Ingin Dirikan Sekolah Ibu, Hengky Kurniawan Dikritik Komnas Perempuan

Hengky Kurniawan dan Sonya Fatmala.
Sumber :
  • Instagram Hengky Kurniawan

VIVA – Komentar artis Hengky Kurniawan yang kini juga menjabat sebagai wakil bupati Bandung Barat menuai kritik. Dalam akun Instagramnya, Hengky berencana untuk mendirikan “Sekolah Ibu” untuk menekan angka perceraian.

Terungkap! Biaya Promosi Raffi Ahmad untuk Para Caleg

"Insha Allah di tahun 2019 kami meluncurkan Program "Sekolah lbu". Tujuan didirikannya sekolah ibu untuk memberikan pemahaman tentang berumah tangga, bagaimana menghadapi suami, menahan emosi, dan bagaimana berkomunikasi dengan anak anak kita yang beranjak dewasa, dan banyak materi lainya yang nanti akan diajarkan di sekolah ibu," tulis Hengky di akun Instagramnya.

Ia menyebut bahwa Sekolah Ibu ini tidak akan membosankan dan membuat perempuan makin sayang dengan suami. Namun, hal tersebut memicu perdebatan dari netizen yang menganggap bahwa komentarnya keliru karena membebankan tanggung jawab perkawinan hanya pada perempuan.

Kocak, Momen Istri Cantik Bupati Bandung Barat Digombalin Siswa SMA

Wakil Ketua Komnas Perempuan Budi Wahyuni mengkritik komentar Hengky yang telanjur viral di media sosial.

"Saya sering berpendapat, kita ini mau emansipasi atau eksploitasi. Kalau mau emansipasi itu pembebasan dari ketertindasan termasuk kebebasan berpikir dan berpendapat,” ungkap Budi saat dihubungi VIVA, Minggu 30 Desember 2018.

KPK Masih Telaah Dugaan Penyalahgunaan Wewenang Bupati Bandung Barat Hengki Kurniawan

Budi mengatakan, hal itu akan tercapai apabila perempuan mendapatkan pendidikan yang kritis, bukan agar perempuan tidak menggugat cerai. Dalam Catatan Akhir Tahun Komnas Perempuan Tahun 2017 tercatat bahwa 335.062 perceraian terjadi karena adanya kekerasan dalam rumah tangga, yang korbannya mayoritas perempuan.

"(Pendidikan itu) supaya dia bersikap kritis kalau ada hal yang tidak tepat tepat, termasuk mengalami kekerasan pada dirinya. Makanya Komnas Perempuan cenderung mengapresiasi korban yang bersedia melapor, para korban yang mengungkapkan kasusnya bukan menenggelamkan," kata Budi.

Budi mengungkapkan, untuk berani melapor kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), hingga menggugat cerai, perempuan sering kali mendapatkan tekanan yang luar biasa. 

"Kita ini sering kali membisu dalam harmoni. Makanya ketika meledak jadinya seperti itu," kata Budi.

Untuk menekan angka perceraian, lanjut Budi, hal yang semestinya dilakukan ialah dengan memberikan edukasi serta pemahaman kepada laki-laki dan perempuan untuk membangun hubungan rumah tangga yang lebih setara.

"Harusnya kedua-duanya yang disekolahkan, dipulihkan, dan punya komitmen baru. Karena sering kali KDRT itu seperti lingkaran setan, yang harusnya mesti diputus," kata dia.

Ia menyampaikan, sebagai pejabat publik, Hengky harusnya membuat kebijakan yang kondusif terhadap perempuan dan tidak diskriminatif.

"Intinya tidak apa-apa kalau memang mau ada sekolah, tapi tujuannya untuk membuat perempuan lebih kritis, lebih pintar, sehingga ketika ada konflik bisa ada diskusi dan relasi yang lebih setara," kata Budi. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya