapa pun wasitnya, kalau tak bertindak adil, kan masih bisa protes. Ada mekanismenya. Kalau sudah fisik, bukan contoh baik.

Jangan selesai di atas lapangan. Tapi, ada aparat hukum yang masuk juga. Ini ide saya saat melakukan pembekuan. Saya tak tahu regulasi ini bisa masuk atau tidak. Kalau tidak, ya sudah banyak adu pukul di dalam lapangan. 

Harapan Anda terkait Liga 1?

Menurut saya ini model baru terkait pelaksanaan kompetisi yang sehat. Menjadi industri sepakbola bagus dan memberi motivasi ke masyarakat. Lagi-lagi, harus dikawal oleh semua elemen. Sebab, kompetisi ini kawah dari pengembangan pemain.

Klub juga harus bisa efisien dalam mengelola keuangan. Marquee player sah-sah saja didatangkan, ini industri. Harapannya, mereka memberikan transfer ilmu kepada kepada pemain Indonesia. Buat klub, terserah. Tapi, sebaiknya uang yang ada disiapkan untuk infrastruktur. Ini momentum baik. 

Selanjutnya... SEA Games Bukan Prioritas

Persib Bandung Waspadai Kekuatan Lini Depan MU


Soal SEA Games, perkembangan dari beberapa cabor cukup menarik. Angkat besi masih menunjukkan tajinya usai berprestasi di ajang Islamic Solidarity Games. Renang pun mampu menunjukkan perkembangan yang menarik. Yakin Indonesia bisa kembali berprestasi di SEA Games?

Belum bisa dipastikan. Hanya saja, saya senang sekarang pimpinan PB yang sesuai dengan passionnya. Bisa mengatasi berbagai masalah. Insha Allah, bisa memenuhi target. Beberapa cabang olahraga memang sudah menunjukkan hasil yang baik. 

Lainnya juga begitu. Masih ada waktu untuk memperbaiki semuanya. Sekarang, tugas kami bersama Prima dan PB adalah memantau perkembangan semua atlet. Jangan sampai ada penurunan fisik pemain. Harapannya ada kejutan-kejutan baru di SEA Games.

Persoalan gaji yang terlambat lagi-lagi muncul. Belakangan mulai teratasi. Masih ada kendala lainnya?

Peralatan dan uji coba juga jadi kendala. Uji coba mekanismenya harus melalui pemerintah, terkait perizinan. Izin keluar, baru mereka tanding. Hal-hal ini yang harus diselesaikan dengan cepat. Alhamdulillah, sudah selesai.

Tapi, kenapa masalah klasik ini terus berulang? Seakan jadi penyakit yang kronis.

Ada soal kapasitas SDM yang hati-hati dalam menggunakan dana APBN. Sebab, penggunaannya diperiksa BPK, mana yang sesuai peraturan dan tidak. Dari sisi ini yang melambatkan.

Kami menyesuaikan regulasi juga. Bicara APBN juga tak hanya aturan Kemenpora. Ada soal teknis lain. Tak semua atlet di tiap periodenya sama lantaran ada sistem promosi degradasi. Ini yang membuat rumit.

Belum lagi ditemukan atlet prima yang PNS. Mereka tak boleh terima dua kali gaji. Kalau yang non-PNS kan full terima gaji. Ada juga nama di KTP dan bank beda. Lalu, satu rekening dipakai enam orang. Dan atlet menggunakan rekening pelatihnya.

Ini tentu hal yang teknis. Kami telah mengurainya, lalu diselesaikan.

Asian Games juga krusial. Sampai sekarang euforia sudah sangat tinggi, pembangunan infrastruktur, publikasi, dan lainnya. Sudah sejauh mana persiapan Asian Games menurut Anda?

Menurut saya, 70 persen. 30 Persen masih penyelenggaraan. Infrastruktur sudah hampir selesai. Kami masih punya waktu sembilan bulan sejak November 2017. Dari situ dilihat, sudah jadi standar internasional atau belum. Toilet saja jadi patokan, apakah itu sudah sesuai atau tidak.

Ini butuh kerja keras kita semua. Asian Games hajat Asia, bukan Jakarta, Palembang, atau Jawa Barat. Semua komponen masyarakat harus membantu karena ini hajat publik. 

Bukan kerjaan Kemenpora, semua institusi juga. Saya bersyukur KemenPUPERA juga fokus ke sana. INASGOC dan INAPGOC pun menyiapkan semuanya dengan baik.

"Bukan waktunya lagi Indonesia fokus di SEA Games. Sudah seharusnya Asian Games jadi target utama." Pernyataan ini, pernah Anda kemukakan. Apakah ini artinya SEA Games cuma jadi uji coba saja?

SEA Games kan hajat Asia Tenggara. Menguatkan solidaritas Asia Tenggara. Asian Games dan Olimpiade sudah terencana dengan baik. Orientasi kami adalah Asian Games dan Olimpiade. Tapi, dengan melihat prestasi atlet renang, angkat besi, senam, di ISG Azerbaijan, kami juga jadikan ajang itu sebagai salah satu fokus. 

Artinya, SEA Games 2017, jadi uji coba atlet-atlet PRIMA, yang mungkin bisa jadi tulang punggung Asian Games nanti. Insya Allah, kita bisa kembali berprestasi.

Target 8 besar di Asian Games, yakin terpenuhi dengan situasi yang ada?

Sesuatu bisa ringan kalau seluruh komponen yang terlibat dalam prestasi menyiapkan lahir batin. Di mana peran masing-masing dimaksimalkan. Soal-soal teknis jangan sampai mengganggu psikis atlet. Semua harus bekerja sama.

Tim taekwondo putra Indonesia

Kritik untuk Pelaksanaan Munas Pengurus Besar Taekwondo Indonesia

Mantan Ketua Harian Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI), Zulkifli Tanjung melempar kritik untuk pelaksanaan Musyawarah Nasional PBTI. Dia berbicara karena gerah.

img_title
VIVA.co.id
18 Agustus 2023