Perjalanan Soedirman Menjadi Jenderal 'Masyhur'

VIVA Militer: Jenderal Besar Soedirman
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA – Masuk sebagai anggota militer pada masa pemerintahan Jepang bukanlah hal yang mudah, seperti yang dirasakan Soedirman. Pada Oktober 1943 pemerintah membentuk Pembela Tanah Air (Peta) dan pria yang akrab disapa Pak Dirman ini bergabung di dalamnya.

Ketua DPRD Kota Bogor Dorong Pemerintah Beri THR Lebaran bagi Warga Terdampak Bencana

Menurut data yang diperoleh VIVA Militer, Jumat 10 Juli 2020, pada saat itu Pak Dirman yang menjabat sebagai Daidanco (komandan batalyon) dianggap sebagai perwira yang berbahaya bersama dengan beberapa orang lainnya.

Kemudian mereka dibawa ke Bogor oleh pemerintah Jepang yang sudah berencana untuk membunuhnya. Namun takdir berkata lain, karena tanggal 14 Agustus 1945 Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan sesudah itu Soedirman kembali lagi ke Banyumas.

Misi Pemerintah Lewat Transformasi Digital Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% di 2024

Soedirman diketahui tetap berada di Banyumas ketika proklamasi dikumandangkan. Pada tanggal 23 Agustus 1945, pemerintah membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR). Orang-orang yang tergabung dalam BKR merupakan bekas tentara yang pernah bergabung dengan Peta.

Soedirman terpilih menjadi Ketua BKR Karesidenan Banyumas dan dibantu Residen Banyumas Mr. Iskak Tjokrohadisuryo serta beberapa tokoh lainnya. Berkat kecakapan dan kepintaran Pak Dirman, BKR berhasil melakukan perundingan dengan Jepang.

Irjen Agung Setya Kerahkan 12.092 Personel Gabungan Amankan Mudik Lebaran 2024 di Sumut

Hasil dalam perundingan itu adalah BKR Banyumas mampu mendapatkan senjata yang cukup banyak, bahkan menjadi kesatuan yang memiliki senjata terlengkap pada waktu itu. 

Selanjutnya pada 5 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan Maklumat No. 2/X/45 yang berisi mengenai pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan BKR pun meleburkan diri ke dalamnya.

Pria kelahiran 1916 ini kemudian terpilih menjadi Komandan Resimen I Divisi I TKR dan diangkat menjadi Komandan Divisi V di Banyumas. Pada saat itu yang menjabat sebagai pemimpin TKR adalah Soeprijadi. Ia merupakan mantan pemimpin pemberontakan PETA di Blitar.

Namun sejak diangkat sebagai pemimpin TKR, Soeprijadi tidak pernah muncul untuk memimpin satuan yang pertama kali dibentuk oleh pemerintah Indonesia. Singkat cerita, pada 12 November 1945 diadakan “Konferensi”  TKR di Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta untuk memilih pimpinan baru.

Dalam konferensi itu Komandan Divisi V Kolonel Soedirman dipilih sebagai Pimpinan Tertinggi TKR (Panglima Besar) dan Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum TKR.

Di saat yang bersamaan sejak diangkatnya menjadi pemimpin TKR yang baru, Soedirman harus menghadapi ancaman pihak sekutu di Magelang dan Ambarawa. Serangan yang terjadi pada 12 Desember 1945 itu, TKR berhasil memukul mundur sekutu.

Pertempuran di Ambarawa berakhir tanggal 15 Desember 1945 dan diperingati sebagai Hari Infanteri. Pada tanggal 18 Desember 1945 Presiden Soekarno melantik Kolonel Soedirman sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat Jenderal.

Masih di bulan Desember 1945, Soedirman yang saat itu sudah berpangkat jenderal atau setara dengan Panglima Besar mengadakan rapat untuk meninjau ulang perkembangan TKR. Akhirnya pada 1 Januari 1946 nama Tentara Keamanan Rakyat diganti menjadi Tentara Keselamatan Rakyat.

Sejak 24 Januari 1946, nama untuk satuan tentara Indonesia sudah berganti sebanyak dua kali. Namun pada Mei 1947, nama satuan tentara Indonesia ditetapkan menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya