Ketika Harapan, Usaha, dan Doa Berbuah Keberhasilan

Harapan, usaha dan doa berbuah keberhasilan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Sinar mentari mulai terasa sangat menyengat, pagi pun telah berganti siang. Namun, semangat untuk menggapai sebuah impian menuju kesuksesan seakan tak pernah padam dan sirna, walaupun dalam perjalanan menuju kesuksesan harus melewati berbagai rintangan serta jalanan yang terjal dan berliku.

Kamu Bingung Mau Mulai Doa Apa, Inilah Doa Pertama yang Kamu Minta

Berbekal secercah harapan, seuntai doa dan segenap usaha membuat jiwa ini seakan tak pernah putus asa untuk menghadapi cobaan yang datang silih berganti walaupun terkadang hati ini mulai resah dan gelisah karena suatu keadaan yang kadang tak berpihak bahkan waktu yang tak pernah menunggu.

Namun, selama jiwa masih terkandung dalam raga serta doa yang masih bisa mengubah segalanya, maka di situlah usaha dan harapan akan berbuah keberhasilan. Teringat pada kenangan sekitar tiga tahun yang lalu, pada waktu itu saya masih berada di perjalanan akhir semester dua dan akan menjalani ujian akhir semester (UAS) untuk bisa melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu naik ke semester tiga.

Wisuda dan Sejuta Pengharapan

Saya masih teringat momen ketika tidak diperbolehkan oleh seorang dosen pelajaran statistika untuk mengikuti ujian pelajarannya karena keterlambatan saya datang ke dalam kelas yang lebih dari 45 menit sejak dimulainya ujian statistika tersebut. Memang saya menyadari akan kesalahan yang saya lakukan.

Tetapi, saat masuk ke ruangannya saya kemudian menjelaskan alasan faktor kemacetan yang berlangsung sangat lama sekitar satu jam dan ini adalah kemacetan yang tidak biasa terjadi selama melalui jalan yang biasa saya lewati ini, begitulah penjelasan saya pada dosen statistika yang mengakibatkan saya terlambat masuk ke dalam kelas dan tidak diperkenankan mengikuti ujian.

Tiga Kelompok Orang Ini Doanya Mustajab dan Makbul

Tidak sekadar mengutarakan alasan, tetapi saya meminta maaf atas keterlambatan ini dan meminta untuk diperkenankan mengikuti ujian susulan, tetapi dengan kelas yang berbeda. Setelah mendengar penjelasan saya, beliau malah balik memarahi saya karena alasan kemacetan di jalan yang berujung keterlambatan ini beliau menganggap hal tersebut disebabkan kecerobohan saya sendiri.

Selain itu, beliau juga seakan tidak memberi saya kesempatan, toh walaupun ada hanya sedikit kemungkinannya untuk bisa mengikuti ujian susulan dan dengan nada kemarahan beliau hanya berkata, mungkin kamu tidak bisa mengikuti ujian susulan di kelas lain atau ikut kelas C, karena kelasnya biasanya itu penuh dan tak ada tempat duduk yang tersisa. Tapi jika ternyata di kelas C itu ada kursi yang tersisa, maka bolehlah kamu masuk dan ikut ujian statistik di kelas C itu.

Setelah mendengar jawaban tersebut, harapan saya untuk bisa mengikuti ujian statistik seakan mulai pupus karena sangat sedikit peluangnya untuk bisa ikut. Di saat seperti inilah saya hanya pulang ke rumah dengan rasa kecewa dan tak ada keceriaan yang teraut di wajah saya. Tetapi dalam benak saya kemudian terlintas perkataan dari guru SMA saya yang kembali saya ingat, beliau pernah berkata, ketika kamu mulai putus harapan dan seakan hilang tujuan, maka perdekatkanlah hatimu pada Tuhan dengan memanjatkan doa. Karena dengan doa bisa mengubah segala yang tak mungkin menjadi mungkin dan tak ada yang mustahil terjadi jika Tuhan telah menghendaki.

Perkataan itulah yang memberikan saya beribu harapan dan semangat yang kembali padam bahkan memotivasi diri untuk terus belajar. Kemudian saya melakukan apa yang telah dipesankan oleh guru SMA dulu, yakni selalu berusaha dan setiap usaha diiringi dengan doa. Pada pagi hari setelah melakukan salat dhuha, saya kembali menghubungi dosen statistika via telepon untuk memastikan apakah saya masih bisa mengikuti ujian susulan mata kuliah tersebut.

Dan ternyata beliau dengan ramah dan tulus berkata, mas, nanti kamu jam 10.00 bisa masuk langsung ke kelas C untuk mengikuti ujian susulan karena ternyata masih tersisa sekitar 3 kursi dan jangan lupa materinya dipelajari. Mendengar jawaban tersebut, saya hanya bisa meletakkan kening untuk bersujud dan bersyukur pada Tuhan karena atas kehendaknya saya masih diberi kesempatan untuk mengikuti ujian walaupun sempat putus harapan.

Alhasil, setelah pengumuman keluarnya nilai-nilai ujian semester dua, yang nilainya itu diumumkan via online, alhamdulillah indeks prestasi saya mulai naik yang pada semester awal 2,50 menjadi 3,00 dan nilai statistika yang saya inginkan ternyata sesuai kenyataan, yang pada waktu itu bisa memperoleh nilai B. (Tulisan ini dikirim oleh Basory Alwy)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya