Malem Diwa, Mobil Listrik Irit Buatan Aceh

Mobil listrik karya mahasiswa Unsyiah Aceh.
Sumber :
  • VIVA/Dani Randi

VIVA – Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Aceh meluncurkan mobil listrik generasi ke lima yang bernama Malem Diwa Urban R 2.0. Mobil listrik ini diyakini lebih hemat energi ketimbang generasi sebelumnya.

Ada yang Aneh dengan Bocah Viral Tabrakkan Chery Omoda E5 di Dalam Mall

Mobil listrik dengan motif Pinto Aceh ini direncanakan mengikuti ajang kompetisi internasional Shell Eco Marathon yang akan berlangsung Maret 2018 mendatang, di Singapura.

Ketua Lab Desain dan Manufaktur Jurusan Teknik Mesin Unsyiah, Muhammad Tadjuddin, mengatakan mobil ini dirakit oleh 17 mahasiswa. Mobil dibuat efesien dengan sasis terbuat dari alumunium tipis dengan berat sekira 10 kilogram. Pengujian telah dilakukan, dan hasilnya mencapai 90 kilometer per Kwh.

Neta Siap Hadirkan Mobil Baru Rakitan Lokal di Indonesia

Setiap tahunnya, kata dia, FT Unsyiah rutin mengikuti kompetisi mobil listrik hemat energi di tingkat nasional. Bahkan, di tahun 2015, FT Unsyiah berhasil meraih juara tiga Kompetisi Mobil Hemat Energi (KMHE).

“Setiap tahunnya kita terus melakukan perbaikan dan kali ini perbaikannya lebih signifikan, sebab akan mengikuti kompetisi tingkat internasional,” katanya pada wartawan, di Unsyiah, Aceh, Kamis 8 Februari 2018.

PLN Bakal Sulap 2.000 Tiang Listrik Jadi SPKLU Kendaraan Listrik

Ketika disinggung siapa pesaing terberat di kompetisi itu, Tajuddin mengakui Jepang, Filipina dan Taiwan cukup mereka perhitungkan. “Tapi karya dari dalam negeri juga tidak bisa dianggap remeh,” ujar dia.

Sementara itu, Muhammad Wahyu, tim pembuat mobil listrik Malem Diwa, mengatakan kelebihan mobil listrik generasi ke lima ini berada pada sistem penggerak yang menggunakan transmisi sehingga lebih hemat energi.

Sementara pada body mobil masih menggunakan fiber optik yang dilapisi batik Pinto Aceh. Sehingga kesan kedaerahan masih tetap kental menempel.

Dia mengakui pembuatan mobil listrik masih terkendala pada material yang akan digunakan, terutama material yang harus diimpor dari luar. "Kendala sebenarnya lebih banyak dari materialnya saja yang tidak ada di Aceh, kita harus menunggu pengiriman dari luar. Selain itu aman-aman saja,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya