Charta Politika Ungkap Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Stagnan 

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – Survei nasional yang dirilis lembaga Charta Politika menunjukkan elektabilitas dua pasangan calon yakni Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengalami stagnasi.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, menjelaskan, sejak bulan April tahun lalu tren elektabilitas kedua paslon mengalami kenaikan dan penurunan cukup tajam. Pada saat itu elektabilitas Jokowi-Ma'ruf masih unggul 53,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 34,1 persen. 

Pada awal masa kampanye, yakni Oktober, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tak berubah di 53,2 persen, dan Prabowo-Subianto sebesar 35,5 persen. Di bulan Desember juga tidak ada pergerakan suara berarti lantaran Jokowi masih pada posisi yang sama, sementara Prabowo turun menjadi 34,1 persen.

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!

"Masih dalam rentang margin of error 2,19 persen. Jadi secara statistik lebih tepat kalau saya sebutkan terjadi stagnasi suara antara dua pasangan calon pada bulan Oktober dengan akhir Desember 2018," kata Yunarto saat menyampaikan keterangan pers di kantornya kawasan Jakarta Selatan, Rabu 16 Januari 2019.

Survei ini dilakukan pada 22 Desember 2018-2 Januari 2019 terhadap 2.000 responden yang dipilih secara acak dengan metode multistage random sampling atau bertingkat. 

Prabowo Cerita Tak sampai Satu Jam Putuskan Terima Ajakan Jokowi Gabung Kabinet

Yunarto menjelaskan, stagnasi suara disebabkan berbagai faktor seperti tingkat pemantapan pemilih masing-masing pasangan calon. Sementara pemilih yang belum menyatakan pilihannya tidak tahu atau tidak jawab jumlahnya masih besar sekitar 12,8 persen. 

Di sisi lain, jumlah pemilih mengambang atau swing voters dari dua pasangan calon yang telah menyatakan pilihannya rata-rata 14,6 persen. 

"(Kalau pun) alasan mengubah pilihan karena visi-misi dan program kerja yang ditawarkan lebih menarik," kata Yunarto.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya