Anies Pantang Mundur demi Formula E

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, saat meninjau ajang Formula E beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • www.instagram.com/aniesbaswedan

VIVA – Gubernur Anies Baswedan punya alasan kuat untuk menunda rencana DKI Jakarta sebagai tuan rumah penyelenggaraan ajang balapan mobil bertenaga listrik Formula E di kawasan Monumen Nasional (Monas): wabah virus corona.

Kubu Prabowo-Gibran Sebut Pemilu Ulang Tak Ada di UU

Tak diragukan lagi, penundaan itu keputusan yang tepat demi keselamatan tidak hanya warga Jakarta, melainkan juga masyarakat dunia. Jika balapan berskala dunia itu tetap digelar Juni 2020, sementara dunia, termasuk Indonesia, masih dihantui wabah Covid-19, risiko penyebaran wabah kian besar seturut banyaknya turis asing, apalagi dari negara terjangkit, yang masuk ke Indonesia.

Tetapi, penundaan juga memberikan kesempatan bagi Anies untuk menghela napas panjang di tengah protes dan kritik pedas bertubi-tubi agar sang Gubernur membatalkan rencana itu. Kalau balapan Jakarta E-prix itu ditunda sampai wabah corona di dunia mereda, sementara tak ada yang dapat memprediksinya kapan, berarti selama itu pula Anies punya kesempatan untuk bernegosiasi, minimal berharap yang kontra kelak dapat melunak.

Kubu Anies Tuding Pencalonan Gibran Tidak Sah, KPU: Mengada-ngada

Anies sudah telanjur mengajukan anggaran Rp1,6 triliun untuk ajang kebut-kebutan itu. Ratusan pohon di Monas sudah ditebangi untuk merapikan bakal arena balapan. Telah diperhitungkan juga perkiraan manfaat ekonomi yang didapat Jakarta dari kompetisi yang baru diadakan lima kali sejak 2014 itu: (cuma) Rp1,2 triliun. Tapi Anies bakalan pantang mundur.

Skenario lain

Menkopolhukam Minta Semua Pihak Hormati Langkah Kubu Anies dan Ganjar Gugat Hasil Pemilu ke MK

Sedari awal rencana penyelenggaraan balapan itu digulirkan ke publik, langsung menuai badai kritik. Anies dianggap akan menghambur-hamburkan uang rakyat senilai Rp1,6 triliun untuk hasil yang ditaksir cuma Rp1,2 triliun. Uang sebanyak itu mestinya dapat digunakan untuk membiayai proyek-proyek penanggulangan banjir, atau membangun rumah susun untuk warga, atau membeli bus listrik untuk sarana transportasi publik masyarakat Ibu Kota.

Ilustrasi balapan Formula E.

Monas sebagai lokasi yang dicanangkan untuk lintasan balapan ikut bermasalah. Itu kawasan cagar budaya yang mesti dilindungi dan ajang Formula E dikhawatirkan akan merusaknya. Tim ahli cagar budaya untuk kawasan Monas tak pernah memberikan rekomendasi untuk penyelenggaraan Formula E. Tetapi, Pemerintah Provinsi DKI mengklaim mendapatkan restu dari pemerintah pusat, meski belakangan dikoreksi dengan alasan salah ketik.

Anies mengalah ketika pemerintah pusat memutuskan tak mengizinkan balapan di kawasan Monas. Tetapi dia menawar untuk mencarikan lokasi lain sebagai sirkuit. Dia bahkan sudah berkomunikasi dengan penyelenggara balapan dan perancang lintasan untuk menengok lokasi-lokasi alternatif, meski tak disebutkan di mana saja.

Sang Gubernur dianggap juga tak belajar dari beberapa kota seperti Sao Paulo  (Brasil) dan Moskow (Rusia) yang mengundurkan diri sebagai tuan rumah karena berbagai alasan. Kota lain, Montreal (Kanada), cabut dari daftar tuan rumah pada 2018 karena telah merugi jutaan dolar.

Anies barangkali punya pertimbangan lain sehingga memilih menunda ajang itu dengan skenario di lokasi lain di Jakarta, alih-alih membatalkannya. Entah karena sudah telanjur menyetorkan Rp390 miliar sebagai commitment fee kepada pemilik lisensi Formula E, Fédération Internationale de l’Automobile (FIA), atau gengsi karena kadung gembar-gembor ke media massa.

Adu kuat

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi sedari awal menentang agenda balapan itu, terutama karena akan menggunakan cagar budaya Monas sebagai sirkuit. Dia waktu itu menyarankan lokasi yang lebih aman, tidak berisiko merusak cagar budaya, yakni kawasan wisata Ancol. Belakangan dia malah meminta Anies sekalian membatalkan agenda itu karena ancaman wabah corona.

Prasetio sempat jengkel dengan Anies yang seolah memaksakan kehendaknya untuk tetap menggelar Formula E di Monas padahal tak mendapatkan rekomendasi dari Tim Ahl Cagar Budaya. Dia mengancam adu kuat jika Anies ngotot dengan kehendaknya dan tak akan menyetujui anggaran penyelenggaraan Formula E.

“Kalau dia (Anies Baswedan) kan punya uang, saya punya palu,” katanya, bermaksud menyatakan bahwa semua keputusan Dewan harus atas persetujuannya yang disahkan dalam sidang paripurna dengan palu sidang di tangannya. “Kalau palu itu enggak saya ketuk,” dia mengingatkan, “enggak akan terjadi apa-apa.”

Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD DKI Jakarta menyarankan Anies tak gengsi untuk membatalkan agenda itu. Sebagaimana dikatakan anggota Fraksi PSI DPRD DKI, Anggara Wicitra, negara-negara lain seperti Thailand, Qatar, dan China sudah memutuskan membatalkan perhelatan internasional karena merebaknya corona. Jakarta harus mencontoh hal serupa karena corona sebagai ancaman serius yang harus bisa dimitigasi oleh pemerintah.

Anies masih bergeming dengan keputusannya menunda, bukan membatalkan, agenda Formula E itu. Meski belum ditentukan lagi waktu penyelenggaraannya, Anies mengaku sudah berkomunikasi dengan FIA, dan, katanya, mereka tak berkeberatan karena situasi darurat. Pemerintah Provinsi DKI kini mengabaikan sementara rencana kebut-kebutan itu dan lebih berfokus pada penanganan wabah corona. (EP)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya