Melepas Ramadhan dengan Takbir

Source : Republika
Source : Republika
Sumber :
  • republika

Tentang perintah bertakbir setelah terlihat hilal bulan Syawal, diperkuat oleh Syaikh Nawawi Banten dalam Tafsir Munir dengan mengutip pendapat Ibnu Abbas. Bahkan menurut Imam Syafi’i, seperti dikutip Syaikh Nawawi, takbir pada dua hari raya itu, baik Idul Fitri maupun Idul Adha dianjurkan untuk digemakan. Maksudnya, dibaca dengan suara keras.

Selain itu, dianjurkannya takbir agar dibaca dengan suara keras karena takbir adalah bagian dari syiar-syiar Allah SWT. Seperti firman-Nya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. al-Hajj/22: 32). Jadi ada korelasi antara puasa, takwa, dan takbir.

Secara filosofis, makna terdalam takbir adalah pengakuan bahwa hanya Allah Yang Mahabesar. Ke-Maha-Besaran-Nya bukan karena dibesarkan makhluk-Nya baik dalam takbir mursal maupun takbir muqayyad. Lantunan kalimat takbir sejatinya adalah doa agar kita dibesarkan-Nya, baik ilmu, amal, dan hikmah.

Anas bin Malik berkata, “Di Perang Khaibar, Rasulullah SAW shalat Shubuh sebelum tiba waktu fajar, lalu menaiki kudanya dan berkata, “Allahu Akbar, Khaibar akan takluk”. Dan sungguh benar, kami telah menaklukkan mereka di pagi harinya.” (HR. Bukhari). Semoga takbir di malam Hari Raya Idul Fitri memusnahkan Corona dari muka bumi besok paginya. Aamiin.