Cegah Invasi Militer China, Taiwan Pesan Rudal Jelajah dari Amerika

VIVA Militer: Rudal anti-kapal Hsiung Feng III militer Taiwan
Sumber :
  • South China Morning Post (SCMP)

VIVA – Sejumlah upaya dilakukan pemerintah Republik China (Taiwan) untuk mencegah agresi militer China. Taiwan akan terus melakukan perlawanan terhadap aksi militer Republik Rakyat China (RRC), sebagai garda terdepan memuluskan ambisi Presiden Xi Jinping dan Partai Komunis China (CCP) mencaplok wilayahnya.

Siapakah Nicole Shanahan? Sosok Miliarder Dermawan Ditunjuk Sebagai Cawapres AS

Dalam berita VIVA Militer sebelumnya, pasukan Angkatan Bersenjata Republik China (ROC Armed Forces) meningkatkan persiapaannya setelah mengetahui aktivitas armada tempur Tentara Pembebasan Rakyat China yang kian padat. Armada tempur militer China seperti yang diketahui sudah bersiaga penuh di wilayah tenggara garis pantai Taiwan.

Menyikapi tindakan musuh yang sudah di depan mata, Taiwan pun mengambil sejumlah langkah untuk mengadang kemungkinan invasi militer China. Salah satunya adalah rencana membeli rudal jelajah dari Amerika Serikat (AS).

Jokowi Tegaskan Freeport Bukan Milik Amerika Lagi, tapi Indonesia

Menurut laporan yang diperoleh VIVA Militer dari Taiwan News, saat ini pemerintah Taiwan lewat perwakilannya di Amerika, Hsiao Bi-khim, tengah melakukan komunikasi intensif terkait rencana pembelian senjata mematikan itu.

VIVA Militer: Helikopter tempur militer Taiwan

Edi Purwanto Paparkan Kinerja DPRD Jambi di Hadapan Wakil Konsul AS

Taiwan dan AS melakukan kerjasama untuk memperkuat kemampuan perang asimetris, dengan menambahkan rudal jelajah dan ranjau laut untuk mencegah agresi militer China. Dengan penambahan kekuatan, militer China harus berpikir dua kali untuk melakukan serangan ke wilayah Taiwan.

"(Landasan pertahanan Taiwan adalah kemampuan asimetris) dengan biaya hemat tetapi cukup mematikan dan menjadi penghalang, untuk membuat pertimbangan invasi (militer China). Itu bisa menjadi sangat menyakitkan," ujar Hsiao.

Di samping itu, Hsiao juga menyatakan bahwa bagian penting lainnya adalah militer Taiwan harus merestrukturisasi dalam hal peningkatan keamanan siber, termasuk kemampuan perang siber. Dalam pandangannya, Hsiao menyebut bahwa perekrutan, pelatihan, dan retensi talenta siber sudah masuk dalam aspek kritis.

BACA: Penembak Misterius Serang Helikopter Militer Amerika
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya