Dunia Geger, Komandan Kilat Kopassus Dikabarkan Gugur Ditembak Teroris

VIVA Militer: Apel Pasukan Kopassus (ilustrasi).
Sumber :

VIVA – Seorang prajurit Komando Pasukan Khusus atau Kopassus Tentara Nasional Indonesia (TNI">TNI) pernah membuat gempar dunia. Namanya mendadak jadi sorotan dunia karena dikabarkan tewas dalam operasi pembebasan sandera pembajakan Pesawat Garuda.

Punya Kekuatan Perang Nabi Muhammad, Ini Rudal Iran yang Bikin Israel Ciut

Peristiwa itu terjadi beberapa setelah 7 prajurit Kopassus yang dulunya bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), berhasil merebut pesawat DC-9 dari tangan teroris, setelah selama empat hari disandera di Bandar Udara Don Mueang Bangkok, Thailand.

Prajurit itu bernama Kapten Untung Suroso, komandan kilat tim penyerbu dari Grup 1 Para-Komando. Nama Suroso mengguncang dunia karena diberitakan telah tewas dalam baku tembak dengan kelompok teroris yang melakukan penyanderaan.

19 Pati TNI Naik Pangkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

Kisah ini diceritakan langsung oleh Untung Suroso dikutip VIVA Militer, Minggu 6 September 2020, dalam wawancara yang disiarkan secara resmi oleh Pusat Penerangan TNI.

Menurut prajurit ini kini telah pensiun dengan pangkat Letnan Kolonel itu, setelah tim penyerbu yang dipimpinnya berhasil melumpuhkan para teroris, dan menyelamatkan seluruh penumpang, tiba-tiba diketahui bahwa pilot pesawat itu ditemukan tak bernyawa.

Tentara Amerika Ditemukan Meninggal Dunia di Karawang, Ini Kata Mabes TNI

Hal itu diketahui setelah tim penyelamat TNI melakukan sterilisasi pasca penyerbuan di dalam pesawat. Jenazah sang pilot, Kapten Herman Rante dibopong keluar pesawat.

Namun ternyata, salah satu televisi asing BBC mengabadikan proses evakuasi jenazah itu. Hanya saja, mereka salah mengenali identitas jenazah.

"Pilot itu tiga strip di pundaknya, disorot dari TV, diberitakan seorang kapten komandan penyergap mati luka tembak. Di dunia menyebar berita itu," kata Suroso bercerita.

Tak makan lama, berita itu sampai ke telinga Menteri Pertahanan RI era itu, Jenderal Andi Muhammad Jusuf Amir. Menhan pun mencari tahu kebenaran berita.

Namun, karena memang saat itu situasi belum normal, jadi Jenderal M Yufus pun tak bisa mendapatkan kabar sebenarnya. Bahwa yang tewas itu bukan Kapten Untung Suroso tapi Kapten Herman Rante.

Dan Jenderal M Yusuf langsung saja memerintahkan anak buahnya untuk menyiapkan proses pemakaman dan menyampaikan kabar duka itu ke keluarga Kapten Untung Suroso di markas Kopassus Cijantung, Jakarta Timur.

"'Ibu-ibu suruh siapkan bunga, besok pagi ke rumah Bu Roso dan sampaikan kabar duka ini'," kata Suroso menirukan perintah Jenderal M Yusuf.

Dan benar saja, besok paginya kediaman Kapten Untung Suroso ramai didatangi keluarga besar Kopassus, lengkap dengan membawa karangan bunga duka cita.

Kabar duka pun disampaikan ke istri Kapten Untung Suroso. Dan istri Kapten Untung Suroso pun sangat terkejut, apalagi disampaikan bahwa suaminya gugur dalam tugas di Bangkok. Sepengetahuan istri Kapten Suroso, suaminya itu kemarin pagi pamit pergi ke Bogor untuk sekolah intelijen.

VIVA Militer: Letkol Untung Suroso.

Saat itu belum juga ada informasi bahwa sebenarnya Kapten Untung Suroso sehat wal afiat. Saking tak ada yang tahu, TNI mempersiapkan penyambutan jenazah di Bandara Halim Perdanakusumah.

Bahkan saat pesawat mendarat dan tim Kopassus yang dikerahkan ke Thailand turun dari pesawat, semua yang menunggu masih yakin Kapten Suroso gugur, apalagi setelah sosok Kapten Suroso tak muncul-muncul dalam rombongan Kopassus yang turun dari pesawat.

Tandu jenazah pun dipersiapkan, dan tim penjemput jenazah mulai mendekati pesawat. Namun, sejurus kemudian, orang yang dikabarkan telah gugur dan jenazah akan dijemput ternyata muncul di pintu pesawat. Kapten Suroso dengan gagah berjalan keluar pesawat, semua yang menanti pun terkesima membisu.

Jadi Kapten Suroso tak segera turun dari pesawat karena harus memeriksa barang-barang anak buahnya, dia melakukan itu karena takut ada barang anak milik anak buahnya yang tertinggal.

"Pada membawa pikul jenazah, saya kan baru memeriksa peralatan anak buah yang tertinggal atau apa di pesawat. Saya turun, saya jalan. Lalu saya hormat ke komandan saya. Lalu dibilang, 'So, jangan kaget. Kamu dikabarkan gugur dalam tugas'," kata Suroso.

Suroso menceritakan, memang selama proses penyerbuan dan pembebasan sandera berlangsung, bandara itu dikepung wartawan dari berbagai negara. Karena kasus pembajakan itu benar-benar menjadi sorotan dunia.

Untuk diketahui, operasi Kopassus berjuluk Operasi Woyla disebut-sebut sebagai operasi pembebasan sandera dari tangan teroris tersukses dan terkilat di dunia. Sebab, dalam operasi itu Kopassus berhasil menyelamatkan semua penumpang hanya dalam waktu dua menit 49 detik saja.

Memang, ada korban jiwa dalam penyerbuan itu, yakni sang pilot pesawat yaitu Kapten Herman Rante tewas ditembak penyandera. Dan satu personel Kopassus bernama Achmad Kirang gugur akibat tertembak senjata teroris di bagian perut.

Untuk diketahui, pesawat itu dibajak 5 kelompok teroris dari Komando Jihad ketika dalam penerbangan dari Pelabuhan Udara Sipil Talang Betutu, Palembang, Sumatera Selatan menuju Bandara Polonia Medan.

Saat baru lepas landas pelaku langsung melakukan pembajakan, dengan membawa senjata mereka menguasai pesawat. Awalnya para teroris memerintahkan pilot untuk menerbangkan pesawat menuju Kolombo, Sri Lanka. Namun karena keterbatasan bahan bakar akhirnya penerbangan dialihkan ke Bandara Penang di Malaysia, untuk pengisian bahan bakar. Setelah itu pesawat kembali terbang ke Thailand.

Total selama empat hari pembajakan itu berlangsung. Di dalam pesawat ada 57 penumpang. Semuanya selamat dan hanya dua orang cidera ringan.

Sementara itu, empat dari lima teroris meregang nyawa. Tiga tewas dalam penyerbuan dan satu tewas dalam perjalanan kembali ke Indonesia. Dan otak pembajakan itu yaitu, Imran bin Muhammad Zein ditangkap hidup-hidup hingga akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Baca: Terkuak, Kopassus Cuma Butuh 169 Detik Habisi Teroris Pembajak Garuda

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya