Perkembangan Dunia Komik di Era Digital

Komik Indonesia karya Teguh Santosa
Sumber :
  • Viva.co.id/Dyah Pitaloka

VIVA.co.id – Komik mempunyai tempat tersendiri di hati pembacanya. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa sekalipun pasti menyukainya. Membaca komik juga bisa digunakan sebagai mood booster, pengusir jenuh di kala waktu senggang, dan hobi yang bisa menghilangkan stres.

Kemenparekraf Dukung Penuh Karya Anak Bangsa Platform Komik Digital Comicone.id

Bagi saya  sendiri membaca komik selain untuk mengusir kejenuhan bisa dijadikan sebagai ajang belajar dengan metode yang asyik. Contohnya di Webtoon ada komik drama Dr. Frost yang menceritakan tentang seorang psikolog jenius dalam menangani pasien-pasiennya. Bahkan materi untuk komiknya pun mendapat rujukan dari penasihat ahli di bidang psikologi. Di sana banyak sekali genre komik, baik horor, roman, drama, fantasi, komedi, slice of life. Banyak pilihan genre yang bisa dipilih.

Beberapa tahun ke belakang, pemirsa komik membaca komik lewat cerita bergambar. Gambar hitam putih, ada yang berwarna tetapi jarang. Seperti komik-komik tahun 90-an sampai 2000-an seperti Doraemon, Samurai X, Inuyasha, Detektif Conan, Dragon Ball (dulu lebih banyak didominasi komik terjemahan ). Sekarang pembaca komik dimanjakan dengan pilihan membaca komik via aplikasi atau website berbayar maupun tidak.

Kiesha Alvaro Bintangi Film Siksa Neraka, Diadaptasi dari Komik Populer Tahun 1980an

Dominasi komik-komik Jepang dan Korea yang menyerang Indonesia tidak membuat kiprah komik lokal menjadi mati. Mereka mempunyai pembacanya sendiri seperti, komik Si Buta dari Goa Hantu, Panji Tengkorak, Nyai Dasima, Petruk Gareng, Kho Ping Hoo, dan lainnya.

Menurut saya, dunia komik mempunyai prospek yang bagus ke depannya. Para komikus lokal ditantang untuk mencari ide yang lebih unik untuk menarik lebih banyak pemirsa komik. Mungkin saja nantinya akan menjadi tren di tengah masyarakat. Contohnya, jika satu komik terkenal akan ada banyak produk turunannya yaitu animasi, film, merchandise, game. Hal itu akan membuka banyak peluang bisnis bagi yang lain.

Serial Bandelnya Judith, Adaptasi dari Komik Remaja Masa Kini Bakal Tayang Akhir November

Berkembangnya dunia digital makin memberikan ruang ke komikus lokal untuk mempromosikan karyanya melalui media online. Sebut saja dua dedengkot komik, Leo Tigor dan Mice yang mendirikan Komik Jakarta, Ngomik Kampus buatan Shiro Ngampus, DB Komik, dan aplikasi Line dengan Webtoonnya yang makin hari makin bertambah pembacanya. Dengan cerita yang menarik, karakter yang kuat, dan gambar yang apik, bahkan berwarna, sebuah gambar komik jadi kelihatan lebih hidup.

Dukungan pemerintah dan perusahaan swasta pun diperlukan dengan cara memberikan workshop atau kompetisi komik yang nantinya akan menjaring komikus-komikus lokal lainnya untuk meramaikan dunia perkomikan ini.

Dilansir dari artikel di VIVA.co.id, Webtoon memulainya pada Agustus 2015 yang lalu dengan mengadakan kompetisi komik. My Prewedding karya Annisa Nisfihani didaulat menjadi pemenang kompetisi komik Webtoon 2015, dengan menjadi juara pertama. Eggnoid karya komikus Archie The Red Cat yang menjadi pesaing terberat My Prewedding, ketika itu juga mendapat sambutan yang baik.

Bahkan ada beberapa komikus lokal yang menerbitkan karyanya sendiri di Webtoon Challenge. Karya mereka akan dilihat oleh pemirsa komik baik dalam maupun luar negeri. Apabila rating mereka bagus akan dimasukkan ke Webtoon resmi dan akan di-update sesuai perjanjian yang disepakati.

Semoga ke depannya makin banyak ruang untuk menampung kreativitas para komikus lokal untuk berjaya dan menjadi tuan di rumahnya sendiri, yaitu Indonesia. Bukan hanya komik-komik luar saja yang berjaya di Indonesia. Dunia komik sedang membuat kiprahnya makin kuat sekarang ini. Banyak talenta-talenta berbakat ada di Indonesia. Hanya saja tempat untuk menampung talenta-talenta berbakat ini yang kurang.

Di samping itu diperlukannya dukungan pemerintah dalam mengembangkan bidang ini. Menyediakan ruang untuk para komikus mengeluarkan kreativitasnya. Sekarang, komik lokal pun ada seperti Si Juki dengan kisah hariannya sebagai mahasiswa yang mempunyai pemikiran anti mainstream. (Tulisan ini dikirim oleh Sulastri Wigiyanti, Jakarta)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya