Terungkap, Alasan APM Hanya Edukasi Mobil Listrik di Jakarta

Mobil listrik yang sedang diisi ulang tenaga baterainya
Sumber :
  • Viva.co.id/Pius Mali

VIVA –Indonesia akan masuk dalam era kendaraan listrik beberapa tahun mendatang. Rencana tersebut, didukung penuh oleh pemerintah dengan meluncurkan Peraturan Presiden nomo 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.

Kemenperin Dorong IKM Berperan dalam Ekosistem Kendaraan Listrik

Sementara itu, agen pemegang merek (APM) otomotif di Tanah Air, menyambut era kendaraan listrik dengan cara memperkenalkan produk-produknya, baik dengan teknologi hybrid atau bahkan yang menggunakan motor listrik murni, serta yang berbahan bakar hidrogen.

Sayangnya, edukasi kendaraan listrik yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah dan APM otomotif, terlihat hanya fokus untuk masyarakat Ibu Kota. Padahal, kendaraan listrik diharapkan bisa menjadi solusi transportasi darat yang ramah terhadap lingkungan, di seluruh wilayah.

Ragam Kendaraan Listrik Canggih Siap Meriahkan Pameran PEVS 2024

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohannes Nangoi mengatakan, pengenalan mobil listrik kepada masyarakat harus dilakukan secara bertahap dan tidak bisa sekaligus di seluruh wilayah Indonesia.

Baca juga: Bocoran harga Toyota Calya baru dari diler

Mobil Baru BYD Rp200 Jutaan Mulai Dikirim ke Diler

"Saya melihatnya begini, sama kayak dulu mobil manual mau beralih ke otomatis, perlahan terus lama-lama kan menyebar. Pemerintah kan saat ini baru merencanakan mobil listrik," ujarnya di sela konfrensi pers GIIAS Makassar 2019, Selasa 10 September 2019.

Menurut Nangoi, penerapan penggunaan kendaraan listrik pun harus dilakukan bertahap. Edukasi kendaran listrik yang dilakukan secara terus menerus di Jakarta, kata Dia, merupakan langkah yang tepat, untuk nantinya bisa membuat masyarakat beralih untuk menggunakan mobil ramah lingkungan.

"Jadi, yang perlu dibereskan dulu itu ya Jakarta karena di sana padat, polusi tinggi, pergerakan luar biasa, dan potensi daya belinya juga ada. Ngapain mengurusi yang namanya di Kupang, Papua atau di Ambon. Mereka masih tenang-tenang saja kendaraaanya," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya