Cinta Tak Lekang oleh Waktu

Menunggu jodoh.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Kara membuka matanya, ia menatap langit-langit kamarnya, mimpi barusan berasa nyata sekali. Akhirnya, ia membenamkan kepalanya di bawah bantal. Tangannya, belaiannya, suaranya, wajahnya, mengingatkan dia kepada lelaki yang pernah mengisi hari-harinya setahun ke belakang.

Tiba Saatnya untuk Merelakanmu

Perasaannya kembali ke masa lalu, ia harus rela ditinggalkan lelaki itu demi wanita lain. Kara masih saja tidak bisa melupakanya apalagi menghilangkan namanya dari ingatannya. Dan sepertinya itu tidak bisa hilang begitu saja, kenangan yang disuguhkan begitu membuainya apalagi mimpi barusan benar-benar seperti nyata dan membuka luka lama kembali.

Tapi Kara harus bangkit tanpanya, dia harus rela kehilangan cintanya dan kenangan indahnya bersama dia, lelaki impiannya dan selalu muncul dalam mimpi-mimpi malamnya.

Prediksi Pertandingan Liga 1: Persib Bandung vs Persebaya Surabaya

Pagi ini, Kara harus mulai bekerja di tempat baru, jaraknya sangat jauh dan dia harus rela naik kereta subuh ini. Dan harus mencari kontrakan baru yang dekat dengan kantor barunya. Semoga ini awal yang baru dan harapan baru untuk melupakan masa lalu yang begitu menyiksanya setiap hari.

Perjalanan dengan kereta membuat Kara nyaman, dia tertidur pulas sampai stasiun terakhir, dan menaiki sebuah angkot menuju kantor barunya. Jakarta memang kota padat penduduk, jalanan yang macet adalah ciri khas Jakarta. Kara tiba telat setengah jam, ia bertemu dengan HRD dan dia siap ditempatkan di bagian yang dia inginkan, yaitu asisten manager.

Shin Tae-yong Dapat Kabar Baik dari Erick Thohir soal Perpanjangan Kontrak

Ia ditempatkan di ruangan yang nyaman, dan hanya ada 2 meja dan dua kursi satu untuk managernya dan satu untuk dirinya, selama seminggu kemarin dia tidak melihat managernya dan belum mengenalnya, mungkin hari ini dia bisa bertemu dan bekerja sama denganya dengan baik.

Kara bekerja sesuai dengan alur yang telah ada, dia mulai menyusun jadwal-jadwal baru tentang pekerjaan barunya, Kara menatap meja yang kosong di depanya, apa selalu begini, managernya selalu tidak ada. Katanya jadwal yang padat selalu membuat managernya kerja lapangan juga, mengatur dan mengontrol pekerjaan di luar.

Pintu tampak terbuka seseorang masuk, Kara pikir itu managernya yang telat datang, Kara memasang seyum semanis mungkin, tapi senyum itu langsung kaku, bagaimana tidak seorang lelaki di hadapanya dengan pakaian kerja yang rapi, dan wajah yang dikenalnya membuat Kara tersenyum kaku, tidak bisa berkata-kata dan hanya diam menatapnya.

Begitu juga dengan dia hanya bisa menatap. Kara bingung. “Kalian saling kenal?” ujar kepala HRD menyembul dari balik pintu. Kara dengan cepat menjawab, “Tidak Pak.”  Tapi matanya masih terpaku kepada sosok pria di depanya. Kara berjalan mendekat dan menyodorkan tanganya untuk menjabat tangan lelaki di depanya. “Kara, Pak, senang menjadi asisten Bapak, saya harap Bapak bisa membimbing saya,” ujar Kara berusaha senyum kembali, lelaki itu menjabat tangan Kara.

Kara hampir saja melepaskanya, bagaimana tidak tangan itu yang selalu membelainya lembut, memeluknya di kala ia sedih, merangkulnya dan memegangnya erat kemanapun mereka pergi, tangan itu sudah hampir menghilang setahun lalu, sekarang tangan itu ia pegang kembali.

Hampir seharian ini mereka tidak saling tegur, hanya saja mata mereka kadang saling menatap dan Kara selalu saja membuang muka. “Ya Tuhan¦ sanggupkah aku setiap hari seperti ini, dengan dia lelaki yang meninggalkan aku demi wanita lain,” ujar Kara dalam batinnya.

“Tunggu aku di depan.” Baru terdengar suaranya, begitu tegas dan membuat Kara salah tingkah. “Aku mau keliling cari kontrakan baru dulu, aku tidak bisa menunggumu,” ucap Kara sambil berkemas. “Aku antar,” ucapnya. Kara tidak bisa berkelit lagi, ia sebenarnya ingin segera pergi dari ruangan itu, ingin menangis dan menghajar samsak isi pasir, ia ingin menghajar sesuatu untuk memuntahkan rasa ini.

Galih, tepatnya nama itu, menariknya ke sebuah kedai kopi di pinggir jalan, mobil yang dikendarainya di parkir di pinggir jalan. Mereka duduk dalam diam.dan dua gelas kopi panas menemani mereka. “Apa kabar wanitamu?” tanya Kara sambil menatapnya sekilas sambil tersenyum kemudian kembali menatap gelas kopi yang ia pegang dan menyeruputnya kepanasan.

Galih hanya tersenyum. “Apa kabar lelakimu?" Galih balik bertanya.”Hmmm, aku masih seperti ini, tanpa ada peningkatan,” Kara tertawa aneh. Yah, memang aneh, pertemuan ini membuatnya down kembali. Membuatnya harus susah payah tersenyum tanpa beban. Kara mengeluarkan sebungkus rokok. Dan menyalakanya. Galih tampak kaget, ia menatap Kara tajam. “Sejak kapan perokok?” Kara tersenyum sambil membuang asap rokok ke atas. “Sejak bulan Juni 2015,”jawab Kara. Ya, saat itu  dia terpuruk tanpa lelaki di hadapanya.

Galih tersenyum, ia memakluminya, ini kesalahanya dan entahlah bisa diperbaiki lagi atau tidak. Mereka menelusuri jalanan berharap ada kontrakan kosong dekat-dekat kantornya. “Tinggal di apartemen saja ya, aku punya tidak terpakai, kamu bisa memakainya untuk sementara waktu, sambil mencari kontrakan baru,”ujar Galih sambil menatap Kara sekilas yang duduk di sampingnya, ia tahu persis jawaban yang akan diterimanya.

“Aku tidak mau merepotkanmu.” “Aku tidak merasa kau repotkan, hanya membantu sampai kau mendapatkan rumah sewaan baru, apartemenku tidak jauh dari kantor, sesekali aku pakai kalau pulang malam saja.” Kara terdiam, dan sekilas dia menatap Galih, kemudian dia menatap jalanan yang padat.apa boleh buat, malam ini Kara diantar Galih pulang, dia sekalian berkemas barang dan langsung mengangkut barang-barangnya, tidak banyak hanya pakaian dan beberapa barang.

Apartemen yang rapi, tanpa penghuni, Kara meletakan pakaianya di lemari, dia begitu gampangan sekali menerima tawaran dari Galih, tapi apa boleh buat, ini adalah cara satu-satunya dia bisa bekerja di kota. Besok-besok dia harus kembali mencari kontrakan baru. Sudah hampir seminggu Kara bekerja satu ruangan dengan Galih tanpa banyak bicara dan kadang hanya bertegur sapa.

Suatu hari, Kara makan siang dengan beberapa rekan kerjanya. Mereka berkumpul di satu meja. “Eh Kara, enak banget kamu bisa seruangan dengan duda ganteng itu. Duda baru kawin seminggu langsung ditinggal sama istrinya, istrinya kan punya penyakit leukemia, dia meninggal setelah menikah di rumah sakit. Sudah mau setahun dia menduda,” ujar  temannya itu sambil menyikut Kara yang hampir tersedak.

Kara tampak kaget, dia tidak menyangka kalau Galih itu duda, Kara pikir mereka baik-baik saja. “Duda? Dia? Pak Galih itu? tanya Kara menatap teman kerjanya tidak percaya. Dia mengangguk mengiayakan dan akhirnya Kara tahu yang sebenarnya terjadi, lelaki itu Galih ternyata meninggalkanya demi wanita yang menderita penyakit leukemia dan menikahinya bukan semata-mata mencintainya, tetapi karena permintaan terakhirnya.

Sudah hampir sebulan Kara bekerja, dia sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan kantornya, dan sore ini Kara duduk di kursinya, ia menatap Galih, entah kenapa hari ini dia ingin sekali menatap lama lelaki itu. Galih menatapnya lekat. “Dari tadi kamu menatapku saja, ada yang aneh di wajahku?” Galih mendekatiya. Kara tersenyum. Tidak ada, hanya ingin melihatmu saja,” jawab Kara.

“Aku sudah mendapatkan rumah sewaan baru, tadi Maya mengirimkan gambarnya lewat bbm, tampak nyaman, dan aku suka.” “Apartemen itu milikmu Kara, tempatilah,” jelas Galih sambil duduk di samping meja Kara. “Ga bisa Galih, kamu masa lalu aku, aku tak mungkin selalu menjadi bayang-bayangmu.”

“Kamu masa depan aku dulu maupun sekarang.hanya perlu waktu unuk merubah segalanya, perlu kesabaran, ketabahan,” ucap Galih lembut, dia menatap Kara yang tampak kaget. “Aku dan kamu selalu ditakdirkan untuk bersama Kara, dulu dan sekarang.” Kara hanya terdiam, mendengar kisah Galih dari teman-teman kantornya membuatnya hanya bisa diam.

"Kenapa kamu ga jawab pertanyaan aku dulu, waktu aku menanyakan wanitamu?” Kara balik menatap Galih. “Tidak aku jawab juga pasti teman barumu memberitahumu siapa aku sekarang.” ”Benarkah cerita mereka tentangmu?”

“Ya, bukan semata-mata aku meninggalkanmu karena tidak mencintaimu Kara, aku meninggalkanmu karena Lany waktu itu sangat membutuhkan aku, spirit aku, dia begitu mencintai aku, aku tidak tahu kalau dia mencintaiku sejak kami masih kanak-kanak, dia tetanggaku, teman mainku, aku diberi tahu oleh keluarganya, kalau permintaan terakhirnya menikah dengan orang yang dicintainya, apa boleh buat, kami berdua menikah di rumah sakit, setelah menikah besoknya dia koma, dan meninggal tepat setelah seminggu pernikahan.”

Galih menceritakan apa yang dialaminya dengan wanitanya yang bernama Lany. “Aku juga sangat mencintaimu, kamu tahu begitu terpuruknya aku tanpamu, menderitanya aku tanpa melihatmu lagi.” Kara mulai terisak. “Aku tahu kamu kuat, tapi tidak untuk Lany. Aku tahu apa yang aku lakukan salah di matamu, maafkan aku meninggalkanmu begitu saja, tapi ingatlah apa yang aku lakukan untuk membahagiakan seseorang yang sedang menunggu ajalnya tiba, dan hanya itu yang aku bisa lakukan.”

“Lalu  membiarkanmu menderita adalah hal yang menyakitkan bagiku Kara, aku sangat menyesal, tapi aku bahagia bisa melihatmu lagi, duduk di sini bersamaku, melihatmu tertawa bersama teman kantormu yang lain, melihatmu berkutat dengan komputermu, melihatmu menggigit-gigit ujung pulpenmu, itu sudah sangat membuat aku bahagia Kara.” 

Galih memegang jemari Kara. “Maukah kamu menjadi istriku?” Kata-kata Galih membuat Kara terbelalak, masih berlinang air matanya, dalam kesedihan. Tapi kata-kata Galih barusan membuat air mata kesedihan bercampur air mata kebahagiaan.

Kara tertawa sambil terisak. “Kamu gila, harusnya kamu melamar aku di restoran mewah dengan makanan yang lezat, bukan di kantor, dengan tumpukan dokumen yang belum kau tandatangani.” Kara memukul Galih geli. Mereka tertawa lepas, setelah sekian lama berdiam kaku tanpa kata. Akhirnya mereka bisa memahami satu sama lainya. Tuhan mengajarkan arti kesabaran, jodoh, tahta, dan mati adalah rahasia-Nya. Manusia hanya bisa pasrah dan menjalankan sesuai alurnya. (Cerita ini dikirim oleh Aryand16)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya