Rumah Baca Gulistan Berawal dari Mimpi Sederhana

Para generasi Rumah Baca Gulistan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Dusun Kedungleri, Desa Saradan, Kecamatan Baturetno merupakan sebuah dusun kecil di Kabupaten Wonogiri. Penduduknya rata-rata bertani, namun di dusun itu pula lahir para dalang mumpuni yang menyemarakkan seni tradisi pertunjukan wayang kulit dan para ahli Karawitan. Tidak heran, jika anak-anak gemar menonton wayang kulit dan mereka hafal tokoh-tokoh pewayangan, bahkan juga piawai memainkan gamelan.

Kemenag Berikan Bantuan untuk Pendidikan Islam dan Pesantren: Simak Syarat dan Ketentuannya

Namun, di sisi lain minimnya sarana pendukung pendidikan seperti perpustakaan desa dan taman atau ruang bermain belum ada, serta toko buku hanya terbatas buku-buku pelajaran saja. Hal tersebut menjadi bahan diskusi bagi saya dan teman-teman di dusun untuk membuat suatu ruang bagi anak-anak agar mendapatkan pengetahuan tambahan di luar pelajaran sekolah.

Pada akhirnya kami sepakat membuat sebuah taman baca kecil. Karena belum adanya lahan atau tempat permanen, kami meminta ijin salahsatu tetua dusun yakni Bapak Tayat untuk meminjamkan salahsatu ruang di rumahnya sebagai tempat buku dan anak-anak membaca. Kebaikan beliau menjadi semangat kami untuk mewujudkan mimpi yang sederhana ini.

Eks Ajudan SYL Akui 2 Kali Beri Hadiah Jam Tangan Mahal ke Ketua Komisi IV DPR RI

Koleksi buku awalnya adalah koleksi pribadi, kemudian kami mendapatkan donasi buku-buku dari teman-teman di beberapa kota. Kami sangat bersyukur banyak yang mendukung kegiatan kami, meskipun banyak juga yang mencibir. Kami anggap semua itu sebagai awal yang indah untuk semakin mengembangkan rumah baca.

Kegiatan awal yang kita lakukan untuk mengumpulkan anak-anak adalah melaksanakan lomba mewarnai dan mendongeng. Kami sempat berpikir tidak akan banyak anak yang hadir, tapi ternyata banyak sekali yang mengikuti lomba. Kami juga terkejut, anak anak sangat fasih bercerita pada waktu mendongeng. Kami menjadi semakin tertantang untuk turut membantu mereka mengembangkan bakat dan minat. Mereka juga antusias membaca buku-buku cerita anak yang kami suguhkan.

Bantu Kembalikan Uang Rp100 Juta Milik Pemudik, Aiptu Supriyanto Dapat Hadiah Sekolah Perwira

Pada awal kegiatan itu berjalan, hal ini menjadi sebuah pemandangan yang cukup mengharukan bagi kami. Mimpi kami tidak muluk, kami para pendiri Rumah Baca Gulistan, berasal dari Kedungleri juga, dusun kecil dengan penduduk yang sederhana. Kami diberi kesempatan untuk belajar di kota dengan segala fasilitasnya di mana anak-anak di dusun kami tentu belum bisa mengakses fasilitas yang seperti kami dapatkan.

Mimpi kami sederhana, berbagi ilmu agar mereka maju, agar mereka semakin cerdas. Tidak perlu mereka jauh jauh pergi ke Amerika untuk tahu Amerika, dengan membaca maka dunia berasa di genggaman. Rumah Baca Gulistan, hadiah kecil kami bagi para orangtua di dusun kami, hadiah yang kami anggap istimewa untuk anak-anak.

Kami tidak bisa memberi harta berlimpah, bagi kami sebaik-baiknya harta adalah ilmu yang mereka baca dalam buku. Gulistan berarti taman mawar, dalam bahasa Inggris diartikan The Garden Roses. Sa'di seorang penyair terkenal dari Persia telah mengabadikan Gulistan sebagai judul buku dalam karya besarnya.

"Kekasih Rumah Baca Gulistan" adalah panggilan kesayangan kami bagi siapapun yang bertandang di rumah baca, baik yang datang langsung maupun yang bertandang di facebook kami, dan "Generasi Gulistan" adalah sebutan bagi anak-anak anggota rumah baca.

Dalam bukunya, Sa'di berkata "Apa artinya seikat bunga untukmu? Ambillah sehelai daun dari Gulistan-taman bungaku. Sekuntum kembang biasanya hanya bertahan lima sampai enam hari. Tetapi bunga-bunga dalam Gulistan akan senantiasa berkilauan cahayanya." Amin. (Tulisan ini dikirim oleh Leenda Madya, Semarang)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya