Tukang Kebun Jadi Asisten Manajer

Ilustrasi karyawan yang sedang sibuk bekerja di depan komputer.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Berawal dari keteguhan hati sepasang suami istri untuk menjalani hidup dalam suka dan duka.. Mereka menjalani dan menekuni usaha warung nasi di sebuah Kota Karawang, tepatnya di depan pabrik kimia. Sambil membantu cuci piring dan menyiapkan menu setiap hari, tak lupa suaminya membuat surat lamaran pekerjaan dan dititipkan ke setiap karyawan yang membeli makanan di warung nasi miliknya, panggil saja dia Agung.

Simak, Begini Cara Kerja Manajer Investasi Reksa Dana

Ia hanya lulusan SMK. Di warungnya ada computer butut Pentium 4 yang menemani kejenuhan mereka. Unik memang seorang tukang warung nasi memiliki computer di dalamnya, itulah kegemaran kami mengedit foto dan belajar computer.

Suatu hari, manajer pabrik kimia makan di warung nasinya Agung, di situ Agung dimintai lamaran untuk di masukkan ke pabrik tersebut. Alhasil senangnya bukan kepalang, hari itu juga ia titipkan, tapi tidak langsung di panggil selang satu bulan kabar panggilan tidak ada juga.

Pabrik Arak Ilegal Terbesar di Malang Digerebek Polisi

Kami berdua pulang kampung, ada keperluan . Barulah dua bulan kemudian kami kembali berdagang, tepatnya hari Minggu , mungkin sudah rezekinya, tepat pada hari Senin, Agung menerima panggilan di pabrik kimia, senangnya bukan main. Ia mengganti pakaianya serapih mungkin, istrinya membelikanya kemeja putih di pasar seharga 40 ribu rupiah. Ia dengan percaya diri melangkah menyeberang jalan dan memasuki pabrik itu dengan hati yang berdebar, istrinya menatap senang ketika suaminya memasuki gerbang pabrik.

Secercah harapan untuk meraih masa depan yang lebih baik lagi. Sambil menunggu suaminya di-interview , istrinya melayani orang yang makan di warungnya, tak lama selang dua jam suaminya datang , wajahnya tampak suram, ia duduk di kursi sambil melonggarkan kancing bajunya satu.

Dorong Kinerja 740 Ribu Agen BRILink, Bos BRI Tegaskan Ada Satu Hal yang Tak Didigitalisasi

“Kenapa cemberut Pak? Sudahlah kalau bukan rezeki kita jangan diambil hati, toh, kita juga di sini sedang usaha mencari rezeki buat anak-anak kita di kampung,” ujar istrinya yang bijak membesarkan hati suaminya. “Bukan itu, tadi interview, mengisi soal dan di-tes computer, semuanya lancar, kemudian Bapak di ajak ngobrol sama manajer nya,” ucapnya lesu. “Trus kenapa cemberut?” tanya istrinya lagi. “Besok Bapak disuruh masuk kerja,” jawabnya singkat.

Istrinya tampak bingung, tapi tersirat bahagia memenuhi wajahnya. “Alhamdulilah Pak, apa yang kau kawatirkan, rezeki sudah ada yang ngatur, tinggal kita jalankan saja dengan penuh keyakinan.” Istrinya mendekat dan duduk di sampingnya.  “Tapi bukan jabatan yang Bapak inginkan seperti interview yang tadi dilakukan, Bapak hanya di tawari menjadi tukang kebun di pabrik itu,” ucapnya lagi. Wajahnya tampak suram.  “Gjinya hanya 1,2 juta saja, gimana menurutmu, apa tidak malu, keahlianku di computer sedangkan aku sekarang menjadi tukang kebun di pabrik,” terangnya lagi.

Istrinya menggeleng-gelengkan kepala dan tersenyum. “Aku tidak malu mempunyai suami tukang kebun, apalagi keahlianya dalam bidang computer, mana ada tukang kebun tapi pandai computer,” kata istrinya sambil tersenyum senang.  “Jadi tidak apa-apa Bapak kerja jadi tukang kebun? kejar Agung. “Apapun pekerjaanmu Pak, aku istrimu tetap mendukungmu selagi itu halal buat kita.”

Mereka berdua saling membagi tawa dan melanjutkan kegiatanya sebagai tukang nasi .menghangatkan sayuran dan melayani pembeli. Agung mulai bekerja keesokan harinya dan dia mulai menikmati setiap pekerjaanya. Tanpa disadari dia menyukainya. Sepulang kerja agung dipanggil ke kantor, dia menghadap manajer, pakaianya yang kotor dan bau membuat ia ragu memasuki ruangan ber-ac itu, tapi dia memberanikan diri mengetuk pintu kaca itu perlahan, tampak di dalamnya manajernya sedang duduk.

“Oh , masuk Gung, nah kebetulan ada kabar nih , masuk-masuk.” Manajernya berdiri dan mempersilahkan Agung untuk duduk. “Maaf Pak, pakaian saya kotor,” ucap Agung sambil mengangguk sopan. “Tidak apa-apa duduk saja, ada yang mau saya bicarakan, besok kamu pakai pakaian yang rapih ya, kamu ikut interview lagi di sini, saya kurang tahu untuk bagian apa, hanya saja kalau itu rezeki kamu, kamu bisa mendapatkanya, kapanpun kalau ada lowongan pekerjaan di sini, saya progress kamu, saya sudah tau keahlian kamu, saya tahu kamu orangnya rajin, ulet, tidak banyak mengeluh, dan saya percaya kamu pasti maju.”

Kata-kata manajernya membuat dia terharu, Agung merasa sangat beruntung sekali.”Terima kasih banyak Pak, sudah memberikan kesempatan ini untuk saya,”ucap Agung penuh rasa syukur. Manajernya tersenyum dan Agung langsung pulang dengan hati yang bahagia, walaupun kemungkinannya kecil diterima jadi karyawan, tapi manajernya sudah memberikan kepercayaan yang luar biasa kepadanya.

Mungkin benar bukan rezekinya, yang ngelamar hari ini gelarnya D3 dan S1 sedangkan dia hanya lulusan SMK saja. Tapi Agung tetap optimistis, apapun yang terjadi toh dia masih tetap bekerja walaupun hanya menjadi tukang kebun. Interview yang gagal itu tidak menyurutkan semangat bekerjanya, ia tetap seperti biasa bekerja , sepulang kerja membantu istrinya di warung nasi.

Begitulah keseharianya setiap hari. Walaupun Agung hanya sebagai tukang kebun, tapi dia dihargai oleh sesama rekan dan karyawan pabrik, keahlianya dalam men-service computer tidak di ragukan lagi, dan yang paling anehnya setiap ada kerusakan computer di pabriknya, dialah yang membantu memperbaikinya, tapi ia tidak pernah mengeluh dan selalu optimistis dalam melakukan semua pekerjaanya.

Sudah 10 bulan ia menekuni pekerjaanya sebagai tukang kebun, gajinya sudah naik menjadi 1,5 juta perbulan, dia masih menikmatinya. Karena pekerjaanya yang santai dan tidak terlalu berat hanya mengurus taman dan mencabuti rumput, dan sesekali menyiram taman.

Suatu hari, dia pulang cepat, jam menunjukan baru pukul 10 pagi, istrinya kaget dan menanyakan kepulanganya. “Kenapa pulang cepat?”ujar istrinya sambil menatap suaminya. Wajah suaminya tampak bingung. “Bisa tolong sediakan aku kemeja yang Ibu belikan tempo hari beserta celana bahannya,” perintahnya dan langsung mengambil handuk kemudian pergi mandi.

Istrinya hanya termangu duduk di kursi kayu, kemudian buru-buru mengambilkan pakaian yang diminta suaminya. “Tuhan itu adil Bu, setelah kau mengajarkan aku arti kesabaran dalam bekerja, aku selalu menekuninya dan selalu optimistis dalam mengerjakanya, sekarang mungkin sudah saatnya Tuhan mengangkat harkat derajat kita, tadi Bapak dipanggil ke kantor sama manajer, dia menyuruh bapak pulang dan mandi yang bersih, katanya hari ini bapak diangkat menjadi asisten manager asset dan general asset,” terangnya ketika istrinya menatapnya tanpa berani bertanya.

Wajah istrinya yang tadi suram kembali bahagia, dia mengucap syukur dan memeluk suaminya erat. “Syukur alhamdulilah Pak, memang rezeki tidak ke mana-mana,” jels istrinya menangis bahagia mendengarnya. Tuhan itu adil, seadil-adilnya untuk umatnya yang penuh kesabaran, yang bisa menerima apa adanya kehidupanya tanpa keluh kesah.

Cerita penuh inspirasi dari seorang suami untuk istrinya yang selalu memberikan dukungan dan semangat, pekerjaan apapun kalau di kerjakan dengan ikhlas dan penuh kesabaran semuanya akan mendapatkan hasil yang membuaskan. (Tulisan ini dikirim oleh Aryand16)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya