Bersedekahlah agar Hidup Lebih Berkah

Mari bersedekah agar penghasilan menjadi berkah.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Seringkali dalam keseharian kita diajarkan untuk menyisihkan dan menyimpan kelebihan uang jajan atau gaji yang kita punya agar bisa digunakan sewaktu-waktu untuk keperluan yang mendesak, ataupun untuk memenuhi keinginan di masa yang akan datang. Tapi terkadang, saking senangnya menyimpan uang yang lebih tersebut bisa membuat kita merasa enggan untuk berbagi rezeki yang kita miliki dengan orang-orang yang membutuhkan. Baik itu bantuan berupa uang, makanan, ataupun lainnya.

Sedekahku 100 Juta Dibalas 1 Miliar

Ajaran untuk menabung kelebihan uang yang kita miliki sejak dini memang tidak dapat disalahkan. Tetapi akan lebih baik ketika ada orang-orang yang perlu bantuan dan kita pun mempunyai kelebihan rezeki, hendaknya sejenak kita mengulurkan tangan kepada mereka dan berbagi apa yang telah kita miliki. Sehingga orang lain pun dapat merasakan kenikmatan yang diberikan Tuhan kepada kita.

Kadang kita pernah bertemu dengan orang yang suka menikmati harta yang dimilikinya tanpa memedulikan orang-orang yang kesulitan yang berada di sekitarnya. Kadang juga bersifat acuh tak acuh dengan kondisi kawan atau tetangganya yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Sejenak saya teringat dengan cerita guru SD saya dulu.

Jaminan Surga bagi Orang yang Bersedekah

Beliau menceritakan tentang kisah orang kaya yang punya sikap pelit dan sombong. Jangankan berbagi rezeki, untuk mengeluarkan uang satu rupiah saja orang kaya tersebut seperti enggan mengeluarkannya. Sehingga suatu ketika si kaya itu didatangi oleh seorang pengemis tua yang sangat kelaparan dan pengemis tersebut meminta sebungkus nasi kepada si kaya. Namun, dengan kasarnya si kaya itu mengusir si pengemis dengan menendang tangan si pengemis yang sedang menengadah ke hadapan orang kaya tersebut.

Beberapa minggu setelah kejadian tersebut, si kaya mendapat balasan yang sangat menyakitkan. Selain mengalami kebangkrutan di bidang usahanya, dia juga mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematian pada dirinya. Kemudian beberapa hari setelah meninggalnya si kaya, ada seorang ulama yang mendengar cerita tersebut dan memberitahukan kepada keluarga si kaya bahwa pengemis yang pernah ke rumahnya dan mendapatkan perlakukan hina ternyata adalah seorang Nabi Khidir yang menyamar menjadi seorang pengemis lalu menguji sikap si orang kaya tersebut.

Nyawa Selamat Berkat Sedekah

Belajar dari kisah si kaya dan pengemis di atas, saya juga pernah mendapat ujian dengan kehilangan rezeki yang saya miliki pada dua tahun yang lalu. Pada waktu itu saya kehilangan sebuah helm merk INK yang saya pinjam dari teman kampus untuk pergi ke lapangan futsal di dekat kampus. Sayangnya, ketika pulang dari pertandingan futsal, helm yang saya letakkan di setir sepeda motor teman saya ternyata telah hilang dicuri maling yang kemungkinan juga bermain futsal di lapangan yang sama.

Tindakan saya saat kehilangan helm itu hanya bisa melihat rekaman CCTV yang ada di parkiran lapangan dan hasilnya pun nihil. Pada akhirnya saya pun harus mengikhlaskan helm itu dan menganggap kejadian ini sebagai ujian dari Allah SWT. Lalu saya meminta maaf kepada teman saya yang mempunyai helm tersebut dan berjanji untuk mengganti dengan helm yang sama dan mungkin lebih baru.

Tepat pada momen hari ulang tahun saya, saya memberikan kado sebuah helm INK baru kepada teman saya yang harganya sekitar Rp 400.000. Uang yang saya gunakan untuk membeli helm itu adalah uang yang selama ini saya tabung dengan niat untuk mentraktir teman-teman saat saya berulang tahun. Tetapi Tuhan berkehendak lain, dan menjadikan uang tersebut sebagai kado kepada teman saya. Walaupun seharusnya saya yang berhak mendapatkan kado.

Beberapa bulan setelah berlalunya momen tersebut, saya dikejutkan dengan rezeki yang diberikan Allah melalui Bank Jatim yaitu berupa beasiswa yang jumlahnya sekitar Rp 4.000.000. Betapa bersyukurnya hati ini atas rezeki yang Allah berikan yang ternyata jumlahnya 10 kali lipat dibandingkan dengan apa yang telah saya keluarkan.

Kemudian dari rezeki tersebut saya mengingat kembali petikan dari ayat Alquran Surat Saba yang artinya, “Katakanlah, sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hambanya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya) dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”

Setelah kejadian tersebut saya mulai gemar membaca manfaat-manfaat bersedekah dan cerita orang-orang yang suka menafkahkan hartanya di jalan Allah. Lalu saya mulai menemukan dan membandingkan filosofi dari teori matematika dasar dengan filosofi sedekah. Di mana dalam teori matematika tersebut dikatakan bahwa 1-1=0 yang jika dijabarkan mengajarkan filosofi bahwa apabila kita mempunyai sebuah harta lalu harta tersebut kita berikan kepada orang lain, maka habislah harta yang kita miliki.

Lain halnya dengan filosofi sedekah yang mengatakan bahwa 1-1=10 dan dijabarkan dari filosofi tersebut bahwa apabila kita mempunyai sebuah harta lalu membagikan harta tersebut, maka akhirnya bertambahlah harta yang kita berikan dengan jumlah yang lebih besar bahkan menjadi lebih besar 10 kali lipat atau lebih.

Dari pengalaman di atas, saya mengambil pelajaran bahwa sifat pelit atau kikir tidak akan memberikan manfaat pada harta yang kita miliki serta dibenci oleh orang-orang di sekitar kita. Sedangkan sikap dermawan dan senang berbagi kepada sesama, akan banyak menimbulkan hal-hal yang positif serta memberikan banyak manfaat dan keberkahan pada harta yang dimiliki. (Cerita ini dikirim oleh Basori Alwi, Surabaya)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya