Berita Hoax, Antara Opini dan Realita

Ilustrasi/Kabar hoax
Sumber :
  • PeopleOnline

VIVA.co.id – Penggunaan sosial media yang semakin massif dari waktu ke waktu tidak bisa dipungkiri membuat beragam pemberitaan pun dengan sangat cepat bisa tersebar luas dalam hitungan detik ke seluruh penjuru dunia.

Tanggapi Berita Hoax, Depe: Setiap yang Viral, di Situ Ada Dewi Perssik!

Di satu sisi menguntungkan, dengan kemudahan akses berita dan informasi dalam segala kebutuhan bisa dengan sangat cepat didapat. Namun, di sisi lain kebenaran dari sebuah berita saat ini pun relatif sulit dipisahkan antara berita asli atau hoax.

Sehingga hal ini tentu mendapat respon yang sangat luas dari berbagai kalangan. Termasuk dari kalangan birokrat maupun berbagai elemen masyarakat secara umum. Di antaranya, beberapa statement dari pejabat yang jelas mengindikasikan adanya darurat berita hoax.

Dikabarkan Meninggal Dunia, Gilang Dirga Tak Marah, Kenapa?

Pada saat yang sama, pemerintah harus meningkatkan kemampuan publik untuk bermediasi/literasi media yakni memahami untuk kepentingan apa saja media digunakan. Fungsi media untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan peduli harus dipahami oleh semua lapisan masyarakat, terlebih praktisi media (jurnalis, pemilik media). Bila ada pelanggaran dari ketentuan aturan yang ada, maka sanksi akan diberlakukan untuk semua pelanggar. Baik pengguna media sosial maupun praktisi media profesional.

Gerakan berantas hoax saat ini semestinya dibarengi peran Pemerintah menjelaskan mana yang benar dan mana yang salah. Selain skill teknis menyeleksi informasi yang layak disebarluaskan dan tidak. Faktanya, masyarakat kapitalis justru tidak memiliki standar benar salah dengan tepat. Pemikiran yang merusak justru disebarluaskan secara sistemik melalui beragam mekanisme (kebijakan, pendidikan, sejarah, media resmi pemerintah). Akibatnya banyak ambiguitas dalam menilai mana informasi yang layak sebar atau sebaliknya.

Heboh, Warga Tasikmalaya Diterpa Berita Hoax Kiai Tewas Bersimbah Darah

Saat ini untuk menilai suatu berita itu asli atau hoax perlu kejelian dan teknik ilmunya. Karena yang terjadi saat ini, berita yang beredar sangat rawan dengan kepentingan dan motif tertentu. Baik itu motif ekonomi, politik, maupun motif lainnya yang demi untuk bisa memenuhi kepentingan tertentu maka segala cara dihalalkan. Sehingga akidah Islam harus dominan lebih kuat bermain dalam menyortir kebenaran suatu pemberitaan.

Kenapa demikian? Karena standar baik buruk seorang Muslim tentu akan kembali pada akidah Islam. Ketika mendeteksi validitas data yang disebutkan dalam sebuah berita saat ini, kita pun perlu uji lebih teliti dan bermain analisa politik di dalamnya. Seperti demokrasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan.

Kebebasan ekonomi yang menjadikan para pemilik modal berkuasa atas aset-aset ekonomi rakyat dan Negara hingga menimbulkan kesenjangan ekonomi yang luar biasa, yaitu sebagian besar rakyat jatuh dalam kemiskinan. Kebebasan pers hingga terwujud masyarakat sakit, tidak bermoral, dan liar. Serta kebebasan berperilaku dan keyakinan. Sikap hipokritme yang ditunjukkan penguasa semakin mempertebal ketidakadilan.

Ingat, persoalan yang ditanggapi dengan cara yang tidak benar maka akan menimbulkan persoalan baru. Alih-alih mengoceh tentang kebebasan pers, yang setiap saat bisa terkikis oleh Pemerintah kita sendiri. Sebagian besar organisasi media utama memiliki beberapa jenis afiliasi politik yang mungkin dilakukan lewat pengaruh langsung melalui donasi ke berbagai partai politik.

Dengan munculnya saluran berita 24 jam, blog-blog, YouTube dan ponsel-ponsel pintar berita-berita bisa sampai jauh lebih dulu menyusul berita-berita yang dilaporkan oleh surat-surat kabar resmi. Kemudahan bagi siapapun yang bisa menulis isu-isu tertentu berarti bahwa sebuah berita tunggal dapat menghasilkan pendapat-pendapat dari dua kutub yang berlawanan. Berita-berita itu telah lama berpindah fungsi dari yang awalnya sekadar berbagi informasi tentang peristiwa-peristiwa tertentu, hingga digunakannya berita-berita itu sebagai sebuah metode untuk menyebarkan ide-ide spesifik tentang isu-isu ideologis.

Hal ini dapat dibenarkan atas berita-berita lokal, nasional dan global, namun tidak bisa dibenarkan atas semua berita. Siapa pun yang menulis tentang peristiwa-peristiwa itu akan menemukan bahwa pendapat-pendapat mereka tentang isu-isu itu muncul pada tulisan-tulisan mereka. Hal ini merupakan konsekuensi alami atas adanya pandangan-pandangan dan ide-ide atas sesuatu di dunia.

Untuk dapat sepenuhnya menghargai berita dan untuk membangun opini Islam kita sendiri, maka perlu untuk mulai melihat berita-berita dengan cara yang benar. Bukan rahasia lagi bahwa Barat dalam rangka mewujudkan kepentingan politik imperialismenya di negeri Muslim seperti Indonesia, berinvestasi menciptakan ancaman-ancaman fantasi kebangkitan Islam yang diklaimnya sendiri dan juga bahaya kebebasan berekspresi.

Kebebasan dan kemerdekaan di Barat sebenarnya adalah ilusi. Berbagai peraturan dan undang-undang sedang diperkenalkan khusus ditujukan pada komunitas Muslim di seluruh Amerika dan Eropa. Tidak heran ada gelombang pasang kemarahan yang melanda dari dunia Muslim yang merupakan korban kebijakan luar negeri AS, Inggris dan Perancis yang bermain bersama rakyat dari negara-negara Barat lainnya.

Campur tangan yang terus-menerus dan tekad untuk memadamkan api kebangkitan umat Islam telah menyebabkan sebagian orang percaya bahwa satu-satunya cara untuk membawa kemerdekaan adalah dengan perlawanan. Amerika dan orang-orang yang tolong menolong dengan Amerika harus mengetahui bahwa tindakan kekanak-kanakan Barat itu tidak akan bisa memaksa umat melepaskan Islam. Sebaliknya, umat justru bersegera untuk mengubur dalam-dalam ide-ide Barat yang rusak itu.

Sikap negara-negara Barat yang ditunjukkan oleh para politisi, ilmuwan dan media massa mereka, termasuk di negeri Muslim yang mendukung habis-habisan media massa anti Islam menunjukkan realita sesungguhnya tentang Perang Peradaban (Clash of Civilizations). Mempertahankan ideologi kapitalisme adalah harga mati untuk eksistensi mereka di dunia untuk mempertahankan dominasi dan penjajahan mereka di dunia. Persis seperti yang pernah dinyatakan Goerge W Bush saat menjadi presiden Amerika, “Jika kita mau melindungi negara  kita dalam jangka panjang, hal terbaik yang dilakukan  adalah menyebarkan kebebasan dan demokrasi.”

Dalam pandangan Islam, media massa (wasâ’il al-i’lâm) bagi negara khilafah dan kepentingan dakwah Islam mempunyai fungsi strategis, yaitu melayani ideologi Islam (khidmat al-mabda’ al-islâmi) baik di dalam maupun di luar negeri (Sya’rawi, 1992: 140). Di dalam negeri, media massa berfungsi untuk membangun masyarakat islami yang kokoh. Di luar negeri, ia berfungsi untuk menyebarkan Islam, baik dalam suasana perang maupun damai. Untuk menunjukkan keagungan ideologi Islam sekaligus membongkar kebobrokan ideologi kufur buatan manusia. (Masyru’ Dustur Dawlah al-Khilâfah, pasal 103).

Dengan membacanya, kita akan dapat membayangkan betapa baiknya suasana dan kehidupan media massa yang ditata dengan syariah di negara khilafah nantinya. Media massa akan menjadi alat konstruktif untuk memelihara identitas keislaman masyarakat, tanpa melarang unsur hiburan (entertainment) yang sehat dan syar’i. Tidak seperti sekarang, media massa telah menjadi alat destruktif untuk menghancurkan nilai-nilai Islam. Dengan mengeksploitasi hiburan yang berlumuran dosa dan membejatkan moral.

Maka semakin jelas realitas saat ini. Untuk bisa membuktikan sebuah pemberitaan adalah berita asli atau hoax, maka tidak bisa dipungkiri akidah Islam dan analisa politik yang sesuai sudut pandang Islam wajib diaplikasikan. (Tulisan ini dikirim oleh Wahyu Titis L, S.Si.,Apt, Pemerhati sosial media)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya