Mewarnai Hidup dengan Jadi Volunteer

Ilustrasi
Sumber :
  • Freewallpaper

VIVA.co.id – Volunteer itu adalah sebuah kesempatan untuk kita mengasah diri, tepatnya kemampuan kita dalam sensitif terhadap suatu pekerjaan nantinya. Apa sih yang enggak asyik tentang volunteer? Hampir semuanya asyik kok. Jika bicara di Yogjakarta yang kenyataanya banyak event dan kegiatan lainnya, kita dapat melatih diri di situ.

Balon Udara Muncul di Ketinggian 9.000 Feet, AirNav Semarang Minta Pilot Waspada

Menjadi volunteer tidak bisa dipaksakan, kehendak diri untuk eksplore kehidupan inilah yang sering dijadikan modal awal untuk terjun menjadi seorang volunteer. Menjadi volunteer adalah proses pembelajaran. Ketika kita kuliah yang didapatkan hanyalah materi terus-menerus dan akan menimbulkan kebosanan tersendiri, maka dengan menjadi volunteer kita akan mendapatkan aksi atau praktik langsung di lapangan.

Menjadi volunteer harus berani berkorban, namanya juga sukarelawan, suka hingga rela bekerja. Berkorban waktu, tenaga, dan pikiran itu biasa di volunteer. Tapi ini semua tidak akan terasa karena dalam prosesnya volunteer itu terlalu asyik hingga kita lupa akan rasa capek. Capek itu boleh, berhenti jangan! Mungkin itu yang menjadi motivasi tersendiri bagi para volunteer selama ini.

Film 13 Bom Raih Penghargaan Internasional, Sutradara Angga Sasongko Bangga

Volunteer itu berat ketika sudah menerima jobdesk, tapi jobdesk itu tak seberapa dengan apa yang nantinya akan dilakukan volunteer. Menjadi volunteer adalah sebuah rumus awal. Ibarat statistika dalam mencari hipotesis menggunakan rumus Y=a+bx, kalau kaitannya hal ini maka, Kehidupan = Rencana+Aplikasinya (proses, cara,dll).

Menjadi volunteer itu adalah sebuah kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan terhadap kita. Ketika menjadi seorang volunteer, disitulah kita harus mengetahui konsekuensinya yang berarti ketika kita mendapat suatu amanah maka jalankan dengan baik. Menjadi volunteer itu asyik, bisa nambah teman, keluarga, jaringan sana sini, dan juga menambah pengalaman.

Pelari Indonesia, Malaysia Hingga Amerika Siap Bertarung di Trail of The Kings Danau Toba 2024

Sudah bukan zamannya lagi sombong karena harta, pacar, atau perhiasan. Kini zamannya sombong akan pengalaman. Pengalaman yang banyak akan menambah percaya diri kita di mana saja nantinya. Yang jelas dengan menjadi volunteer itu ada psikis yang terpuaskan. Kalian semua bisa menjadi awesome people!

Selain hobi dan membangun passion dengan volunteering, pemilik akun twitter @LukyAntoryo ini juga aktif menanggapi issue sosial, budaya, seni, politik, dan lainnya lewat akun pribadinya tersebut. Menurutnya twitter adalah awal dari semua ini. Semua informasi yang sangat akurat dan ter-update ada di twitter. Bijak dalam bermedia akan menimbulkan nilai postif dan juga bermanfaat bagi penggunanya.

Luki Antoro sudah menjalani volunteering sejak menjadi mahasiswa baru atau sering di sebut Maba ketika akhir 2014. Dimulai dari ikut crew pameran di Gramedia, Sudirman, Yogyakarta. Kali itu ia ikut dalam tiga kali pameran dengan tema yang berbeda, Gramedia Book fair, Gramedia pameran di IKAPI DIY, dan Gramedia Holiday dan lebaran. Kemudian bulan berikutnya ia ikut di event Jogja International Heritage Wallk 2014 dengan mengisi kekosongan di divisi konsumsi rest area 1. Di akhir tahun, ia juga ikut event konsernya Captain Jack di GOR UNY di divisi keamanan konser dan ditutup di event Hari Disabilitas Nasional 2014 di Sleman, Yogjakarta, selama tiga hari.

Pada tahun 2015, ia juga menjadi bagian dari Festival Kesenian Yogyakarta FKY 27 divisi Area, lalu di event Pinasthika Creative Festival 2015 membantu sebagai LO juri dan pembicara. Kisah ketika berada di divisi area FKY 27 tergolong unik dan menarik. Ketika weekend menjelang pasti pengunjung semakin banyak, justru itu divisi area siaga satu. Laporan kehilangan dompet dan handphone sering terjadi. Terakhir adalah BPKB motor milik salah seorang pengunjung.

Divisi area FKY itu kompleks, karena di bagian keamanan tentu kerjanya seperti intel atau densus. Mencurigai orang yang pantas dicurigai. “Mudah kok mencurigai maling lewat tingkah lakunya, orang yang real datang untuk menikmati acara dengan yang mau “aneh-aneh” itu bisa diidentifikasi.” jelas Luki Antoro.

Di akhir tahun 2015, Luki Antoro juga menyelasikan beberapa event dengan menjadi volunteering di kepanitiaan. Seperti Biennale Jogja 2015 dan Ngayogjazz 2015. Semua ia lakoni hanya untuk mengisi kekosongan waktu dengan hal positif, sederhana, dan bermanfaat.

Di awal tahun 2016 ini, ia mengikuti volunteering panitia di Semarang dalam Festival Kota Masa depan II dan rela menginap di basecamp Komunitas Hysteria demi mencari wawasan baru. “Saya menjalani volunteering itu karena niat. Semarang saja dapat saya lakoni pakai motor. Di FKMD II di Semarang kemarin sangat luar biasa dan seru. Dari bertemu birokrasi hingga masyarakat yang antusias dan juga peserta festival dari 8 kota yang keren! Sebuah event unik yang pernah saya coba.” kesan Luki Antoro.

Saat ini Luki Antoro tengah fokus menggarap sebuah event seni, yakni seni serat Indonesia atau dikenal Fiber Face Indonesia. Ini adalah sebuah event yang mempersembahkan pameran dan diskusi publik tentang seni serat Indonesia. Divisi sosial media adalah hal baru baginya di event tersebut. Pesan kunci darinya adalah kesempatan itu pasti selalu ada. Kalau kalian sudah bisa menemukan cara berkomunikasi dengan Tuhan, maka kalian akan bisa mengerti makna di setiap kehidupanmu. Dan kesempatan itu akan terjadi, sekali lagi kembali ke pribadi anda masing-masing.

Mendekatkan diri pada Tuhan sangat banyak caranya. Anda adalah orang kreatif, pasti bisa melakukannya. Selamat mengeksplorasi kehidupan kalian. Menjadi volunteer, sekali lagi jangan bergaris pada uang. Volunteer bukan masalah berapa banyak kita akan dibayar, tetapi justru volunteer tidak ternilai harganya. Harga sudah tidak bisa dijadikan acuan. Volunteer tidak pantas dinominalkan karena volunteer itu bentuk sebuah pengabdian. (Tulisan ini dikirim oleh Luki Antoro, Yogyakarta)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya