Publik Italia Terpukau Kehidupan Pesantren di Film Da'wah

Jelang pemutaran film dokumenter Da'wah di Festival de Cinema di Kota Roma, Italia, 4 November 2017.
Sumber :
  • KBRI Roma

VIVA – Mempromosikan Indonesia tidak melulu dengan menggelar pameran pariwisata dan pertunjukan seni budaya. Mengenalkan keseharian masyarakat Indonesia, yang sebagian besar beragama Islam, kepada dunia melalui tayangan film dokumenter pun mendapat apresiasi yang baik dari publik di mancanegara.

Wamen ATR/BPN Serahkan Sertifikasi Tanah Pondok Pesantren Keluarga Amrozi

Ini terlihat saat penayangan film Da’wah di ajang festival film internasional terbesar di ibu kota Italia, Festival del Cinema di Roma. Da’wah merupakan sebuah dokumenter yang bercerita tentang keseharian di lingkungan pesantren di Pasuruan, Jawa Timur.

Studio berkapasitas lebih dari 300 orang di kawasan pertunjukan seni terkemuka kota Roma, Auditorium Parco della Musica, padat dipenuhi penonton saat Da’wah ditayangkan pada Sabtu malam waktu setempat, 4 November 2017.

Bangunkan Sahur Gunakan Suara Tak Pantas Remaja Masjid dan Santri di Tangerang Ribut

Tak hanya itu, ungkap Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma, tepuk tangan meriah pun membahana panjang begitu film selesai. Animo masyarakat terhadap film ini dipandang cukup mengejutkan. Sejak sehari sebelumnya, tiket pertunjukan yang juga dijual online telah habis. Masuk kategori special event, berbagai judul film lainnya dalam kategori yang sama tidak memperoleh sambutan positif sedemikian tingginya.

“Minat publik Italia terhadap film ini sepertinya mencerminkan semakin meningkatnya  keingintahuan masyarakat setempat atas bagaimana sesungguhnya Islam ala Indonesia. Pemerintah Italia sendiri dewasa ini menyatakan ingin mengintensifkan kerja sama dialog lintas keyakinan dengan Indonesia, yang dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, dipandang mampu menjadi contoh integrasi bangsa yang majemuk dan demokratis,” kata Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani, seperti yang disiarkan KBRI Roma hari ini.

Begini Bengisnya AB dan R Aniaya Santri di Jambi hingga Tewas

Disutradarai pembuat film kawakan Italia, Italo Spinelli, Da’wah mengambil lokasi pengambilan gambar Pesantren Dalwa di Pasuruan, Jawa Timur. Selama sembilan hari penuh, Spinelli mengikuti seluruh kegiatan siswa pesantren termasuk hingga proses belajar-mengajar selesai dilaksanakan.

“Saya belajar banyak selama proses pembuatan film ini. Berbeda dari persepsi sebagian orang terhadap Islam, pengajaran agama yang diberikan kepada para murid justru tidak mendukung adanya tindak kekerasan,” kata Spinelli.

Dia pun mengungkapkan, para guru di pesantren tersebut justru menekankan pentingnya berbagi kebahagiaan dan kasih sayang kepada sekitarnya. “Konsep penting yang saya temukan juga bahwa jihad yang sesungguhnya adalah perlawanan terhadap emosi diri sendiri, bukan musuh dari luar,” jawab Spinelli ketika ditanya hal apa yang menarik selama menyutradarai film ini.

Ide pembuatan film dokumenter itu sendiri muncul saat Spinelli berkunjung ke Indonesia untuk membuat film lainnya beberapa tahun lalu. Spinelli, yang juga direktur festival film Asia terbesar di Roma, Asiatica Film Festival, kemudian menggalang kerja sama dengan duet produser eksekutif Sapta Nirwandar dan Irsyad Yusuf serta produser Budiarman Bahar guna mewujudkannya. Pembuatan film juga didukung Pemerintah Daerah Pasuruan.

Tayangan Perdana

Pemutaran Da’wah pada Festival del Cinema di Roma merupakan penayangan perdana untuk publik. Setelah melalui evaluasi, Da’wah dinilai Panitia Festival baik dari segi sinematografi sekaligus narasi cerita.

Maestro film dunia peraih piala Oscar, Bernardo Bertolucci, yang hadir memberikan sambutan pengantar sesaat sebelum film ditayangkan, menyatakan kekagumannya terhadap kepiawaian Spinelli bercerita dalam film ini sehingga mampu memberikan gambaran realita kehidupan madrasah di Indonesia.

Pujian dan apresiasi juga dilayangkan para penonton yang hadir. Damiano Caforio, warga Roma, bahkan menyatakan film ini seakan “menampar” mereka yang memiliki pemikiran bahwa setiap sekolah Islam mengajarkan kekerasan dan intoleransi.

Sementara itu, seorang penonton lainnya yang berasal dari luar Italia menyatakan keterkejutannya bahwa ajaran sekolah Islam di Indonesia sangat berbeda dari apa yang pernah dilihatnya di negara Islam lain.

Film itu sendiri dipandang sangat relevan dengan situasi sosial di Italia dan juga Eropa saat ini. Isu integrasi sosial, khususnya dengan pemeluk agama Islam, memang tengah mengemuka di Italia. Dengan angka penerimaan pengungsi dan pencari suaka tertinggi di Uni Eropa, Pemerintah Italia memandang penting adanya proses asimilasi sosial budaya antara kaum migran dengan penduduk setempat.

Saat ini, ungkap KBRI Roma, meski belum diakui sebagai salah satu agama resmi, Islam merupakan agama dengan jumlah penganut terbesar kedua di Italia. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya