Susahnya Menenggelamkan Pamor Avanza-Xenia

Toyota Avanza di pegunungan Jawa Tengah
Sumber :
  • Dok. TAM

VIVA.co.id – Ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show, 10-20 Agustus 2017, di Indonesia Convention Exibhition BSD City, Tangerang, Banten, bakal menjadi pembuktian sejumlah agen pemegang merek otomotif untuk menampilkan produk-produk dan teknologi terbarunya.

Viral Aksi Cepat Maling Curi Ban Serep Truk di Jalan Tol

Gelaran mobil tahunan termegah di Indonesia ini bakal semakin seru dan panas dengan kehadiran para pemain baru yang diusung oleh para prinsipal melalui para APM di Indonesia. Mereka akan berupaya mencuri ceruk pasar yang tersisa maupun yang sudah digenggam para pesaingnya.

Upaya memenangkan sudah menjadi kata mati. "Perang" produk baru dengan segala fitur adalah jalan terbaik untuk bisa menggeser para pesaing di pasar. Semua APM berusaha membawa jagoannya ke pasar untuk bermain di semua kelas dan model, termasuk para pemain di kelas low multy purpose vehicle (low MVP), yang selama ini dikenal paling laris dan paling keras persaingannya.

5 Mobil MPV Termurah di Pameran IIMS 2024

Menurut data volume penjualan jenis low MPV, mencapai 310 ribuan unit atau sekira 41,2 persen dari total pangsa pasar otomotif nasional yang ada. Kendaraan yang bermain di level harga Rp150 – 200 juta ini dipoles sedemikian rupa agar terus memikat konsumen. 

Banyak APM punya jenis low MPV yang ditempatkan sebagai "striker" penjualan. Sebut saja Toyota dengan Avanza, Daihatsu dengan Xenia, Suzuki dengan Ertiga, Honda dengan Mobilio, dan Nissan dengan Livina.

Viral 2 Mobil Kondisi Penyok Kejar-Kejaran di Jaktim, Ternyata Ditabrak Truk

Tak cuma itu saja, Mitsubishi juga mulai fokus pada segmen tersebut, jika dahulu menawarkan Maven kini mulai hadirkan model baru bernama Xpander. Satu lagi, hadirnya jenama asal negeri tirai bambu, Wuling. Pabrikan mobil China ini bukan hanya sekadar impor kendaraan low MPV dalam keadaan utuh atau semi utuh, tetapi juga memproduksi di dalam negeri. Rp9,3 triliunan digelontorkan untuk mendirikan pabriknya di Karawang, Jawa Barat.

Selanjutnya... Masih di Atas

Masih di Atas

Sementara itu Pengamat Otomotif Yannes Martinus mengatakan, meski belakangan banyak APM yang fokus pada segmen low MPV, namun kenyataan menyebut banyak merek tak sepenuhnya bertahan di pasar dengan kondisi prima. Ini bisa dilihat dari Chevrolet melalui Spin. Mobil yang digadang-gadang menggerus Avanza cs itu justru harus terjungkal dan tutup produksi.

Sama halnya dengan Wuling yang diminta harus melihat dari produsen mobil China sebelumnya. “Wuling harus belajar dari produsen sebelumnya pernah masuk di segmen MPV. Selain itu, Wuling juga harus mengambil pengalaman berharga dari pabrikan lain. Jangan coba head-to-head dengan pemain raksasa,” tutur Martinus.

Berbagai produk memang datang silih berganti, entah itu Toyota, Suzuki, Daihatsu, maupun Honda dan Nissan, serta Mitsubishi. Beberapa merek mencoba mengubah perwajahan bentuk mobilnya, namun fakta menyebut Avanza-Xenia masih terus mendominasi pasar. 

Setidaknya fakta itu dipaparkan rinci dalam data-data penjualan Gaikindo. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir Toyota dan Xenia tetap di urutan pertama dan kedua, sedangkan Ertiga datang silih berganti posisinya. 

Posisi Toyota Avanza maupun Daihatsu Xenia sejak 10 hingga lima tahun terakhir tetap menguasai pangsa teratas dan kedua di Indonesia. Berbagai penawaran dan isu diusung oleh Ertiga, Livina, Mobilio, maupun Maven untuk menyatakan mereka yang terbaik, terlincah, dan teririt di kelasnya. Namun pada kenyataannya tetap saja belum bisa menandingi. Avanza dan Xenia tetaplah menjadi primadona di kelas low MPV. 

Meski pada tahun 2012 Ertiga sempat menggeser Avanza dan Xenia dalam volume penjualan, namun itu hanya terjadi dalam beberapa bulan saja. Selanjutnya mudah ditebak kembali melorot di urutan ketiga tertinggal dari Toyota Avanza maupun Daihatsu Xenia. 

Semua fakta ini terkonfirmasi dari data pasar yang dilansir oleh Gaikindo. Data Gaikindo menunjukkan, sejak tahun 2010 hingga 2017, Avanza tetap yang teratas dalam penjualan otomotif jenis low MPV. Setiap bulan kendaraan produksi usaha patungan Jepang-Indonesia tercatat mampu menjual rata-rata mencapai 10.000-an unit. Baru disusul Xenia 3.000-an unit, Suzuki Ertiga 2.800-an unit, Nissan Livina, dan Honda.

Pertumbuhan yang terus terjaga dan berada di posisi teratas dalam segmen maupun pangsa pasar membuat para pesaing frustasi. Asumsi tergambar dari upaya mereka berkali-kali mencoba menekuk Avanza maupun Xenia di pasar dengan berbagai cara, mulai dari diskon, layanan servis, serta perubahan wajah. Akan tetapi strategi itu sepertinya belum banyak membantu.

Selanjutnya... Kunci Utama

Kunci Utama

Avanza-Xenia memang mampu bertahan cukup lama di pasar hingga kini. Kendaraan ini seakan mampu menepis pameo sebagai kendaraan barang pasca hilangnya kendaraan tak bermoncong dan bermesin di bawah bangku sopir --penumpang di dalam kabin menjadi panas. Kehadiran mobil ini dinilai lebih murah, lebih terkesan kendaraan penumpang, yang memiliki kapasitas tujuh tempat duduk. 

Daya angkut dengan kapasitas family ini membuat respons pasar langsung kuat sejak hadir di sekitar tahun 2004. Di pasaran, kedua mobil itu terkenal lebih mudah untuk dipelihara, dan lebih murah biaya pemeliharaannya karena dukungan bengkel resmi yang banyak dan lebih "friendly" mekanik, sehingga bisa dilakukan di mana saja jika dalam kondisi darurat di manapun kendaraan ini bermasalah. Apalagi dengan dukungan merek yang kuat.

Menurut sejumlah pakar pemasaran, merek kuat saja memang sudah memberikan kontribusi peluang bisnis dan menang di pasar sekitar 70 persen, karena ditunjang berbagai hal yang prima. Sisanya sebesar 30 persen tinggal hanya soal urusan mesin yang prima dan kenyamanan dari penumpang di versinya di kelas ekonomis. 

Ibarat kata, pabrikan mampu memberikan kepastian dan jaminan kepada konsumen untuk mengendarai di jalan tanpa ada kekhawatiran mogok dan gangguan. Hingga akhirnya muncul slogan “Anda tinggal mengendarai, di jalan biar kami yang urus”. Terlebih kendaraan ini memiliki nilai jual kembali yang kompetitif sehingga sangat menguntungkan menjadi modal uang muka atau tambahan yang mencukupi untuk mengganti kendaraan baru. 

Berbagai faktor ini yang menjadi pendukung kenapa “jagoan lapangan keras” ini tak pernah mudah dilumpuhkan di pasar kelas low MPV yang keras. Semua pesaing memang hadir dengan nafsu "membunuh", namun pada akhirnya mereka harus menerima kenyataan tumbang kehabisan energi mengikuti pertarungan di arena bebas. 
 
Meski demikian kehadiran model baru dari merek lain di segmen low MPV harus dilihat dari sisi positifnya. "Setiap merek dipacu untuk menghadapi persaingan sehat. Sehingga, produk berkualitas dengan harga yang terjangkau harus kita tawarkan. Konsumen sendiri akan mendapatkan pilihan beragam," kata Wakil Presiden PT Toyota Astra Motor Henry Tanoto kepada wartawan beberapa waktu lalu di Jakarta.

Bagi Toyota tidak terlalu khawatir dengan dengan semakin banyaknya pemain baru yang masuk ke segmen low MPV, dikarenakan Toyota dengan model Avanza- sudah lama dikenal dengan baik oleh masyarakat.

Senada, Executive General Manager PT TAM Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, kehadiran produk-produk LMPV berharga murah justru menguntungkan konsumen. "Artinya konsumen memiliki pilihan lebih banyak lagi," ujarnya.

Menurut Suryo Toyota memiliki pengalaman yang baik dalam menyambut kompetitor-kompetitor Toyota Avanza---. Honda Mobilio dan Suzuki Ertiga. Munculnya kompetitor diklaim tidak lantas membuat penjualan Avanza anjlok. "Penjualan Avanza (kini) cukup stabil di kisaran 11 ribu unit," katanya. (hd)

Lihat review lengkap otomotif di sini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya