Luar Biasa Peran Seorang Wanita di Bulan Ramadan

Ilustrasi
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Bulan Ramadan menyimpan segudang berkah dan amalan. Umat Islam yang merayakan kesucian bulan ini tentu menempatkannya di salah satu relung hati terdalam, dan akan merindu kembali pada saatnya tiba di tahun depan. Mereka yang teguh iman, berlomba-lomba mencari rida Ilahi dalam beribadah. Seperti beramal, bersedekah, memperbanyak salat sunat, beritikaf di masjid, membaca Alquran, dan aktivitas penuh pahala lainnya.

Pergilah Dinda Cintaku

Kedudukan bulan Ramadan memang tak sebanding dengan bulan-bulan lain. Pada bulan ini semua umat Islam yang beriman maupun belum sepenuhnya beriman akan berpuasa. Sabar dalam puasa diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari. Umat Islam yang menjalankan ibadah puasa akan memiliki cara tersendiri menyikapi masalah hidup. Dalam perlombaan ini pun ada yang menang dan ada pula yang kalah. Namun tahukah Anda bahwa wanita memiliki banyak kartu kemenangan selama bulan Ramadan?

Wanita dan bulan Ramadan tidak bisa dipisahkan begitu saja. Begitu pentingnya kedudukan wanita di dalam bulan puasa. Tanpa wanita, kita yang pria bukanlah siapa-siapa, bahkan mungkin tak akan sampai tuntas menjalankan ibadah puasa sampai 29 atau 30 hari ke depan. Kedudukan wanita di dalam bulan Ramadan begitu tinggi di mata saya sebagai seorang pria. Apa-apa itu dilimpahkan kepada wanita. Rasanya, tidak ada waktu bagi wanita untuk benar-benar istirahat.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Wanita akan melakukan dua hal penting selama bulan puasa, yaitu menyiapkan menu berbuka dan sahur. Soal kesibukan tentu wanita hampir sama dengan pria, bahkan ada sebagian wanita yang memiliki peranan lebih besar daripada pria. Wanita pekerja misalnya, selain bekerja dia juga harus menyiapkan dua hal ini selama bulan puasa.

Wanita dan menu berbuka saling terkait sampai tuntas puasa nanti. Setelahnya seorang wanita pasti akan membuat menu sahur untuk anak dan suami. Anak yang puasa ingin makan ini, suami ingin makan itu. Tidak selamanya menu makanan yang dijual dengan mudah di pinggir jalan menarik minat suami dan anak-anak. Wanita sebagai istri tentu lebih paham menu makanan yang disukai oleh suami dan anak-anaknya.

Jokowi Diminta Lerai Konflik Ketua Pramuka dengan Menpora

Saat wanita menyiapkan menu berbuka, biasanya suami dan anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersantai. Namun waktu berbuka tetap saja sama, tidak ada kemudahan wanita harus buka lebih cepat karena telah menyiapkan menu terlezat untuk keluarga. Usai tarawih, wanita tertidur lebih cepat, karena terbangunnya seorang wanita di dalam sebuah keluarga maka itu tandanya sahur di rumah itu dimulai. Wanita mau tidak mau juga menjadi pengingat waktu untuk membangunkan seluruh anggota keluarga untuk makan sahur.

Tugas lebih berat dari seorang wanita di saat sahur adalah menyiapkan makanan untuk anak dan suami. Ada anak yang enggan makan makanan dingin. Ada suami yang mesti dibuatkan kopi. Ada anak yang ingin makan menu baru dan hangat. Ada suami yang minta semua makanan dipanaskan terlebih dahulu. Wanita akan bangun lebih cepat saat sahur, menyiapkan menu seorang diri baru kemudian membangunkan seluruh anggota keluarganya.

Saat seluruh keluarga tidur kembali usai sahur, atau melakukan aktivitas ringan, wanita sudah dihadapkan dengan piring kotor yang menumpuk. Azan di masjid pertanda subuh, wanita baru selesai mencuci piring dan menempatkannya di rak dengan rapi. Matahari telah fajar, wanita harus bergegas mandi dan bekerja jika ia seorang pekerja.

Rutinitas ini kemudian berlanjut terus tanpa memprotes, atau bahkan tanpa meminta imbalan kepada suami. Apakah wanita mengeluh? Tidak. Wanita tetap tampil bersahaja dan anggun. Mereka akan tersenyum penuh keikhlasan. Mereka bahkan menanti-nanti Ramadan kembali tiba. (Tulisan ini dikirim oleh Bairuindra)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya