Surau Tarok Eksentrik Berusia 1,5 Abad dengan Pilar-pilar Kayu Bengkok

Surau Tarok yang diperkirakan berusia 1,5 abad di Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat.
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Di Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, berdiri sebuah surau dengan bangunan yang menyerupai rumah gadang (rumah adat Minangkabau). Bangunan surau yang diklaim berusia 1,5 abad itu dihiasi berbagai macam ukiran adat Minangkabau, terutama pada dinding luar.

Telkomsel Kasih Kabar Positif

Surau Tarok namanya. Surau yang dibangun menggunakan sitem pasak tanpa paku (besi/baja) itu menjadi saksi tumbuh kembangnya Islam di Padang. Surau Tarok diyakini sebagai surau tertua. Bahkan, diklaim sebagai pusat penyebaran Islam tertua di Padang.

Di Minangkabau, keberadaan sebuah Surau tidak hanya tempat ibadah namun juga sarana pendidikan karakter untuk nagari (desa) yang dikemas melalui berbagai macam kegiatan. Seni bela diri silat, salah satunya.

Umat Islam di Indonesia Akan Mengalami 2 Ramadan 1 Kali Lebaran dalam Setahun

Menurut pengurus Surau Tarok, Idrul Aswad, surau itu diperkirakan berdiri sejak tahun 1872. Berdiri di atas lahan seluas 500 meter persegi dengan sistem pasak tanpa paku dan menyerupai rumah gadang. Surau Tarok juga sering digunakan sebagai tempat kerapatan adat dan tempat berlatih silat anak nagari Kecamatan Kuranji.

"Agar bangunan tetap kokoh, pada bagian bawah lantai surau dilakukan pengerasan agar bisa mengalasi lantai kayu surau yang semakin lama semakin lapuk termakan usia," kata Idrul.

Nasib Pilu Warga Gaza, Tank dan Roket Israel Masih Terus Menyerang saat Momen Idul Fitri

Surau Tarok yang diperkirakan berusia 1,5 abad di Kelurahan Kuranji, Kecamatan K

Bangunan Surau Tarok berstruktur unik yang terdapat pada bagian tiang penyangga. Semua kayu pilar penyangga yang berjumlah 12 batang kondisinya bengkok. Para pembangun surau itu dahulu, konon, memang sengaja memilih batang kayu yang bengkok.

Itu juga memperlihatkan sang perancang surau mengaplikasikan falsafah hidup orang Minangkabau, “alam takambang jadi guru”, segala sesuatu yang terdapat di alam semesta. Seluruh tiang penyangga diambil dari batang pohon utuh jenis kayu Laban.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya