Cek Fakta: Spanduk ‘Warga Nahdliyin Rindu Khilafah’

Tangkapan layar (screen shot) unggahan di Twitter yang memuat foto spanduk bertulisan 'Warga Nahdliyah Rindu Khilafah'.
Sumber :
  • Cekfakta.com

VIVA – Beredar informasi di media sosial tentang unggahan yang memuat sebuah foto spanduk bertulisan “NU juga rindu Khilafah”. Foto itu diberi keterangan, “Nemu foto thn2003 sebelum SAS jadi ketua PBNU. Ayoo podho melek NU sing manut mbah Hasyim kwi iki do matla’ah ben ngerti !!”

GP Ansor Ungkap Makna Gowes 90 KM, Simbol Perjuangan Menuju Indonesia Emas 2045

HASIL CEK FAKTA

Akun Twitter bernama JAMAL BOEGIS (@JamalBoegis) membalas tweet dari Ranger Pink 1453 (@apelo53) mengenai jejak khilafah di Indonesia dengan gambar spanduk bertuliskan “Warga Nahdliyah Rindu Khilafah”. Pada narasi juga disebutkan foto itu diambil tahun 2003 sebelum SAS (Said Aqiel Siradj) menjadi ketua umum NU.

Gus Yahya Berkelakar soal Jabatan Menteri di Kabinet Selanjutnya: Jangan-jangan NU Semua

Setelah ditelusuri, gambar itu pernah diperiksa faktanya oleh Turnbackhoax.id pada 13 November 2019. Melalui artikel berjudul ‘[SALAH] Spanduk “Warga Nahdliyin Rindu Khilafah” Milik NU’ dijelaskan bahwa foto spanduk itu diambil pada saat Konferensi Khilafah Internasional di Stadion Gelora Bung Karno, Surabaya, 12 Agustus 2007.

Dilansir dari Antaranews.com, panitia penyelenggara acara pada saat itu adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan diikuti sekitar 100 ribu peserta. Juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto kala itu menyebutkan konferensi mengundang peserta dari luar negeri seperti Australia, Singapura, Malaysia, Jepang, Inggris, dan Denmark.

Pendeta Gilbert Olok-olok Salat dan Zakat, PBNU: Kami Umat Islam Diajarkan untuk Menahan Emosi

Dalam arsip pemberitaan Tempo edisi 12 Agustus 2007, niat HTI untuk mengundang sejumlah tokoh dalam Konferensi Khilafah Internasional 2017 tidak terlalu sukses. Dari begitu banyak tokoh yang diundang, hanya hadir Ketua Umum Muhammadiyah, Din Syamsuddin; Abdullah Gymnastiar; dan Fuad Bawazier. Nama lain seperti Amien Rais, Kyai Haji Zainuddin MZ, dan Adyaksa Dault abstain tanpa alasan yang jelas.

Tempo.co menghubungi Sekretaris Jenderal NU, Helmy Faishal Zaini, untuk mengonfirmasi kebenaran gambar itu. Dia menegaskan spanduk yang bertuliskan “Warga Nahdliyin Rindu Khilafah” itu hanya mencatut nama warga NU namun bukan resmi keluaran NU.

Menurut Helmy, sejak 1984, dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar NU di Situbondo, Jawa Timur, NU telah menyatakan bahwa Pancasila dan NKRI adalah bentuk final Indonesia. “Atas dorongan dari Kyai Haji Ahmad Shidiq dan Gus Dur (Kyai Haji Abdurrahman Wahid),” kata Helmy pada 13 November 2019.

Bukan kali itu saja nama NU dicatut. Dikutip dari situs resmi NU, Nu.or.id, nama salah satu badan otonom NU, Pagar Nusa, dicatut dalam spanduk yang dipasang di Muktamar Khilafah 2013 yang diselenggarakan HTI pada 2 Juni 2013. Dalam spanduk itu tercantum tulisan “Pagar Nusa Wilayah Tanjungsari-Sumedang Siap Mengawal Tegaknya Syariah dan Khilafah”.

Menurut Sekretaris NU Kabupaten Sumedang, Aceng Muhyi, Pagar Nusa di Sumedang hanya ada di tingkat pimpinan cabang atau kabupaten, belum ada di tingkat kecamatan. Tanjungsari merupakan salah satu kecamatan di Sumedang. Aceng pun menegaskan bahwa spanduk-spanduk itu palsu dan tidak terkait dengan NU Kabupaten Sumedang.

Berdasarkan penelusuran di atas, foto spanduk itu memang ada. Namun bukan diambil pada tahun 2003 melainkan tahun 2007 saat Konferensi Khilafah Internasional di Stadion Gelora Bung Karno. Spanduk itu juga bukan resmi milik NU. Helmy menyebutkan spanduk itu hanya mencatut nama warga NU. Selain itu tidak ada tokoh NU yang menghadiri Konferensi sehingga gambar itu terkategori Konten yang Menyesatkan.

KESIMPULAN

Hasil Periksa Fakta Rizqi Abdul Azis (Anggota Komisariat MAFINDO Universitas Pendidikan Indonesia).

Spanduk itu bukan milik NU walaupun mencatut nama warga NU. Tidak ada perwakilan resmi dari NU yang mengikuti Konferensi. Foto itu diambil pada saat Konferensi Khilafah Internasional di Stadion Gelora Bung Karno tahun 2007, bukan 2003.

RUJUKAN

https://cekfakta.com/focus/4898

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya