Game Mobile Legends Tingkatkan Kunjungan Perpustakaan Desa Toapaya

Anak-anak berkegiatan di Perpustakaan Desa Toapaya.
Sumber :
  • Desa Toapaya

Indonesia disebut sebagai negara dengan tingkat literasi yang rendah. Bahkan, penelitian terakhir Program for International Student Assessment (PISA) pada 2015 menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 70 negara yang diteliti. Menurut Balitbang Kemendikbud, hal ini disebabkan oleh empat faktor, yaitu kecakapan (bebas buta aksara), akses (perpustakaan), alternatif (media online), dan budaya (kebiasaan membaca). Terkait hal itu, Desa Toapaya melakukan inovasi literasi.

Sebelumnya, koleksi perpustakaan Desa Toapaya masih sangat minim, sehingga masyarakat enggan untuk berkunjung. “Perpustakaan ini sendiri baru terealisasi pada tahun 2012 atas usul masyarakat. Tapi, saat itu masih sepi pengunjung. Jadi, kita mulai berpikir untuk membuat inovasi, bagaimana caranya untuk memancing masyarakat berkunjung ke perpustakaan, bagaimana caranya kemudian mengangkat minat baca masyarakat,” ujar Indra Finady Ketua TPID Kecamatan Toapaya saat dihubungi tim VIVA.

Perpustakan Desa Toapaya pertama kali mendapatkan suntikan Dana Desa pada tahun 2015 dengan besaran Rp30.000.000. Setelah itu, perpustakaan Desa Toapaya berbenah secara bertahap dengan melengkapi berbagai fasilitas pendukung, seperti pengadaan komputer dan printer di tahun 2017, menambah jumlah buku bacaan, menambah meja dan lemari serta berbagai fasilitas penunjang lainnya yang didanai oleh Dana Desa tahun 2018 sebesar Rp79.000.000. “Awalnya, hanya ada sekitar 2000 koleksi buku, setelah berbenah sekarang untuk buku anak-anak saja ada hampir 4000 buku,” ungkap Indra.

Selain itu, menimbang peran internet dalam mendapatkan informasi di era digital saat ini, Perpustakaan Desa Toapaya pun mendapatkan alokasi Dana Desa sebesar Rp110.000.000 untuk instalasi internet. “Tadinya internet ini hanya untuk urusan kepemerintahan, tapi untuk menarik minat pengunjung, akses internet dibuka untuk umum. Nah, dari sini pengunjung mulai berdatangan, khususnya anak-anak. Mereka datang awalnya hanya untuk main game, tapi ada juga yang mengerjakan tugas sekolah. Melihat ini, pengelola mulai menerapkan aturan,” lanjut Indra.

Bagi mereka yang ingin menikmati fasilitas jaringan wifi gratis ini, mereka diwajibkan membaca buku selama minimal 1 jam terlebih dahulu sebelum dapat mengakses internet. Hal ini juga untuk menanggapi kritik orangtua yang kecewa lantaran Perpustakaan Desa membiarkan anak mereka menghabiskan waktu hanya untuk bermain game. Namun kemudian, setelah adanya aturan tersebut, orangtua justru merasa tenang karena mereka tahu ke mana anak mereka pergi setelah pulang sekolah.

Inovasi lain dari Perpustakaan Desa Toapaya adalah menghadirkan game Mobile Legends di hari minggu. Memang game tidak lazim ada di perpustakaan karena dianggap dapat mengganggu kenyamanan pengunjung yang sedang membaca. Namun, bagi pengelola Perpustakaan Desa Toapaya, game Mobile Legends, yang saat ini sedang digandrungi penikmat game dari segala umur, justru merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung perpustakaan. “Akan ada pengelola yang membatasi anak bermain, jadi mereka tahu kapan bisa main dan kapan harus belajar,” jelas Indra.

Selain game Mobile Legends, Perpustakaan Desa Toapaya memiliki program-program yang sengaja diciptakan untuk anak-anak, seperti pembinaan untuk Forum Anak Desa dan sanggar tari. Khusus untuk bulan Ramadan, perpustakaan menyelenggarakan program Perpustakaan Ramadan, di mana perpustakaan buka mulai dari jam 9 pagi sampai dengan jam 12 malam setiap harinya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kenakalan remaja.

Berkat inovasi ini, tingkat kunjungan Perpustakaan Desa Toapaya melonjak drastis. Setiap hari, setidaknya ada 20 anak yang berkunjung ke Perpustakaan Desa. Lebih baik lagi, minat baca pelajar di Desa Toapaya setiap bulannya kian meningkat, dari sebelumnya nol buku menjadi empat hingga lima buku bacaan per bulan. Bahkan, ada yang menyelesaikan 20 buku setiap bulannya. Selain itu, jumlah kunjungan perpustakaan juga turut meningkat, dari semula hanya 5 kunjungan per bulan menjadi 300 kunjungan per bulan. 

Kemendes PDTT Gelar Upacara Tabur Bunga di Komplek Makam Pionir Transmigrasi
Mendes PDTT, Abdul Halim Iskandar

Gagas Jabatan Kades 9 Tahun, Gus Halim Bersyukur Dapat Dukungan Luas

Menurut Gus Halim, mengubah masa jabatan Kades bukanlah perkara sulit. Sebab, penambahan masa jabatan menjadi 9 tahun tidak mempengaruhi masa jabatan secara keseluruhan.

img_title
VIVA.co.id
19 Januari 2023