Where There is A Will, There is A Way

Menatap masa akan datang
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Setiap manusia pasti mempunyai berbagai persoalan dalam menjalani hidup pada kehidupan nyata saat ini. Segala sesuatu bisa terjadi tanpa adanya skenario dari seorang sutradara. Kita tidak pernah menduga kapan, di mana, dan bagaimana problem yang akan kita hadapi.

Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris UMI

Pada waktu kita senang, mungkin di balik kesenangan dan kebahagiaan kita itu terdapat background yang bersifat sedih atau buruk buat kita di kemudian hari. Begitupun sebaliknya. Seorang manusia hanya bisa pasrah menghadapi kehidupan karena semua telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Namun, kita tidak boleh hanya berdiam diri menghadapi kenyataan itu. Selama kita ingin dan mau berusaha, semua akan berjalan dengan lancar. Karena yang dijatuhkan Tuhan kepada umat-Nya itu tak lain dan tak bukan hanya sebagai tes atau ujian kepada kita semua untuk menghadapi aral dari sebuah kehidupan.

Mampukah kita menghadapinya? Ataukah kita akan menyerah begitu saja? Sebagaimana telah tertulis pada buku yang berjudul “Apa Arti Hidup”. Di dalam buku tersebut tertulis apa yang seharusnya dipilih manusia mengenai dua pertanyaan yang bisa dikatakan tak begitu berarti. Namun, pertanyaan tersebut dapat menarik sebuah kesimpulan apa, siapa, dan bagaimana seseorang yang menjawab pertanyaan itu. “Hidup untuk makan?” atau “makan untuk hidup?”

Wahai Orang yang Tidak Berpuasa, Hormatilah Bulan Ramadan

“Hidup untuk makan?” Seandainya dalam keseharian kita atau dalam kehidupan kita, kita hidup untuk makan  maka kita akan disamakan sebagai seekor sapi atau binatang yang hidupnya hanya dihabiskan untuk makan dan akan bekerja selama pemilik memintanya untuk melakukan sesuatu. Seekor sapi atau kerbau akan bekerja di sebuah sawah atau lainnya atas perintah pemilik. Jika pemilik tidak mengutusnya untuk melakukan pekerjaan, maka sapi tersebut akan tetap berada di dalam kandang sembari menghadapi makanannya. Inginkah kita disamakan seperti seekor sapi? Jika ingin, maka hiduplah hanya untuk makan.

“Makan untuk Hidup ?” Makan untuk hidup, ya makan untuk hidup. Jika kita memilih makan untuk hidup, berarti kita makan untuk bertahan untuk hidup di muka bumi ini. Jika kita ingin tetap bertahan hidup, otomatis kita harus berusaha untuk mempertahankan kehidupan, yang berarti kita butuh makan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, kita harus giat berusaha untuk menemukan solusi dan jalan yang terbaik untuk kelangsungan hidup kita.

Jadi Dewa Mabuk Sehari

Bagaimana kita bisa makan seandainya kita tidak berusaha? Apakah makan atau kebutuhan lain akan datang sendiri tanpa kita cari. Kita butuh makan, berarti kita perlu usaha. Kita butuh sebuah pekerjaan yang bisa menghasilkan untuk mendapatkan kebutuhan kita. Inilah yang diinginkan sang pencipta, usaha, ya berusaha. Tidak hanya pasrah menghadapi kemelut kehidupan tanpa adanya ikhtiar.

Tidak ada suatu kendala apapun selama kita ingin berusaha. Where there’s a will, there’s a way. Di mana ada kemauan di situ pasti ada jalan. Segala cobaan pasti bisa kita hadapi selama kita berpegang teguh pada prinsip tersebut. Inti dari semua itu adalah kemauan dan keinginan yang kuat yang harus tertanam dalam jiwa kita.

Kita sering berputus asa ketika kita mempunyai keinginan, kita berpikir “Apakah mungkin saya bisa? Apakah ada jalan untuk saya bisa seperti apa yang diinginkan?” Itu hanya sekilas pemikiran bodoh yang terlintas. Kita harus yakin kalau kita pasti bisa. Jalan terang akan terlihat selama kita berusaha.

Mengapa orang lain bisa sedangkan saya tidak? Kita harus yakin bahwa kita bisa melakukan segala sesuatu, apapun itu bentuknya. Ingat, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sebuah kesalahan adalah hal yang wajar yang kita jalani, karena kita hanya seorang manusia lemah. Tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Kuasa. (Tulisan ini dikirim oleh Dedendoank05)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya