Semua Berkat Nenek

Ilustrasi nenek.
Sumber :
  • Pixabay/Julim6

VIVA.co.id – Cerita ini aku tuliskan untuk mengenang kepergian nenekku yang sudah pergi meninggalkan aku sejak 1 tahun yang lalu. Sebenarnya aku bukanlah orang yang pandai berkata-kata. Aku bukan orang yang bisa menuliskan sebuah cerita dengan baik dan benar. Namun, terkadang aku bisa menuliskan sebuah cerita ketika aku sedang merasa ada hal yang ingin aku tuliskan. Semua itu berkat nenek.

Di Sinjai, Nenek 80 Tahun Bunuh Wanita Lansia Gara-gara Tak Diberi Pinjaman

Sudah sejak kecil aku tinggal bersama kakek dan nenek. Sejak ibuku mengandungku, nenek dengan baik dan rajinnya selalu mengunjungi kedua orangtuaku. Nenekku selalu menanyakan bagaimana kabar tentang kandungan ibuku. Nenekku adalah seorang yang penyayang, baik dan ramah. Aku menyayangi nenekku, walaupun sering kali aku abai akan kehadiran nenek.

Ketika aku lahir, orangtuaku merasa senang. Tapi ternyata kesenangan nenek jauh lebih besar daripada kesenangan orangtuaku. Kehadiranku benar-benar ditunggunya. Meskipun nenek tidak terlalu mementingkan dan berkeinginan memiliki cucu laki-laki atau pun perempuan. Karena bagi nenek laki-laki atau perempuan itu jelas sama saja.

Viral Kisah Nenek hanya Makan Daun Singkong Ternyata Hoaks, Keluarga: Kami Sangat Tersinggung

Nenekku berkeinginan dia yang merawatku. Sempat kedua orangtua dan nenekku memperebutkan hak asuhku. Tapi akhirnya aku pun dirawat oleh kakek dan nenekku. Dimulai sejak hari itu, aku dirawat oleh mereka. Aku dijaga, dibesarkan, diajari banyak hal, diberitahu mana yang baik dan mana yang buruk. Diberinya kasih sayang yang sungguh besar dan bermanfaat, hingga akhirnya aku tumbuh menjadi laki-laki dewasa seperti sekarang.

Tidak heran memang jika nenek mau merawat, menjaga dan membesarkan aku, karena aku memang cucu pertama di dalam keluarga. Selain aku cucu pertama, otomatis aku juga menjadi anak pertama bagi kedua orangtuaku. Nenek dan orangtuaku sama-sama menyayangiku, sama halnya aku menyayangi mereka.

Dramatis, Petugas Damkar Evakuasi Cincin di Jari Nenek Usia 81 di Jombang

Tapi aku yang dulu masih belum tahu banyak hal dan selalu membuat mereka kecewa. Bukan hanya dari sisi prestasi di sekolah, tapi juga dari sisi pergaulan. Aku yang dulu memang bodoh dan suka dijahili oleh teman-temanku. Tapi aku selalu dibela oleh nenek dengan cara menegur teman-teman yang suka menjahiliku. Malu aku untuk mengakuinya, tapi memang aku selalu dimanjakan oleh nenekku.

Kalau minta uang saku atau uang jajan, aku selalu minta kepadanya. Terkadang aku suka diberi lebih. Saat aku bertanya kepadanya, “Ini banyak kali Nek, untuk apa banyak-banyak?” Beliau hanya menjawab, “Kan bisa ditabung,” dengan senyum yang tulus. Itupun nenek memberiku lebih tanpa sepengetahuan kakek dan anggota keluargaku lainnya, termasuk kedua orangtuaku.

Hingga duduk di bangku kelas 3 SMP, aku tinggal bersama kakek dan nenek. Aku yang merasa jauh dari kedua orangtuaku meminta untuk tinggal bersama mereka dahulu. Memasuki masa-masa SMK, akhirnya aku tinggal bersama kedua orangtuaku. Hingga suatu saat, kami sekeluarga mendengar kabar bahwa nenek jatuh sakit. Aku jelas saja panik, hanya aku diminta untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya karena nanti malah akan mengganggu aktivitas sekolahku.

Setelah hampir 5 tahun nenek keluar masuk rumah sakit, akhirnya nenek pergi meninggalkanku ketika aku berumur 19 tahun. Nenekku memang sudah tidak ada lagi, tapi aku selalu yakin nenek selalu melihat dan menemani ke mana pun aku pergi. Karena sosok nenek masih sering muncul di dalam mimpi ketika aku sedang terlelap tidur.

Terima kasih nenek. Terima kasih atas semua yang telah engkau berikan kepadaku. Dan sekarang aku ingin meraih kesuksesan untukmu. Agar aku bisa dikenal oleh banyak orang di Indonesia maupun di seluruh dunia. (Tulisan ini dikirim oleh Ridho Adha Arie, Pekanbaru)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya