Pemimpin Seharusnya Bekerja dalam Diam

Presiden Joko Widodo.
Sumber :
  • Twitter @jokowi

VIVA.co.id – “Kerjakan, jangan banyak mengumbar kata,” begitulah seorang kawan berpendapat. Saya setuju. Baiknya memang bekerja itu tak banyak cincong. Lebih baik memberi bukti, ketimbang ramai dengan pernyataan. Karena pada akhirnya, lebih banyak bicara hanya akan dicap pandai berwacana saja. Karena bukti kerja adalah yang terasa.

Wahai Orang yang Tidak Berpuasa, Hormatilah Bulan Ramadan

Bagi seorang pemimpin, hasilnya adalah apa yang dirasakan rakyat yang dipimpinnya. Entah itu jalan, jembatan, atau apapun yang membuat hidup warganya berubah ke arah lebih baik. Ya, memang tak ada salahnya jika kemudian bukti kerja diumbar. Tapi, bila itu digembar-gemborkan, rasanya terselip pamrih di balik itu. Apalagi jika keberhasilan tersebut baru setengah matang dan belum tuntas.

Baiknya, tuntaskan itu. Hasilnya, biarkan rakyat yang bercuap. Warga yang bersuara. Toh, mereka yang merasakan. Namun, bila belum juga itu tuntas, tapi sudah bicara ambisi, menurut saya kurang pas. Berambisi sah-sah saja memang. Tapi kalau terus ambisi ditabuh, rasanya risih juga mendengarnya.

Jadi Dewa Mabuk Sehari

Bekerja untuk rakyat? Atau bekerja untuk mengejar ambisi? Bagi saya, salut untuk mereka yang bekerja diam-diam, tapi memberi bukti nyata. Tak peduli, apakah dia akan disorot media atau tidak. Biarkan saja rakyat yang merasa. Saya yakin, rakyat tak akan bohong bila memang hasil itu memberi manfaat. Tak perlu gembar-gembor sudah melakukan ini dan itu. Buktikan saja. Sekali lagi, biarkan rakyat yang menilai. (Tulisan ini dikirim oleh Langitrakeyan)

Hari pertama saat berlangsungnya Mubes HIMSI UMI, Makassar.

Musyawarah Besar Himpunan Mahasiswa Sastra Inggris UMI

Acara besar ini akan berlangsung selama dua hari.

img_title
VIVA.co.id
15 Juni 2016