Abu Vulkanik Gunung Merapi Bisa Bunuh Virus Corona, Faktanya

Hoax abu Gunung Merapi bunuh virus corona
Sumber :
  • turnbackhoax.id

VIVA – Sebuah akun di Facebook menyebarkan informasi yang menyebut bahwa abu vulkanik Gunung Merapi dapat membunuh virus corona, karena mengandung asam sulfat. Benarkah?

Pilkada 2024 Berbeda dan Lebih Kompleks dibanding Pilkada Serentak Sebelumnya, Menurut Bawaslu

Berikut narasinya

“MERAPI erupsi…
Gk apa” …keluar sedikit” malah aman..
Abu vulkanik nya membunuh virus congorna…ehh..corona..karna mengandung asam sulfat”

KPK Periksa Anggota DPR Fraksi PDIP Ihsan Yunus soal Dugaan Korupsi APD di Kemenkes

Penjelasan

Selain di pulau Jawa, informasi yang mengklaim bahwa abu vulkanik letusan gunung dapat membunuh virus corona juga beredar di Filipina dengan narasi yang hampir seupa.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Berdasarkan penelusuran, dilansir dari merdeka.com, dalam artikel AFP Fact Check berjudul “World Health Organization refutes misleading claim that volcanic ash can kill coronavirus” pada 10 Maret 2020, dijelaskan bahwa belum ada penelitian tentang hal tersebut.

Menurut ahli kesehatan Filipina, tidak ada bukti ilmiah untuk klaim tersebut. Mereka hanya memperingatkan terhadap bahayanya abu vulkanik.

"Tidak ada bukti bahwa abu vulkanik dapat menghancurkan virus corona baru,” kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Filipina mengatakan kepada AFP dalam sebuah pesan teks pada 7 Maret 2020.

"Sifat anti-virus yang diduga berasal dari abu vulkanik belum ditemukan. (Abu vulkanik) berbahaya bagi kesehatan dan dapat menyebabkan masalah pernapasan, masalah mata, dan iritasi kulit."

Sementara itu, pakar gunung berapi Badan Geologi Kementerian ESDM, Subandriyo menjelaskan fenomena keduanya. Ia juga menyodorkan analisis erupsi dan mitigasi kebencanaan jika kedua peristiwa itu muncul bersamaan.

"Tidak ada kaitan sama sekali antara meledaknya pandemi Covid-19 dengan meletusnya Gunung Merapi," katanya.

"Tidak ada juga bukti abu vulkanik menghambat penyebaran virus, sebagaimana pernah diberitakan lewat media sosial," Subandriyo menegaskan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya