Adikku Sayang, Adikku Malang

Adikku Faizah
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Perkenalkan nama saya Khafidin. Saya anak pertama dari tiga bersaudara. Saya memiliki dua orang adik. Adik saya yang pertama seorang perempuan bernama Faizah yang berusia 17 tahun, dan adik saya yang bungsu seorang laki-laki bernama Sampurna Hidayah berusia 10 tahun.

Ingin Silaturahmi, Lolly Berharap Bisa Bertemu Nikita Mirzani dan Adik-adiknya

Hari itu tepatnya bulan Juli 2010 menjadi sejarah tersendiri buat keluarga kami. Karena orang tua saya kehilangan anak perempuan satu-satunya di rumah. Hari kepergiannya meninggalkan rumah menurut saya sangat menyiksa keluarga kami karena dia pergi sehari sebelum lebaran tahun 2010.

Sebelumnya dia disekolahkan di sebuah Sekolah Menengah Kejuruan yang berada di Lampung. Dia dititipkan oleh kedua orang tua saya untuk ikut bersama nenek di Lampung sekaligus untuk menjauhkan dia dengan pacarnya. Kebetulan keluarga kami tidak menyetujui kalau adik saya berpacaran dengan pacarnya pada waktu itu karena satu alasan adik saya masih sekolah, dan alasan lain adalah perbedaan agama yang membuat kedua orang tua saya tidak menyetujuinya.

Warga Kian Resah Dengan Maraknya Pelacuran di Jalanan Kota Ini

Kemudian adik saya disuruh pulang ke kampung kami tepatnya di Kabupaten Mukomuko yang terletak di Provinsi Bengkulu karena di tahun pertamanya sekolah di Lampung dia tidak pulang kesini. Oleh karena itu, pada lebaran berikutnya dia disuruh pulang untuk berkumpul bersama keluarga kami. Tapi nahasnya, sehari sebelum lebaran tepat setelah berbuka puasa, adik saya melarikan diri bersama pacarnya itu. Bapak saya yang menelepon memberitahukan bahwa adik saya baru saja kabur melalui jendela kamarnya. Kebetulan pada waktu itu sehabis berbuka puasa saya sedang keluar rumah.

Saya dan bapak saya pun berpencar mencari jejaknya, tapi sayang hasilnya nihil. Hingga pagi hari saya berkeliling di Mukomuko mencari keberadaanya, tetapi tetap saja nihil hasilnya. Setelah satu bulan pergi dari rumah, akhirnya keluarga saya melakukan pendekatan kepada orang tua laki-laki itu. Orang tua laki-laki itu sebelumnya berkilah dan mengatakan kalau mereka tidak tahu-menahu tentang keberadaan anaknya. Tapi karena ada salah satu warga yang melihat adik saya pergi bersama pacarnya, akhirnya orang tua itu mau diajak kerja sama untuk bersama-sama mencari keberadaan anaknya dan adik saya. Hal ini dilakukan dengan iming-iming apabila ketemu maka bapak saya siap menuruti permintaan anaknya yaitu menikahkan mereka.

Terpopuler: Kisah Pilu Kakak Adik Korban Tol Cikampek, Pria Terobos Istana

Setelah ketemu dan dibawa pulang oleh bapaknya laki-laki itu, kemudian bapak saya menelepon ke Polsek setempat. Dan selang beberapa menit, sebuah mobil polisi dengan beberapa orang petugas datang menjemput ke rumah laki-laki itu lalu dia  dibawa ke kantor polisi. Akhirnya laki-laki itu dinyatakan bersalah oleh polisi, dan dijerat dengan pasal melarikan anak di bawah umur. Kebetulan adik saya pada waktu itu masih berumur 17 tahun.

Adik saya pun bisa dibawa pulang. Setelah adik saya bisa berkumpul bersama keluarga kembali, saya sempat menanyakan kepadanya mengenai kelanjutan sekolahnya. Dia menjawab kalau dia tidak mau melanjutkan sekolahnya yang di Lampung, tetapi mau melanjutkan sekolah di Kota Bengkulu bersama dengan saya. Akhirnya orang tua saya pun menyetujui keinginannya untuk ikut dengan saya di Kota Bengkulu.

Setelah satu tahun di Bengkulu, semua terasa aman dan biasa-biasa saja. Bahkan kalau saya boleh bilang, adik saya cukup betah tinggal di Kota Bengkulu. Sampai saatnya adik saya menanti kelulusan dari sekolahnya dan akhirnya dinyatakan lulus. Adik saya berencana mendaftar kuliah di sebuah universitas terkemuka di Kota Bengkulu. Belum sempat adik saya mengikuti tes masuk perguruan tinggi tersebut, terulanglah sebuah peristiwa yang hampir mirip dengan peristiwa yang pertama.

Pada suatu malam tepatnya tanggal 20 Juli 2011, saya dijemput oleh teman saya untuk menonton sebuah konser musik yang berada di Sport Center Kota Bengkulu. Pada waktu itu memang saya pergi menonton konser musik berdua dengan teman saya dan adik saya tidak saya ajak menonton. Sebelum berangkat saya berpamitan terlebih dahulu kepadanya, “Dek, kakak mau pergi nonton konser, kamu di kost saja ya”. Adik saya yang sedang membaca selembar kertas di kamar lalu menjawab, “iya kak”.

Karena tidak menaruh rasa curiga, maka saya pun segera pergi. Setelah menonton konser musik sampai selesai, saya dan teman saya pun mulai bergegas untuk pulang. Saya diantar kembali ke kost oleh teman saya tepat pada pukul 02.00 WIB dini hari dan saya lihat adik saya masih tertidur pulas di kamarnya. Kemudian saya pun segera tidur, kebetulan waktu itu saya dan adik saya tidurnya terpisah. Adik saya tidur di kamar sedangkan saya tidur di ruang tamu.

Pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB, saya bangun dan saya melihat adik saya sudah tidak ada di kamarnya. Pada waktu itu saya agak sedikit curiga karena tidak seperti biasanya tempat tidur dia masih berantakan. Kost belum disapu, piring-piring masih belum dicuci dan magic com pun belum di isi dengan beras untuk dimasak. Padahal setiap pagi adik saya selalu bangun terlebih dahulu. Saya hanya berpikir mungkin dia sedang pergi ke pasar atau ke warung untuk membeli sayuran untuk di masak.

Sesudah saya bangun, saya menanyakan kepada teman saya yang kebetulan bersebelahan kost dengan saya, “Jok lihat adik saya?” kemudian dia jawab, “tidak Din, mungkin sedang pergi ke pasar”. Saya pun tidak bertanya lagi karena memang rutinitas adik saya setiap pagi memang tergolong rajin. Lalu saya dan teman saya pun mulai asyik ngobrol-ngobrol di teras kost. Hampir satu jam saya asyik ngobrol dengan teman saya, saya pun menyudahi obrolan kami untuk beres-beres kamar kost.

Kurang lebih sekitar jam 9 saya mulai bertanya-tanya dalam hati kenapa adik saya belum pulang juga. Tapi saya tidak ada rasa khawatir yang berlebihan, akhirnya sesudah beres-beres kost-an saya pun melanjutkan untuk mencuci motor di belakang kost karena memang pada hari itu adik saya bilang mau makai motor untuk mendaftar kuliah di kampus yang ada di Kota Bengkulu.

Selesai mencuci motor atau sekitar jam 10.00, saya lihat adik saya belum pulang juga. Akhirnya saya lanjutkan untuk mandi. Ternyata setelah selesai mandi, saya belum melihat dia kembali. Saya pun mulai khawatir dan dalam hati berbisik, “kemana adikku ini, jam segini kok belum pulang. Apa mungkin dia sudah pergi ke kampus bersama teman-temanya? Ah, mungkin saja iya”.

Lalu saya pun melanjutkan untuk berganti pakaian dan tibalah rasa khawatir terhadap adikku terbukti. Pada waktu itu setelah saya memakai pakaian kemudian saya pun sibuk mencari minyak rambut yang ada di kamar adik saya, karena memang peralatan kosmetik letaknya di kamar adik saya. Setelah keluar masuk kamar mencari minyak rambut, akhirnya saya menyingkap selembar kertas yang saya pikir menutupi sesuatu. Dan ternyata benar, kertas tersebut menutupi minyak rambut yang saya cari. Tapi sebelum saya mengambil minyak rambut itu, saya baca dahulu tulisan dalam kertas tersebut. Astaghfirullahal’adziim, ternyata kertas tersebut adalah surat yang adik saya buat dan yang sedang dia baca sewaktu saya pamitan semalam.

Sewaktu saya membaca surat tersebut saya pun menangis karena isi nya cukup membuat saya menitikan air mata. Karena sudah lama dan sudah agak lupa, kurang lebih isi suratnya seperti ini, “Ass, kak sebelumnya saya minta maaf. Saya pamit mau pergi tapi belum tahu mau pergi kemana. Sampaikan kepada bapak dan ibu di kampung kalau saya pergi mau mencari kerja. Saya putuskan tidak kuliah karena takut kalau kuliah saya terputus di tengah jalan. Ijazahnya saya bawa kak, siapa tahu berguna karena saya mau cari kerja. Saya pergi sendiri kak, saya tidak mau mengulangi perbuatan saya yang dulu lagi. Saya pulang nanti kalau pas kakak wisuda, atau kalau tidak pas lebaran”.

Setelah saya membaca surat tersebut, saya pun bergegas mencarinya. Tujuan utama saya mencari adalah di loket-loket mobil karena saya berpikir kalau dia memang pergi sendirian pasti naik mobil. Setelah beberapa jam mencari dan mengelingi Kota Bengkulu, saya pun tidak menemukan jejak adik saya di loket-loket itu. Bahkan, setiap bertanya saya perlihatkan foto adik saya. Karena kalau menanyakan hanya nama, bisa saja adik saya memakai nama lain, makanya saya sertakan juga fotonya setiap bertanya kepada orang di loket.

Alhasil pencarian saya pun nihil dan barulah saya menghubungi orang tua saya di kampung dan menceritakan kejadian yang sesungguhnya. Orang tua hanya menyarankan untuk tetap mencari dan untuk menghubungi teman-temannya. Semua cara telah kami lakukan untuk mengetahui keberadaanya, baik itu melalui orang pintar, lapor polisi, bahkan sempat di muat di media massa, namun hasilnya tetap saja nihil.

Sampai cerita ini saya buat, saya belum pernah melihat kembali adik saya. Saya hanya mendengar kabar yang beredar di kampung kalu adik saya pergi bersama pacarnya yang dulu, bahkan sekarang sudah menikah dan mempunyai seorang anak.

Mohon maaf apabila ada tulisan saya yang tidak berkenan di hati pembaca. Saya hanya mengisahkan tentang cerita yang saya dan keluarga saya alami. Sekali lagi tulisan ini tidak ada maksud untuk menyerang siapapun. (Cerita ini dikirim oleh Khafidin, Bengkulu)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya