Logo BBC

Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Stagnan, Golput Dikhawatirkan Naik

Setelah menyepakati deklarasi damai, dua pasangan capres-cawapres sepatutnya tidak bebas melakukan segala cara untuk meraih suara terbanyak. - ANTARA/SIGID KURNIAWAN
Setelah menyepakati deklarasi damai, dua pasangan capres-cawapres sepatutnya tidak bebas melakukan segala cara untuk meraih suara terbanyak. - ANTARA/SIGID KURNIAWAN
Sumber :
  • bbc

Empat bulan sejak kampanye dimulai, baik pasangan capres-cawapres nomor urut satu maupun nomor urut dua memiliki angka elektabilitas yang cenderung stagnan, menurut hasil survei lembaga riset dan konsultan politik Charta Politika.

Jokowi-Ma`ruf tetap di angka 53,2%, sedangkan Prabowo-Sandiaga sedikit menurun dari 35,5% pada Oktober ke 34,1% pada Desember.

Pengamat politik dari Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), Hurriyah, tidak heran dengan angka tersebut.

Menurutnya, selama masa kampanye empat bulan terakhir, kedua pasangan capres-cawapres "belum masuk" ke substansi program kerja yang mereka tawarkan.

"Selama ini kan di media kita bisa melihat perdebatannya masih pada persoalan yang berkaitan dengan identitas atau soal gimmick-gimmi c k politik, jadi perdebatan yang -kalau pakai bahasa anak-anak sekarang- `recehan`," ujar Hurriyah kepada BBC News Indonesia, Rabu (16/1).

"Bagi para undecided voters -yang belum menentukan pilihan- mereka ingin melihat narasi apa yang sebenarnya ingin disampaikan kedua calon. Apa visi misi mereka, bagaimana program-program yang akan mereka tawarkan," ujarnya.

Hurriyah khawatir, bila kondisi ini berlarut-larut sepanjang masa kampanye yang tersisa, pemilih yang belum menentukan pilihan justru memutuskan untuk tidak memilih siapa-siapa alias menjadi golongan putih (golput) pada pilpres mendatang.

"Kalau kedua kubu masih tidak juga beranjak dari politik identitas menjadi politik pragmatik, angka golput ini saya yakin pasti akan meningkat tajam," ujarnya.

Hal ini bukannya tidak diketahui kedua kubu.