Jenderal Fenghe Temui Duterte, Bukti Filipina Pecah Kongsi dengan AS?

VIVA Militer: Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (tengah)
Sumber :
  • People.cn

VIVA – Menteri Pertahanan Republik Rakyat China (RRC), Jenderal Wei Fenghe, mengunjungi Manila dan bertemu langsung dengan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, Sabtu 12 September 2020. Pertemuan Fenghe dan Duterte semakin menguatkan dugaan bahwa Filipina sudah berdamai dengan China.

Apple Hapus Aplikasi WhatsApp dari App Store

Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari People.cn, kedatangan Fenghe ke Filipina adalah untuk membicarakan kerjasama penangangan pandemi Virus Corona (COVID-19), dan masalah stabilitas keamanan Laut China Selatan.

Fenghe mewakili China, membicarakan sikap Negeri Tirai Bambu yang mengklaim sangat menghormati hukum internasional. Hal ini diutarakan Fenghe lantaran AS menuduh China melanggar kedaulatan sejumlah negara Asia Tenggara, dan salah satunya adalah Filipina.

BYD Pamer Mobil Super Canggih, Bodinya Furutistik

Sementara itu, Duterte menyambut baik kedatangan Fenghe. Menurutnya, seluruh pihak yang terlibat dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan harus membuka diri untuk berkonsultasi dan mengedepankan solidaritas internasional.

"Diharapkan semua pihak akan menyelesaikan konflik dan perbedaan mereka melalui konsultasi persahabatan atas dasar penghormatan terhadap hukum internasional," ucap Duterte.

Motor Delapan Silinder Asal China Siap Meluncur

"Dan, secara bersama-sama mencapai perdamaian serta stabilitas jangka panjang di Laut China Selatan," katanya.

Sikap Duterte yang membuka diri terhadap China, memperkuat dugaan bahwa Filipina pecah kongsi dengan AS. Dalam berita VIVA Militer 4 Agustus 2020, Menteri Pertahanan Filipina, Jenderal Delfin Lorenzana, memastikan bahwa Angkatan Bersenjata Filipina takkan ikut lagi dalam latihan gabungan dengan Angkatan Bersenjata AS (US Armed Forces).

Lorenzana menyampaikan instruksi langsung dari Duterte. Dalam pernyataannya, Lorenzana menyatakan bahwa militer Filipina hanya diizinkan latihan di perairan teritorial negaranya sendiri.

"Presiden Rodrigo Duterte memiliki perintah tetap kepada kami, bagi saya, bahwa kami tidak boleh melibatkan diri dalam latihan angkatan laut di Laut Cina Selatan kecuali perairan nasional kami, jarak 12 mil dari pantai kami," ujar Lorenzana.

"Jika tindakan satu negara dianggap sebagai perang, ketegangan lain biasanya akan meningkat, jadi saya berharap bahwa semua pihak dalam latihan ini akan bekerja pada tindakan mereka di sana, untuk melakukan kehati-hatian dan kehati-hatian sehingga tidak akan ada kesalahan perhitungan yang bisa semakin meningkatkan ketegangan," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya