Desa Penadaran Buat Sistem Penampungan Air Hujan Melalui Omah Udan

Omah Udan.
Sumber :
  • Dok. Desa Penadaran

Letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat negara ini memiliki iklim tropis, tepatnya iklim tropis basah. Hal ini dipengaruhi juga oleh bentuk negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Sebagian besar tanah daratan di Indonesia dikelilingi oleh lautan dan samudra, sehingga Indonesia memiliki iklim laut yang sifatnya lembap dan banyak mendatangkan hujan.

Gagas Jabatan Kades 9 Tahun, Gus Halim Bersyukur Dapat Dukungan Luas

Saat musim hujan, seringkali curah hujan yang tinggi membuat beberapa daerah di Indonesia mengalami banjir. Jika tidak, air hujan tersebut akan terbuang mengalir begitu saja ke sungai. Padahal, air itu bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih berguna, melihat beberapa daerah lainnya di Indonesia justru mengalami kekeringan.

Untuk menanggapi hal tersebut, Pemerintah Desa Penadaran, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobokan, Provinsi Jawa Tengah melakukan inovasi dengan mengembangkan Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) melalui Omah Udan. Sistem ini memanfaatkan curah hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari atau bahkan untuk dikomersialisasikan.

Resolusi 2023, Gus Halim: Harus Lebih Fokus, Detail dan Terintegrasi Antar Unit Kerja

Kondisi Air Desa Penadaran

Kondisi air di Desa Penadaran sungguh memprihatinkan karena air tersebut mengandung kadar kapur yang sangat tinggi. “Hal ini dapat dilihat dari alat panci yang biasa digunakan untuk merebus air. Ada bekas kerak kapur yang lama kelamaan makin tebal. Hal tersebut menyebabkan banyak masyarakat menderita kencing batu,” ujar Barnabas Bambang, pengelola Omah Udan, saat dihubungi VIVA lewat telepon.

Kemendes PDTT Songsong 2023 dengan Penuh Optimisme dan Lebih Produktif

Barnabas mengatakan bahwa masyarakat Desa Penadaran sangat percaya bahwa air langit adalah air hujan yang sangat bermanfaat untuk makhluk hidup. Terbukti, dengan air hujan, segala tumbuhan hidup subur, bahkan yang mati bisa hidup kembali. Dari hipotesis sederhana tersebut, masyarakat menyimpulkan bahwa air hujan juga baik untuk kehidupan manusia. 

Dengan kondisi tersebut, tercetuslah ide untuk memanfaatkan air hujan menjadi air siap minum untuk mengganti air dari sumur yang selama ini dikonsumsi masyarakat. 

Sistem Pemanfaatan Air Hujan (SPAH)

Mewujudkan ide untuk memanfaatkan air hujan menjadi air siap minum perlu diterapkan SPAH (Sistem Pemanfaatan Air Hujan).  SPAH sendiri terdiri atas Sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan Sistem Pengolahan Air Hujan. PAH dilengkapi dengan talang air, saringan pasir, bak penampung, dan sumur resapan (Sures). Sumur tersebut mampu menampung dan meresapkan curahan air hujan, sehingga dapat digunakan untuk melestarikan air tanah dan mengurangi risiko genangan air hujan atau banjir.

Prinsip dasar SPAH adalah mengalirkan air hujan yang jatuh di permukaan atap melalui talang air untuk ditampung ke dalam tangki penampung. Kemudian, limpasan air yang keluar dari tangki penampung yang telah penuh disalurkan ke dalam sumur resapan. Sistem pengolahan air hujan ini mengolah air dari bak penampung menjadi air siap minum dengan kualitas air kemasan dengan teknologi Arsinum.

Omah Udan Desa Penadaran

Satu bentuk inovasi masyarakat Desa Penadaran dalam memanfaatkan air hujan lewat SPAH adalah mendirikan  Omah Udan, yaitu rumah yang berbentuk joglo dari kayu jati yang dibentuk secara sederhana untuk menampung air hujan. Letaknya berada di batas tanah Desa dan tanah Perhutani, yaitu di Dusun Bantengan, RT 03 RW 01, Desa Penadaran. Di halaman Omah Udan, terdapat enam tower penampung air hujan langsung dari langit.

Rumah ini juga dilengkapi dengan pipa-pipa di bawah geladak rumah yang digunakan untuk menyimpan air hujan. Air hujan tersebut kemudian diolah agar layak minum dengan menggunakan arus listrik untuk memisahkan air asam dan air basa. “Yang layak diminum adalah yang basa, sedangkan yang asam sering digunakan untuk cuci muka, guna peremajaan kulit,” jelas Barnabas.

Selain memanfaatkan air hujan sebagai air minum, Desa Penadaran juga menggunakan SPAH untuk mengurangi laju erosi dan sedimentasi, menjaga keseimbangan hidrologi air tanah, mencegah terjadinya penurunan tanah, serta menjadikan stok air pada musim kemarau dan rain harvesting. Bahkan, Omah Udan juga digunakan untuk ritual Ngunduh Banyu Udan yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Oktober.

Masyarakat sendiri sangat antusias dengan inovasi ini. Bahkan, mereka mulai memberdayakan pengolahan air hujan di rumah masing-masing dalam skala yang lebih kecil. Hal itu juga melihat kondisi Omah Udan yang butuh perawatan yang memadai karena ada beberapa alat yang sudah rusak dan perlu perbaikan. 

“Kami dan teman-teman relawan sangat mengharapkan uluran tangan dan peran serta Pemerintah Desa, khususnya Desa Penadaran untuk ikut merawat dan melestarikan Omah Udan yang sudah ada. Baik melalui kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan air hujan maupun bantuan sarana prasarana yang dibutuhkan di Omah Udan,” tutup Barnabas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya