Kesempatan Hidup untuk Suttan

Pemberian santunan untuk Suttan.(foto u-report)
Sumber :

VIVA.co.id – Hujan baru saja turun, untung banjir tidak singgah ke rumahnya yang hanya sepetak. Rumah yang terbuat dari kayu itu tepat ada di pinggir sungai. Kala itu, sungai begitu deras. Mata pria berusia 45 tahun itu nanar. Dalam benaknya dia berpikir untuk tenggelam bersama derasnya  sungai. Namun, keinginan itu berkali-kali dia urungkan, karena dia teringat akan ibunya yang kini berusia 100 tahun lebih. Jika dia putus asa dan meninggalkan dunia ini, maka siapa yang kelak akan menjaga ibunya?

Viral Alquran Dilempar Petugas saat Eksekusi Rumah Yatim Piatu

Segeralah dia bersiap-siap memakai pakaian yang rapi. Tak lupa dia pun menyisir rambutnya. Kembali ke dunia nyata, berjalan menelusuri jalan setapak. Matanya menatap ke atas gedung-gedung bertingkat yang menenggelamkan dirinya yang kecil. Rumah kontrakannya yang seharga seratus ribu per bulan seolah seongok sampah jika dibanding  gedung megah itu.

Dia adalah Suttan Muhammad, seorang pria tanpa istri dan anak yang hanya hidup bersama ibunya saja. Kesehariannya bekerja sebagai seorang guru mengaji di kampung sebelah. Untuk menempuh tempat dia bekerja, dia harus berjalan cukup jauh. Penghasilannya yang hanya Rp 100,000 per bulan itu hanya cukup untuk membayar kontrakan saja.

Pergilah Dinda Cintaku

Dia hampir putus asa karena dia tak mampu membiayai kehidupannya. Agar dia dan ibunya bisa makan, maka seringkali dia menunggak kontrakan atau berutang ke sana ke mari. Dan sudah ke sana ke mari juga dia meminta bantuan kepada lembaga-lembaga yang besar maupun kecil. Tapi tak ada satu pun yang bersedia membantunya.

Di tengah keputusasaanya itu, dia melihat spanduk Rumah Yatim yang menyertakan nomor telepon. Maka dia pun memberanikan diri mengirim pesan pendek kepada nomor itu, yang ditanggapi dengan cepat oleh pihak Rumah Yatim Pusat dan langsung meminta pihak cabang untuk menyurvei keberadaan Suttan.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Iwan Gunawan, selaku Kepala Cabang Rumah Yatim Medan yang berada di Jl. Setiabudi No. 101, Medan, tak menunda lama dan langsung menuju ke lokasi yang disebutkan oleh pihak CRM Rumah Yatim, yaitu ke Jl. Kali Are, Gg. Sejuk, Medan. Melihat kondisi kontrakan yang cukup kecil ditambah seringnya banjir menghadang tatakala hujan datang membuat Iwan merasa terharu.

“Kondisinya memprihatinkan sekali. Ibunya sudah tak bisa jalan. Lingkungannya juga semuanya orang tidak mampu. Tidak ada air bersih dan sering kebanjiran,” ujar Iwan. Dalam survei tersebut, Iwan pun mendapatkan kenyataan yang miris. Bahwa Suttan sempat ingin mengakhiri hidupnya. Maka Iwan pun menguatkan Suttan, agar Suttan mampu menghargai hidupnya dan mensyukuri apa yang telah Allah berikan padanya.

Dari Suttan, Iwan pun mengetahui bahwa kondisi yang memprihatinkan tidak hanya miliknya, namun juga dirasakan oleh 30 keluarga yang ada di kampungnya. Maka, selain membantu Suttan, Iwan pun terpanggil untuk membantu warga di Jl. Kali Are tersebut.

Beberapa hari setelah survei, Iwan datang bersama timnya. Dengan senyuman, Suttan memapah ibunya untuk menerima santunan peduli sesama dari Rumah Yatim berupa uang tunai sebesar Rp200.000 dan paket sembako untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain dia yang sudah terbantu, dia pun secara tidak langsung sudah membantu orang-orang di sekitarnya. Karena Rumah Yatim dapat menyalurkan dana bantuan sesama untuk warga di sana sebanyak 35 orang.

“Terima kasih Rumah Yatim dan para donatur  yang sudah mau menolong saya dan juga warga di sini,” ucapnya kepada Iwan. Kini Suttan yakin pertolongan Allah itu ada untuknya. Kini dia bisa melewati hari-hari dengan lebih baik. Bantuan itu dia gunakan untuk membayar kontrakan yang menunggak beberapa bulan. Dan sembako tentu dia gunakan untuk kebutuhan pangan sehari-hari.

Setidaknya dia tak harus kencang memutar otaknya untuk beberapa minggu ini. Sehingga dia bisa berkonsentrasi mengurus kesehatan ibunya yang sudah sakit-sakitan dan berusaha mengajar dengan baik. Yang terpenting, dia pun kini tak memiliki niat kembali untuk mengakhiri hidupnya. (Tulisan ini dikirim oleh Sinta Guslia)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya