Hadiah untuk Ima, Anak Asuh yang Berprestasi

Ima, salah satu anak asuh Cemara.
Sumber :

VIVA.co.id – Reward atau hadiah bisa diartikan sebagai sebuah penghargaan atau apresiasi yang diberikan seseorang kepada orang lain, atas keberhasilan orang tersebut dalam mengerjakan suatu hal. Untuk itu, salah satu donatur tetap Cemara, Keke, sengaja mengumpulkan anak-anak untuk memberikan sedekah sekaligus memberikan hadiah bagi anak asuh yang memiliki prestasi. Dan dari sekian anak asuh, terpilihlah Ima yang kini duduk di kelas VI SDN Sejahtera 1 Bandung.

Viral Alquran Dilempar Petugas saat Eksekusi Rumah Yatim Piatu

Tak salah Keke memilih Ima. Karena selain Ima selalu juara kelas dari tingkat taman kanak-kanak, ia pun memiliki hafalan Alquran paling banyak dibanding anak asuh Cemara lainnya. Kini Ima sudah hafal empat juz Alquran.

Ima merupakan anak terkecil di Cemara. Namun karena Ima bergaul dengan kakak-kakaknya di Cemara, menurut Kepala Asrama Cemara Omah Siti Rohmah, Ima cukup dewasa dibanding teman-teman sekelasnya. Selain itu, Ima juga memililki kemauan yang keras dan memiliki cita-cita yang luhur.

Pergilah Dinda Cintaku

“Ima ingin jadi dokter,” ungkap Ima penuh harap. Ya, itu keputusan Ima.

Sejak kecil, dia sudah harus kehilangan bapaknya pada saat usianya lima tahun. Anak keenam dari tujuh bersaudara ini tinggal di asrama sejak dia berada di taman kanak-kanak. Kegigihannya dalam belajar sudah terlihat jelas. Tatkala teman-temannya belum mampu membaca dan menghitung, dia yang lebih awal hafal. Pada usia tujuh tahun, dia sudah mampu menghafal satu juz Alquran. Dan semua itu tidak terlepas dari dukungan umi-nya yakni Uum Kurniasih. Kala itu sang umi masih mendampinginya sebagai staf pendidikan dan logistik di Rumah Yatim Cemara.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Kini Ima harus mandiri tanpa dukungan umi yang selalu ada di sampingnya. Kini dia seperti anak-anak yang lainnya. Hidup mandiri bersama ibu asrama dan kakak-kakak. Bersyukur Ima bisa melewatinya. Bahkan, kini dia jauh lebih dewasa, lebih mandiri, dan hafalannya pun semakin meningkat.

Hobi membacanya membuat Ima jauh lebih pintar. Tak hanya di asrama Ima mandiri, di sekolah pun dia sering membantu teman-temannya belajar. Bahkan, di sekolah dia selalu ditunjuk guru untuk menerangkan kepada teman-temannya yang belum paham.

Setelah hampir tujuh tahun bapaknya meninggal akibat stroke, Ima kini memilih untuk membahagiakan umi, kakak, dan adik kecilnya Gufron (10). Hingga kini dia selalu rajin belajar. Dia yakin dengan semboyan rajin pangkal pandai, malas pangkal bodoh. Maka dengan sifat rajinnya menimba ilmu, baik itu di sekolah maupun di asrama, maka dia yakin cita-citanya bisa terwujud.

Melihat prestasi Ima yang tak pernah menurun, Keke pun menghadiahkan uang sejumlah Rp300.000 kepadanya. Dan dengan senang Ima terima untuk menambah tabungan pendidikannya. (Tulisan ini dikirim oleh Sinta Guslia)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya